IX

210 32 7
                                    

Sepeninggal Jin yang menuju lantai 5 tempat ia dan beberapa rekannya yang lain mempertaruhkan nasib, Sooyeon perlahan mengambil langkah meninggalkan pelataran gedung kampus. Setidaknya, Sooyeon harus memberikan bentuk penghargaannya kepada tertua Alkatraz itu. Jadinya, ia memutuskan untuk membeli hadiah kecil dan se-bouquet bunga.

Jangan salah paham, karenanya jika ditanya, Sooyeon akan lantang menjawab jika ia menyayangi si tampan itu. Tak ada alasan logis bagi Sooyeon untuk tidak menyayangi dan menyukai Jin, karena si bahu lebar itu adalah lelaki tampan yang sungguh mengagumkan. Dia seorang kakak yang sedikit banyak mempunyai kesamaan dengan saudara kandungnya, Park Chanyeol.

Toko bunga tempat tujuannya tidak begitu jauh dari gerbang utama kampus. Ya, walau pun Sooyeon harus sedikit rela menapaki jalanan yang bertumpuk salju, rasanya tidak terlalu masalah jika itu demi seseorang yang mengistimewakannya di lantai 5 sana.

Busuran manis itu terpatri di wajahnya, bersama langkah yang kini membawa si gadis Park menuju toko bunga dengan plang besar bertuliskan 'Destiny'.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?" gadis belia menghampiri Sooyeon yang baru saja tiba di ambang pintu toko, manis sekali gadis berkuncir kuda itu tersenyum menyapanya.

"Aku ingin bouquet besar amaryllis," Sooyeon bukan tanpa alasan memilih amaryllis, pasalnya si cantik itu punya makna mendalam tentang kebanggaan pun sebagian dari bunga itu juga memiliki kisah tersendiri bagi seorang Kim Seok Jin bersama gadis berinisial PCH pada lembar ucapan terima kasihnya.

"Permisi, aku butuh bunga lily tiger."

Seseorang menyambut dari balik punggung Sooyeon yang tengah memilih bunga lain untuk dibawa pulang.

"Bouquet yang anda inginkan, nona?" seorang gadis lain datang bersama pernak pernik khas natal dan bunga persik.

"Sedang saja, aku butuh cepat." Jawab seseorang itu buru-buru.

"Selesaikan saja miliknya dulu, aku bisa menunggu." Sooyeon membaca kepanikan kecil yang melanda dua gadis belia di hadapannya, paham jika mereka merasa kurang jumlah dan pengalaman yang cekatan.

Dilain sisi, seorang yang ternyata perempuan sebaya Sooyeon itu menatap tak enak hati.

"Eh, nona jangan. Biarkan milikmu dulu, sebenarnya aku bisa menunggu, kok."

"Tidak apa-apa, oppa ku belum mengabari kalau dia akan masuk ruang ujian, jadi aku masih punya banyak waktu."

Keduanya bertukar senyum dengan si perempuan pemesan lily yang berulang kali menuturkan kata terimakasih.

"Lily anda, nona." Gadis belia dengan kuncir kuda menyerahkan bouquet lily pada si pemesan sembari menjawab sopan jumlah nominal yang harus dia bayar.

"Hmm... aku benar-benar berterimakasih padamu, dan maaf juga karena membuatmu menunggu lebih lama," Sooyeon lagi-lagi menepis ketidak nyamanan dari lawan bicaranya, karena ia sungguh tak apa.

"Itu bukan masalah yang cukup besar, sungguh."

"Kalau begitu, aku duluan. Selamat untuk oppa mu, semoga dia diberkati dan ujiannya berjalan lancar."

Sooyeon hanya menjawab dengan senyumannya sembari membalas bungkuk pamit itu.

"Sampaikan juga salamku untuk si penerima bunga lily mu." Kalimat itu menjadi ucapan perpisahan bagi keduanya sebelum si pemesan lily menghilang di balik daun pintu toko yang tertutup.

"Pesanan anda, nona."

"Ah, ya. Terimakasih."

________________________

Chapter 9

xoxo.

My Secret Love Song (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang