Fauzan kini sedang berada di dalam kelasnya, ia sedari tadi sibuk dengan dunianya sendiri, tak memerhatikan guru mata pelajaran Ekonomi yang sedang menerangkan materi. Buku didirikan dengan membelah dua bagian tengah-seperti sedang membaca, dan dibelakang buku tersebut adalah hp Fauzan, dia sendiri sedang bermain game.
Pak Toni memerhatikan Fauzan dari jauh, diturunkannya dengan kacamata plus tersebut agar melihat Fauzan lebih jelas, dengan perlahan Pak Toni mendekati bangku Fauzan yang berada di pojokan. Teman Fauzan yang berada di sampingnya itu sudah memberi sinyal siaga dengan cara menyenggol kakinya yang berada di bawah meja agar Fauzan lebih peka. Tetapi Fauzan malah mendumel tidak jelas dan bersumpah serapah.
"Apaan si, Val. Kagak liat apa lo, gue lagi serius kaya gini juga." Fauzan berkata seperti itu dengan nada kesal tetapi mata tetap melihat ke hpnya.
Noval mengusap wajahnya gusar dengan tangannya. Pak Toni sudah berada tepat di samping meja Fauzan tapi dia sendiri tidak mengetahui itu.
"Ya! Ya! Sedikit lagi, NAAAHHH!" Fauzan memekik girang dengan keadaan berdiri lalu kedua tangannya terlentang keatas menyamping hingga sedikit terkena kepala Pak Toni.
Pak Toni telah menyingkir sedikit agar tangan Fauzan tidak mengenai kepalanya. Sayangnya, beliau terlambat dan langsung memasang muka garangnya. Fauzan buru-buru duduk dan menatap ke depan, ia juga terlihat biasa saja dalam keadaan seperti ini.
"Anda tau Fauzan? Larangan apa saja saat jam pelajaran saya?" Pak Toni berkata santai tapi urat dalam kepalanya sudah tercetak kata 'Angry' di sana. Eh.
Fauzan berpikir dengan muka seriusnya yang tetap fokus ke depan, setelah itu dia menjawab, "Tau."
Pak Toni menggerakan bibirnya ke atas dan ke bawah hingga kumis tebalnya ikut bergerak, beliau sudah tahu betul sifat anak tersebut; sok mikir tapi isinya zonk. "Jelaskan apa arti dari uang menurut para ahli!" Pak Toni menggebrak meja Fauzan dengan penggaris besi andalannya itu membuat seluruh murid tersentak kaget, begitu juga Fauzan.
Fauzan memegang dadanya, lalu menghela nafas, dia mulai berpikir lagi, setelah dia tahu jawaban terbaiknya, dia berkata. "Uang itu du...it.?" Fauzan agak tak yakin dengan jawabannya, "Iya tuh, Pak. Uang itu duit dan duit itu uang. Saya pinter banget YaAllah."
Semua menahan tawanya, ada juga yang kelepasan, tapi Pak Toni langsung mempelototi seisi ruang kelas, seketika ruangan kelas itu mendadak sunyi.
"Keluar dan duduk di kursi yang ada di ruang guru." ujar Pak Toni dengan dingin dan menusuk bagi siapa saja yang mendengarnya kecuali Fauzan.
Fauzan tersenyum dalam hati. Lumayan, suka ada teh manis disitu, batinnya.
Fauzan berdiri sambil menyelipkan bolpennya di telinga kirinya, "Baik, Pak."
Baru saja Fauzan ingin melangkahkan kakinya, tapi langsung mendapat teguran lagi dari Pak Toni. "Fauzan! Siapa suruh cuma bawa diri ke sana?"
Fauzan memasang muka heran, "Lah? Saya juga kan bawa bolpen, pak." jari telunjuk Fauzan menunjuk bolpennya yang bertengger di telinga kirinya.
"Komentar aja kamu, lebih baik komentar di Facebook lebih luas." tutur sang guru ekonomi tersebut, tapi anak-anak hanya diam dan itu terlihat garing. Pak Toni yang merasa agak malu itu pun mengganti topik, "yaudah, kalo gitu kamu pinjam buku ekonomi di perpustakaan dan merangkum sejarah tentang uang."
Fauzan mengangguk, "Iya, karena saya suka duit, jadi saya pelajari, pak."
"Silahkan keluar." suruh Pak Toni, sebenarnya tanpa disuruh juga Fauzan sudah ingin keluar karena teh manis yang suka disediakan untuk siapa saja yang haus.
