Ucapan Fauzan terpotong oleh salam seseorang, "Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum..." Fauzan menggantungkan kalimatnya karena melihat seorang gadis sedang berdiri di depan pintu kantor guru dengan muka teduhnya yang menenangkan. "Cantik amat, buset." ceplosnya yang langsung dapat pelototan dari Bu Ida.
"Silahkan masuk, Nak." Bu Ida tersenyum simpul dibalas juga dengan senyuman gadis itu yang hijabnya sangat syar'i. Gadis tersebut pun duduk dibangku yang telah disediakan oleh Bu Ida.
"Bisa gak, kalo gak senyum? Gue bisa kena diabetes nih," sahut Fauzan dengan nada godaannya. Biasanya, anak cewek sekolah ini bisa saja luluh dengan gombalan receh ala Fauzan sendiri, tapi berbeda dengan gadis ini, dia hanya terlihat biasa-biasa saja.
"Fauzan, saya gorok kalau kamu nyaut-nyaut lagi." desis Bu Ida sangat tajam, tapi Fauzan hanya mengangguk sambil terkekeh.
"Ini, Bu. Surat pindahan saya dari pondok." akhirnya, gadis itu berbicara, membuat Fauzan sangat gemas terhadapnya.
"Iya, kamu bisa masuk kelas XII-IPS 5, semoga betah yaa," ujar Bu Ida, beliau pun melihat name tag murid barunya ini, "Nama kamu, Isnaini Putriana, selamat datang." lanjut Bu Ida agak heboh.
Isnaini tersenyum ramah, "Iya, Bu. Ibu bisa panggil saya Isna."
Fauzan yang mendengar nama kelasnya disebut itu langsung berseru, "Ibuuu!!! Kasih tau saya, kalo pendengaran saya gak budeg, 'kan?"
Bu Ida menutup telinganya, beliau berkata. "Apaan? Alay banget si Fauzan."
Fauzan menghela nafas, "Yahh, Ibu. Tinggal jawab doang."
"Saya mana tau, kalau kamu kasih pertanyaan." jawab Bu Ida sekenanya yang ditahan dengan emosi.
Isna menatap murid yang ada lima langkah dari jaraknya itu prihatin, Isna menganggap kalau lelaki itu berperilaku buruk karena berani menentang guru.
"Maaf, Bu. Kelas XII-IPS 5 itu dimana?" tanya Isna saat Bu Ida mulai meredakan emosinya.
"Di—"
"Bareng gue aja, kelas gue kok itu." sahut Fauzan cepat, ia juga memotong ucapan Bu Ida.
Kali ini, kesabaran Bu Ida memang sudah diambang batas tapi beliau selalu ingat kepada Allah agar tidak kelepasan menghukum atau bisa saja menggorok murid berandalan ini.
"Udah yuk, mau ke kelas, 'kan?" ajak Fauzan, Isna sangat tidak enak jika berjalan berdua di koridor dengan lawan jenisnya.
"E-m, mm..." Isna masih bingung, dia sangat takut jika berinteraksi dengan lelaki sejenis Fauzan.
"Tuh, si Isna gak mau deket cowo nakal kaya kamu, Isna itu cantik terus solehah, masa jalan berdua sama kamu." ujar Bu Ida dengan kekehan yang berniat mengejek Fauzan.
Fauzan tak merasa diejek, dia malah sangat pd untuk jalan berdua dengan Isna, "Nah, itu juga, Bu! Kan saya ganteng terus Isna cantik, solehah juga lagi. Saya juga soleh loh."
Bu Ida seharusnya sadar, mengejek Fauzan adalah tingkat kepedean Fauzan malah makin meninggi. Bu Ida menghiraukan ucapan Fauzan, bahkan beliau sempat menghiraukan Isna.
"Yaudah, Isna. Kamu bisa jalan sendiri, jangan sama si Fauzan. Dari sini, kamu turun tangga abis itu liat aja gedung yang lambangnya 'gajah' terus kamu masuk ke gedung itu, terus naik ke lantai 3, abis itu belok kiri, kamu bakal lihat ada pertigaan, kamu pilih kanan, lurusss terus, kamu nemu perpustakaan terus serong ke kiri dikit, ntar juga ada tulisan XII-IPS 5 disana." Bu Ida menjelaskan kelasnya Isna, tapi Isna sendiri kebingungan.
Fauzan yang melihat Isna merasa bingung itu terkekeh. "Ibu itu ngejelasin atau bikin proposal, sih? Kok ribet banget, kan dia jadi bingung, Bu. Hahaha." Fauzan menunjuk Isna dengan dagunya, "makannya, lo bareng gue aja, susah amat."
"Assalamu'alaikum." seorang siswi datang dengan membawa tumpukan buku tulis di kedua tangannya.
"Wa'alaikumsalam." balas Fauzan, Isna, dan Bu Ida.
"Eh, Tiara. Ngapain lo?" tanya Fauzan ketika tahu bahwa itu teman sekelasnya.
Tiara mendengus, pertanyaan yang tidak bermutu untuk dijawab, dia pun berjalan menuju meja salah satu guru untuk menaruh tumpukan buku tersebut, Fauzan melihat arah jalan Tiara, ternyata Tiara menaruh buku di meja Pak Toni.
"Si Toni ngasih tugas apaan?" ceplos Fauzan, dia langsung menutup mulut dengan telapak tangannya dan melihat ke arah Bu Ida yang sedang melotot, "Eh, maksud gue, Pak Toni ngasih tugas apa?" Fauzan terkekeh.
"Tugas individu." balas Tiara singkat.
"Idih, bukan itu dodol maksud gue." Fauzan menyesal telah bertanya ke Tiara, si cewek super jutek yang ada di kelas.
"Yaudah, saya ke kelas dulu ya, Bu." pamitnya.
Bu Ida memanggil Tiara saat dia berjalan, "Tiara!"
Tiara berbalik, "Ada apa, Bu?"
"Kamu anak kelas XII-IPS 5, kan?" tanya Bu Ida dan Tiara mengangguk, "Ada anak baru, anterin dia ke kelas kamu."
Tiara mengangguk, "Sini," ajaknya pada siswi yang berada di samping Bu Ida.
Isna mencium tangan gurunya, "Saya pamit dulu, Bu. Assalamu'alaikum." lalu Isna berjalan ke arah Tiara.
Bu Ida tersenyum, "Iya, Nak. Wa'alaikumsalam." Isna dan Tiara pun keluar ruang guru.
Fauzan melihat mereka keluar tersebut itu pun langsung berjalan ke luar juga sambil berkata, "Bu, saya pamit juga ya."
Bu Ida langsung mencegahnya, "Eh, enggak-enggak! Belajar ngaji dulu!"Fauzan mendengus, lalu dia pun langsung berlari sambil berkata, "Bulan depan aja, Bu. Itu juga kalo ada waktu, dadaaahhh." Fauzan pun membuka pintu cepat dan menutupnya kembali.
Setelah Fauzan sudah tidak ada lagi di ruangan ini, Bu Ida bergumam, "Punya murid tapi begitu, disuruh berbuat baik aja susah."
***
Butuh saran/kritik lagi guys.
Tadi makasih ya, udah nyempet2in dateng ke works iniii...
Vomment yaashh
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heaven Princess
Teen FictionGANTI JUDUL JUDUL AWAL: The Power Of Muslim Girl Fauzan tidak menyangka bahwa ada bidadari di sekolahnya. Dia mendekati Isna, seorang murid baru yang ada di sekolah Fauzan, dulu Isna mantan anak pesantren, tetapi karena akhlak agamanya sudah bagus...