TPOMG; Bab 12

282 26 9
                                    

Masih ada satu pelajaran PKN lagi sebelum istirahat pulang. Semua diam karena memperhatikan penjelasan dari sang Guru soal pasal-pasal kecuali Noval dan Fauzan yang sekarang ini bermain gerakan jari sambil bernyanyi Ampar-Ampar Pisang.

Fauzan dan Noval asik sendiri, mereka berdua sangat fokus terhadap permainan itu, sesekali Fauzan mengoceh kalau ia salah gerakan dan Noval lupa lirik lagunya, dua sejoli yang bodoh bagi XII-IPS 5.

Bu Mila yang sedang fokus menjelaskan materi ke anak murid terganggu dengan suara nyanyian Fauzan + Noval yang benar-benar fals. Beliau mendekati meja mereka dengan pelan dan terlihat aura killernya, ketukan sepatu dari Bu Mila menghentikan aktifitas mereka berdua.

Fauzan menengok ke arah Bu Mila yang wajahnya sedang tidak bersahabat. "Eh, Ibu. Mau main juga?"

Bu Mila diam dan memperhatikan kedua anak murid di depannya ini. Noval risih karena dilihat seperti itu, dia pun menyeletuk, "Ibu, apaan sih liat-liat? Saya tau Bu kalau saya ini ganteng." Mereka berdua akhirnya terkikik geli membuat satu kelas bergumam dan berbisik betapa bodohnya Noval dan Fauzan.

"Berdiri." ucap Bu Mila, mereka berdiri dengan tegap dan menatap lurus. Bu Mila memperhatikan seragam Noval dulu, beliau melihat seragam Noval tidak terpasang apa-apa, jangankan dasi dan bed lokasi sekolah, bed osis berwarna coklat khusus SMA saja tidak ada.

Bu Mila mulai mengoceh karena seragam Noval tak lengkap, "Kamu kenapa gak lengkap bednya? Bosen sekolah?" ucapnya santai tapi nyeremin.

Noval dengan polos mengangguk, "Iya sih, Bu. Bayangin aja, masuk jam setengah tujuh pagi ada bimbel pagi terus pulang jam empat sore ditambah bimbel lagi jadi pulang jam setengah enam, sarap nih sekolah." Noval memelankan suaranya dibagian terakhir.

Bu Mila manggut-manggut, "Saya juga capek ngajarin kamu belajar."

Fauzan menahan tawanya, Bu Mila langsung menatap Fauzan intens, beliau mendekati Fauzan dan dilihatnya seragam Fauzan. Bu Mila mengangguk sekali, "Tumben, lengkap."

Fauzan membanggakan dirinya, "Oh iya dong-"

"Kok ini bukan bed sekolah??!!" sahut Bu Mila yang kaget membuat satu kelas juga kaget, begitu juga dengan Fauzan.

Bu Mila menggerakkan badan Fauzan agar berbalik, dilihatnya ikat pinggang, dasi, topi yang ada di atas meja Fauzan, bed sekolah, bendera merah-putih yang ada di atas kantongnya luntur, dan bed nama juga dia salah.

"FAUZANN??! Ini kenapa bed sekolah dari SMA Bangsawan? Ikat pinggang dari SMA Pelita Lima, dasi dari SMA 02 Harapan, topi juga kenapa dari SMA Kesehatan Polinik?" Bu Mila berhenti mengoceh, anak murid lain mulai memperhatikan Fauzan, beliau melihat bendera-merah putih di atas saku seragam Fauzan, "YaRabbi, sejak kapan bendera Indonesia jadi oren-putih Fauzan?? Bed nama kamu juga kenapa jadi Justin Drew Bieber?! MasyaAllah."

Bu Mila tak henti-hentinya beristigfar karena Fauzan, dan yang diocehi dari tadi hanya cengengesan. "Dimana letak SMA Panca Panduwara diseragam kamu?"

