Nayoung jelas bukan cenayang yang punya kekuatan supranatural diluar batas manusia. Nayoung juga bukan psikiater yang paham gelagat lewat pembelajaran panjang nan ilmiah. Nayoung juga bukan ahli perasaan yang mengerti banyak perihal cinta.
Tidak, dan bukan sama sekali.
Namun, si awam pun rasanya akan tau begitu mendapati fenomena manis itu di hadapannya.
Nada bicara yang berubah, perlakuan yang istimewa, tatapan sedalam samudera, sampai senyum seindah panorama dunia.
Lewat intuisi sebagai manusia, Nayoung paham betul maksud dari segalanya.
Bodoh sekali kalau ia seolah acuh dan memaksakan pikiran primitif yang menganggap biasa. Percayalah, ini hanya retorika, cara bersembunyi yang menyiksa.
Berpura-pura tidak tau, dongo, dan tidak peka.
Senyuman setiap mereka luntur kecuali dirinya. Pernyataan tentang ketidak tahuan itu berhasil mensunyikan suasana. Dan demi tumpukan deadline ujian, Nayoung teramat membenci tatapan yang Namjoon berikan.
Sulit diartikan, dalam, dan menyakitkan... bagi dirinya.
"Bukankah... hari itu sudah ku beri tau?" Yoongi selalu menjadi orang pertama hari ini, mulai dari menerobos tak sopan sampai memecah keheningan.
Perlahan fokus mereka berubah pada si pangeran es, menanti kelanjutan akan sesuatu yang tidak lima orang lain ketahui.
Yoongi bangkit, memposisikan diri dengan duduk bersila dan menyingkirkan sejenak black matte kesayangannya.
"Persahabatan Sooyeon dan Namjoon, kau tau itu meski tak mendetail. Tapi, ya... aku paham akan maksud Jungkook dan kau juga."
Namjoon bangkit dari duduknya, berniat menjauh dengan melangkah menuju pintu kamar yang masih tertutup rapat, "Tak perlu dibahas, lagi pula untuk apa?"
"Kau, sih!" Taehyung menendang pelan betis terulur Jungkook. Bicara bocah itu sangat tidak terkontrol, ditambah pula dengan pernyataan Nayoung yang menghadirkan spekulasi ambigu bagi setiap benak mereka.
----
Dalam diamnya, Namjoon menyadari sesuatu yang salah. Tidak seharusnya begini, kan? Tapi mengapa ia begitu berlebihan? Nayoung hanya mengutarakan ketidak tahuannya.
Punggungnya bersandar pada daun pintu kamar yang barusan ia tutup perlahan, khawatir kalau-kalau Sooyeon terjaga. Lantas bak kehilangan jiwa, Namjoon melemah, tubuhnya dibawa pasrah agar perlahan jatuh terduduk di lantai.
Perasaan kebas pada dada kirinya mulai menginvasi secara brutal, terlebih kala pandangnya mendapati eksistensi terlelap Sooyeon yang tenang.
Entah mengapa, ada gejolak dalam dirinya yang menolak keras akan sebuah kekhawatiran mendalam.
Seperti... rasa takut kehilangan.
Deru nafas yang memberkati kian mencekiknya, bersamaan dengan ketukan halus dari seseorang di balik sana.
"Istirahatlah, sampaikan salam kami untuk Sooyeon." Suara itu milik Hoseok.
----
Jimin baru saja meninggalkan basement diikuti Taehyung di belakangnya. Tak berselang lama, bising knalpot dua motor sport itu menghilang di balik persimpangan.
Sementara itu, tiga lelaki dan satu perempuan masih setia berdiri saling berhadapan di sisi sedan hitam dan silver utara basement.
"Jangan khawatir, Namjoon selalu seperti itu jika menghindar." Yoongi menepuk pundak Nayoung menenangkan, mengingat bagaimana gadis itu seketika kalut mendapati respon mengejutkan dari yang tengah dibicarakan.
Jungkook menatap ketiga orang itu bergantian, "Salahku karena membahas itu, maafkan aku, hyung."
"Hei, bocah! Memangnya kau kenal Namjoon baru kemarin? Sudahlah, dia hanya dilema." Hoseok memberikan satu pukulan pelan pada lengan kekar Jungkook, sikap perasa Jimin kadang suka menular pada si bungsu Alkatraz ini.
Dalam diam keempat insan itu, salah satu dari mereka telah mendapat awalan bagi analisanya.
"Ya, dia dilema."
----
Notebook yang terselip rapi di antara tumpukan buku random itu diraihnya perlahan. Lantas halaman dengan lipatan kecil di sudut kirinya itu dibuka.
Nampaklah olehnya sederet goresan tangan itu di sana. Memenuhi hampir dua halaman penuh dengan banyak guratan acak sebagai revisi sendiri.
"Kisah semacam itu memang benar ke-bullshit-annya, dan kisah semacam itu memang benar menyiksa hati pemiliknya."
______________________
Chapter 14
Sebelumnya mau bilang makasih dulu buat yang sudah mampir dan meninggalkan beberapa cuapan di work ini *clapclap seneng bisa punya readers, dan berbagi cerita sama kalian :)
Btw mau tanya, dong. Boleh?
Sebenernya readers nangkep nggk sih problem disini apa? Dan arahnya kemana? TBH, kekhawatiran soal paham nggk nya readers itu jadi salah satu prioritasku, karena pengennya kalian nyaman baca ini :')
Apalagi sekarang lagi dikejer deadline uts sama proposal skripsi yang maksa waktuku untuk sejenak nunda work ini. :") bikin makin khawatir sama hilangnya ketertarikan readers yang sudah mampir huhuhu ㅠ.ㅠSama satu lagi deh, readers sekalian berpihak ke siapa sih disini? Atau, ada yg mau ditanyakan buat work ini?
Dah, gitu aja. Ditunggu tanggepannya ^^, sekali lagi thanks buat yg sudah meluangkan waktu disini. Masih belum selesai kok ceritanya, ditunggu yaa.
xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Love Song (ON HOLD)
FanfictionInginku adalah agar semuanya tak berubah. Akan dan selalu sama. Karena sungguh, perubahan membuatku canggung bahkan untuk sekedar bernapas saja. -knj-