Teriknya mentari sangat terasa di sekujur tubuh. AC di kelas itu rusak, alhasil tubuh anak-anak Senior putih abu kelas MIPA 1 banjir keringat. Padahal mereka belajar di dalam kelas, bukan di luar kelas. Belum lagi guru Killer di mata pelajaran Kimia sangat membuat Mood berkurang. Pensil yang di pegangnya, sedari tadi ia mainkan bagai stik drum yang di putar-putar. Dagunya disangga oleh tangan kanannya. Matanya mulai mengantuk, sedari tadi Pak Broto hanya menjelaskan materi. Hal itu seperti dongeng pengantar tidur baginya. Matanya membuka dan kembali menutup, begitu berulang-ulang. Tak lama terdengar suara Prakkk!!! dari arah papan tulis. Serentak Arta bagaikan terkena sengatan ubur-ubur yang sangat dahsyat. Matanya pun terlihat membulat. Nafasnya tertahan di tenggorokan. Punggungnya menegang, tegak dan terkesan kaku.
" Ini waktunya belajar, bukannya Molor ! " teriak guru berkumis tebal dan berperut buncit itu.
Kini seluruh pandangan tertuju pada Arta. Jantung Arta berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ia mulai menggaruk tengkuknya dan menunjukan gaya nyengir khas nya.
" Maaf pak, saya ngantuk " Jawab Arta dengan wajah polosnya
" Berdiri kamu ! " perintah Pak Broto guru Kimia yang di kenal Killer itu "Sekarang pergi keluar dan basuh muka kamu ! "
Arta menghela nafas lega. Untungnya ia hanya di suruh membasuh muka saja. Tidak seperti kakak kelasnya yang kini sudah lulus dari SMA. Bahkan hingga ada yang harus kena tamparan dari Pak Broto yang di kenal ringan tangan ini.
Arta beranjak dari tempat duduknya. Langkahnya mengarah keluar kelas dan terhenti di sebuah kamar mandi yang berjarak 15 meter dari kelasnya. Butir demi butir air berlinang di wajah Arta. Tangannya kemudian menggerayap kedalam saku rok. Ternyata sebuah Tissue untuk mengusap wajahnya yang basah. kedua Tangannya kembali tertempel di tepi washtafell. Pandangannya terfokus pada bayangan dirinya di depan cermin. Kedua matanya perlahan menutup. Ia kembali mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan sekali hembusan. langkahnya kemudian keluar dari kamar mandi.
Arta menengok pergelangan tangannya yang telah tertempel sebuah Jam tangan hadiah Ulang Tahun ke-16 dari ayahnya. Saat itu jarum jam telah menunjukan pukul 09.50, "beberapa menit lagi istirahat, sebaiknya aku mengambil novel di loker untuk di baca di kantin " gumamnya. Arta langsung membelokan langkahnya ke sebuah ruangan berisi Loker-Loker pribadi siswa. Ruangan Loker saat itu kosong. Beberapa kali ia menengok ke kanan dan ke kiri namun tak ada seorangpun disana. Arta masuk ke dalam ruangan itu. Langkahnya lalu tertuju pada loker Nomor 218 miliknya. Ia memasukan kunci lokernya, kemudian memutarnya. SUNGGUH SULIT !, tak biasanya loker kesayangannya ini sulit di buka. Saking sibuknya berusaha membuka loker miliknya, tak di sadari seorang pria sedari tadi berdiri di belakangnya.
Pria itu berdeham beberapa kali. "Ehem....Ehem...". Mengisyaratkan bahwa ia ada di belakang Arta saat itu. Arta terkejut bukan main, Ia serentak membalikan badannya. Saking dekatnya posisi pria itu di belakang Arta, Keningnya tak sengaja nabrak dada bidang nan kencang pria itu, sampai-sampai Arta hampir terjatuh. Untung saja, tangan kiri pria itu dengan sigap langsung memegang erat tangan Arta dan tangan kanannya memeluk pinggang Arta. Seketika Jantung Arta berdegup kencang. Sepertinya dia adalah murid baru, pasalnya Arta sendiri baru melihatnya setelah hampir tiga tahun sekolah di SMA Kibar Bendera ini.
Jantung Arta berdegup makin kencang, apalagi ketika mata Arta dan mata pria itu saling bertatapan. " O my god... Arta fokus Arta, fokus ! " Ucap Arta dalam hati. Beberapa detik bertahan dalam posisi seperti itu membuatnya agak risih. Arta membuang muka saat itu juga. Pria itu lalu membantu Arta kembali bediri ke posisi normal.
" Terimakasih " Ucap Arta canggung
Pria itu mengangguk dan malah Menambah detak jantung Arta semakin berdegup kencang tak tertahankan. Suasana saat itu pun hening. Seperti ada magnet yang menariknya, tak sadar Arta malah kembali lagi memandangi kedua bola mata pria itu. Pria itu nampak kebingungan. Perlahan, Pria itu mendekatkan bibirnya ketelinga Arta. Entah apa yang ada di fikiran Arta saat itu. Tapi Arta hanya diam saja, bisu tanpa suara tak tahu menahu apa yang akan di lakukan pria itu kepadanya. Kini bibirnya berada sangat dekat di telinga Arta. Hembusan nafasnya kian terasa. Menggedur gedur halus di telinga Arta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Storie d'amore- Dari seseorang yang mencintaimu - Sesuatu yang tak terduga selalu hadir disekeliling kita. Menyisakan titik air mata yang selalu membekas. Namun sedikitnya kebahagiaan juga kadang ikut hadir. Jika membencimu adalah awal, maka mencintaimu adalah un...