Fauzan melangkahkan kakinya keluar kelas lalu ia menutup pintu dengan sopan. Baru saja dia melangkahkan satu kakinya, ternyata Fauzan lupa sesuatu, dia langsung memutar badannya lalu membuka pintu dan kepalanya menongol di depan pintu, "WASSALAMU'ALAIKUM TEMANNN,"
"Wa'alaikumsalam." balas semua teman sekelasnya.
Pak Toni menghentakan satu kakinya karena Fauzan menongol di depan pintu, "Wa'alaikumsalam. Keluar kamu!" ucapnya dengan tangan terulur yang menunjuk ke arah pintu.
"Iya, pak." Fauzan menutup pintu agak keras. Lalu dia mulai berjalan cepat ke ruang guru.
Setelah sampai, ia langsung merebahkan dirinya ke sofa yang tersedia di ruang guru. Meja guru saat ini banyak yang kosong karena masih ada jam pelajaran, jadi Fauzan hanya sendiri di ruangan penuh buku tugas itu. Fauzan merebahkan dirinya di sofa dengan satu kakinya ditekuk. Tangan kanannya bertumpu di perut dan tangannya kirinya bertumpu di dahi Fauzan, matanya pun mulai tertutup.
"Eh, Fauzan!"
Fauzan mendongkak setengah badan karena merasa ada yang memanggilnya, setelah benar-benar siapa yang memanggilnya itu, Fauzan langsung duduk dengan rapi dan sedikit merapihkan seragamnya agar terlihat tak kusut.
Fauzan menyengir, "Eh, ada Ibu Ida. Enggak ngajar, bu? Apa Ibu kangen sama saya?"
Bu Ida menggedikan bahu, "Ini orang, pd-nya keterlaluan YaAllah. Ampuni murid hamba ini YaAllah. Amin." Bu Ida bahkan sempat mengangkat tangan lalu mengusap kedua tangannya ke wajahnya.
"Cie, Ibu doain saya. Semoga saya cepat dapat jodoh ya, bu." Fauzan bertepuk tangan heboh sedangkan Bu Ida hanya menghela nafas.
"Iqro dulu benerin, baru dapet jodoh." Bu Ida menyindir keras anak murid yang dicap pemalas diseluruh penjuru sekolah, dan juga badboy di SMA Tunas Cahaya.
Fauzan sama sekali tak merasa tersindir, dia malah tersenyum, "Ibu, bisa aja kalau mau muji saya."
"Cape saya ngomong sama kamu, udah sana tidur lagi." tukas Bu Ida dengan nada penuh kesabaran.
Semua guru sudah terbiasa dengan Fauzan yang suka ada di ruang guru. Niat para guru menyuruh Fauzan untuk pergi ke ruang guru agar Fauzan segera taubat dari kelakuan buruknya, siapapun guru yang ada di ruangan tersebut pasti akan berceramah, karena Fauzan anak yang calm dan badboy dia hanya membalas ucapan para gurunya ketika berceramah dengan anggukan singkat dan juga senyumannya.
"Oke, bu." Fauzan memulai lagi tradisinya, tapi dia terbangun lagi karena lupa sesuatu, "Bu, gak ada teh manis apa?"
"Gak." jawab Bu Ida singkat.
Fauzan mendesah dengan nada kecewa, "Ah, Ibu. Kan saya haus, tar kalo saya ma-"
Ucapan Fauzan terpotong oleh salam seseorang, "Assalamu'alaikum,"
***
BANTU AUTHOR VOTE SAMA KOMEN, INI LAGI CHALLENGE 😭😭
Bagus gak? SARAN/KRITIK BOLEH. Pls, gua butuh pemasukan, owe baru pertama bikin cerita teen-fict😥
Kalo cerita They're Don't Know Us itu collabs dulu, gak sepenuhnya pemikiran author, tapi udah author unpublish :'v
Ini teen-fict tentang islami, jadi yg noni maaf ya.. kalo gak ngerti maksud ceritanya, ini bahas agama soalnya
15 Maret 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heaven Princess
Teen FictionGANTI JUDUL JUDUL AWAL: The Power Of Muslim Girl Fauzan tidak menyangka bahwa ada bidadari di sekolahnya. Dia mendekati Isna, seorang murid baru yang ada di sekolah Fauzan, dulu Isna mantan anak pesantren, tetapi karena akhlak agamanya sudah bagus...