Nayoung terjaga dengan suasana ribut yang mengusik tidurnya, berpura-pura tidur nyatanya mampu membuatnya lelap secara tidak sengaja. Perlahan gadis itu mendudukan diri, kemudian mengambil posisi bersandar pada punggung sofa. Melirik sekitar, kemudian yang ia dapati adalah seorang Kim Taehyung yang kini tengah terbahak lebar berkolaborasi dengan Jung Hoseok. Ah, pantas saja sangat bising, pikirnya.
Merasa haus, Nayoung lalu bangkit dari duduknya, mengabaikan keributan tawa dua orang di ujung sana dengan berniat mengambil segelas pelepas dahaga.
"Hei, sudah bangun?"
Perasaan tenang bangun tidur seketika berubah tegang kala bahana itu menyapanya hangat dari balik pantry, terlebih dengan diikut sertakan pula busuran manis yang kian memporakporandakan pertahanan dirinya.
"Seingat ku kita sedang dalam perjalanan pulang tadi." Acuh Nayoung dibuat-buat, menyembunyikan kondisi detak jantungnya yang tiba-tiba jadi tidak tenang. Ditariknya satu gelas dengan leher panjang untuk menampung pelepas dahaga.
Namjoon tersenyum gemas, beginilah Nayoung yang ia senangi, hangatnya yang berbeda lewat kesombongan tak biasa. Namjoon suka saat Nayoung yang senang mematahkan kalimatnya, apapun, terlebih seperti sapaan baliknya tadi. Namjoon tau kalau Nayoung tengah memberikan sindiran telak tentang pelaku yang memindahkan lokasi lelapnya.
"Makanya jangan suka tidur di sembarang tempat, nona Im." Sembari mengaduk sereal dalam mangkuk di hadapannya, Namjoon melirik gadis di sebelahnya yang kini tengah berusaha duduk di atas pantry.
"Ah, jadi mobil mu itu tempat sembarangan?"
Tuh kan, Nayoung senang sekali mencari bahan perdebatan. Namjoon yang gemas kemudian mengusak puncak kepalanya, merusak tatanan rambut bangun tidur Nayoung yang memang sudah berantakan.
"Ish, jangan membuat ku jadi tambah jelek." Kesalnya Nayoung yang seperti itu adalah favorit Namjoon, lucu dan menggemaskan. Kalau kata Taehyung sih, seperti bocah tapi dilakoni perempuan cerewet yang lupa usia.
"Kau sudah jelek jadi biar saja." Namjoon kembali pada mangkuk serealnya, pembicaraan panjang dengan Seok Jin beberapa jam yang lalu lumayan membuatnya lapar.
"Eh, tadi kudengar ada suara Jin oppa, dia datang?"
Belum menjawab dan masih dengan mulut mengunyah, Namjoon malah menyodorkan sendok yang dipenuhi sereal pada Nayoung. Arah pembicaraan yang sekarang ingin ia hindari.
"Dalam mimpimu, Tidak ada Seok Jin hyung hari ini."
"Benarkah? Tapi tadi seperti benar-benar terdengar seperti Jin oppa."
"Hyung sedang mempersiapkan keberangkatannya ke Amerika, dia sibuk sekarang." Kembali memberikan suapan, Nayoung merasakan hambar dari perkataan Namjoon barusan.
Kenapa harus bohong?
----
Dalam beberapa hal Namjoon kurang menyukai seseorang yang berkomentar banyak tentang dirinya. Terlebih akan persoalan pilih memilih, toh Namjoon juga sangat membenci yang satu itu. Namjoon tidak suka memilih. Terlepas dari siapa pun yang memberinya opsi, Namjoon akan menghindar dan mencoba sebisanya untuk tidak menggubris lebih jauh.
Seperti pembicaraannya dengan Seok Jin tadi siang, dua pemuda itu pada akhirnya hanya terjebak dalam hening tak berujung sampai Seok Jin mengucapkan salam perpisahan sebelum meninggalkan Alkatraz.
Namjoon tidak membenci kawannya itu, Tidak sama sekali. Bukan pula ia mengikuti ego sehingga menolak apa yang Seok Jin katakan padanya, sungguh Namjoon tidak bermaksud demikian. Namun sesuatu dalam hatinya mengatakan bahwa ini bukan sesuatu yang harus dikut campur oleh tangan lain diluar miliknya. Namjoon merasa kalau apa yang ia rasa pun tindaki saat ini adalah putusan terbaik yang bisa dilakukannya.
Tahu betul kalau ini konyol, Namjoon tetap kukuh untuk bertahan guna menutupi sisi gelap yang tercipta. Karena pada kenyataannya pemuda Kim itu tetap tak bisa menjatuhkan pilihan atas dua pihak di sisinya. Sadar akan menyakiti, itu adalah apa yang ingin Namjoon hindari kini.
"Kau pengecut Kim Namjoon. Seorang laki-laki adalah pribadi yang tegas dalam menentukan jalannya. Tidak sama sekali merasa betah dalam gamang yang menyesatkan dirimu sendiri."
Tidak ingin menyalahkan diri sendiri pun orang lain, Namjoon kemudian memilih untuk rehat, menajamkan mata dan tenggelam dalam bakti selimut tebal yang sudah lama ia tinggalkan.
"Hyung ingin bicara denganku?"
"Bukan hanya kau sebenarnya, Yoongi juga tapi dia sedang mengurus sesuatu."
"Jenny?" Seok Jin hanya mengangguk menanggapi Namjoon yang kini duduk di seberangnya.
"Aku ingin bicara tentang lagu mu."
"Kau sudah dengar, hyung?"
Seok Jin tersenyum, penuh arti yang Namjoon tak sanggup lagi mendeskripsikannya.
"Bermain tebak-tebakan dengan lagu memang menyenangkan, ya?"
"Maksud?"
"Bagi orang asing yang tidak tau siapa dan bagaimana dirimu memang akan menangkap rasa yang berbeda dari liriknya," Seok Jin lagi-lagi memberikan senyuman itu pada Namjoon sebelum melanjutkan,
"tapi aku yang tau siapa dan bagaimana dirimu akan mengerti maksud dari tulisan mu."
"Yoongi bilang dibeberapa bagian sudah diperbaiki oleh yang lain, jadi______"
"Mereka menyampaikan apa yang kau tutupi, Joon."
Hal lain yang Namjoon benci adalah ketika orang lain jauh lebih mengerti dirinya.
_________________________
Chapter 24.
Terhitung nyaris satu bulan wkwkwk
Ada yang menanti?
Ini chapter unfaedah, mentok sesungguhnya, tp liat readers alhamdulillah nambah jd berasa gimana banget, kok malah saya nya stagnan nggk berkembang, jadilah begini saja untuk update yg kelewat lama. Maaapkeun.Semoga masih ada yg mampir ya, hehehe
Dan buat yg sampe nagih kemana2 *liriksebelah, lunas ya wkwkwk ending nya bentar lg kok kayanya gkgkgkgk
xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Love Song (ON HOLD)
FanfictionInginku adalah agar semuanya tak berubah. Akan dan selalu sama. Karena sungguh, perubahan membuatku canggung bahkan untuk sekedar bernapas saja. -knj-