"Disini, Bu." Fauzan mengehentakan kakinya sekali membuat Bu Mila heran, "maksud saya, kan saya sedang berada di gedung SMA Panca Panduwara karena diri saya disini bersama seragam yang saya pakai, jadi seragam saya terletak di sekolah ini, Bu."

"Bukan itu, Zan!"

"Bandel boleh, bego jangan."

"Astagfirullah,"

"Ganteng sama bego beda tipis ya."

Itulah sahutan-sahutan dari seluruh murid XII-IPS 5. Bu Mila menggelengkan kepala, dia mungkin harus mengajukkan ke kepala sekolah jika Fauzan belum pantas lulus SMA dan kembalikan ke TK.

"Sekarang kamu ke perpus dan rangkum paket dari halaman 180 sampai 220!" suruh Bu Mila tegas.

Fauzan mengangguk dan langsung mengantongi bolpennya, "Siap, Bu!"

Saat Fauzan beranjak pergi, ada seseorang yang memanggilnya, "Fauzan!" Fauzan berbalik dan ternyata Bu Mila, "bendera kamu copot, gak ada sejarahnya bendera merah-putih jadi oren-putih."

Fauzan hanya mengiyakannya dan menceritakan sedikit bahwa benderanya itu luntur, dia berjalan pergi keluar kelas dan menutup pintu kelas. Dibalik itu, ada Isna yang tersenyum kecil.

Bu Mila kembali duduk di singgahannya, dia melihat daftar absen kelas dan memanggil satu nama murid disini.

"Isna," panggil Bu Mila, dan Isna langsung mendongkak, "tolong ambilkan 10 paket lagi di perpustakaan, tadi soalnya kurang."

Isna berdiri seraya mengangguk, dia keluar kelas dan berjalan menuju perpustakaan. Saat dia masuk ke perpus dan mengambil buku paket PKN yang memang berada dipojok perpustakaan, dia mendengar suara orang mendengkur halus.

Isna mengernyit heran dan menengok sesuatu yang ada di balik rak buku berwarna coklat ini, ternyata ada Fauzan yang sedang tidur di bangku panjang dengan kedua kaki terselonjor, tangan kanannya terkekuk untuk menutup matanya dan tangan kirinya terkekuk bertumpu di perut.

Isna membalikkan kepalanya lagi saat dia tahu kalau itu Fauzan, tadi niatnya Isna sekalian ingin meminta maaf kepadanya tapi Fauzan sedang tidur, tidak mungkin dia membangunkan Fauzan. Sayangnya, Isna terjedot rak buku besar tersebut, dia meringis seraya mengusap kepalanya, tapi karena mendengar suara lain, Fauzan jadi bangun dan langsung duduk.

"Eh, Isna." sahut Fauzan, Isna menengok sekilas. "ngapain ada disini?"

"Aku mau ngambil paket PKN." balas Isna, Fauzan hanya mengangguk dan hening beberapa detik, Isna kembali bersuara. "aku minta maaf ya, Zan."

"Loh, soal apa?"

"Soal yang tadi, nyemprot itu." ucap Isna, Fauzan mengerti itu, padahal tadi dia hanya bercanda marahnya tapi dianggap serius bagi Isna, bagaimana nanti hubungannya kelak? Ah, Fauzan jadi senang sendiri.

"Gue juga minta maaf." Fauzan melihat muka Isna yang heran, mungkin Isna tidak tahu, tapi Fauzan melanjutkan. "soal kertas itu, tip-ex isinya air."

"Iya, aku duluan, ya." Isna berjalan pergi keluar perpustakaan, tak lupa dengan membawa buku paketnya.

Ada seseorang yang mendengar ucapan mereka tadi, "Liat aja lo, Na!" gerutunya kesal, sesekali meremas buku paket sekolah yang ada di dekatnya.

***

Mau di unpublish rasanya. takut 'teenfict' nya enggak kebawa😂 padahal umur masih muda cielah.

Kangen bikin cerita horor :v

My Heaven PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang