Besok pagi, di meja piket sekolah. Semua guru sudah menunggu kedatangan Fauzan. Setelah 30 menit bel masuk, Fauzan dan Noval sedang berjalan menuju meja piket, mereka berdua terlihat santai berjalan menuju para guru yang sedang menunggunya.
Fauzan memberi salam kepada guru-gurunya, tapi entah kenapa perasaan dia menjadi tidak enak karena para gurunya ini sedang tersenyum menyerangi ke arah dia dan Noval.
Benar, dugaan Fauzan. Bu Ida tiba-tiba mengangangkat sebuah gunting sembari digerak-gerakin, dan nasib celananya yang ketat ini akan robek sampai paha. Kedua sahabat itu meneguk salivanya ketika Bu Ida mendekati mereka berdua, saat mereka hendak kabur, Bu Mila lebih cepat mengepungnya dari belakang sambil membawa gunting juga.
Sial, runtuk Fauzan.
Mereka berdua pasrah, sekarang kedua celananya sedang digunting sampai atas dengkul. Fauzan menggerutu dan pasti ia akan ditertawakan karena hal ini. Sudah biasa untuk dirinya dan Noval.
Ada seorang murid laki-laki yang tidak sengaja lewat meja piket dan melihat peristiwa ini. Dia tertawa terbahak melihat wajah Fauzan yang pias, dia juga adalah rival Fauzan saat dia pertama kali masuk sekolah, padahal dia hanya adik kelas. Dia membenci Fauzan karena gayanya yang sok ganteng dan suka membuat onar, dia juga berharap Fauzan lebih baik dikeluarkan saat H-1 menjelang UNBK.
"Kena lagi? Mampus." sahut murid lelaki tersebut sambil mendecih, namanya Rizal.
Fauzan menatap adik kelasnya dengan ekspresi yang geram. "Bacot." maki Fauzan, padahal ada tiga guru di sampingnya yang sedang menggunting celananya.
"Fauzan!" tegur Bu Mila.
"Enggak, bu. Saya ngomong bekicot tadi," bela Fauzan dengan nada seperti sedang menahan amarah.
"Jangan sok, percuma ganteng tapi gak bisa ngaji sama sholat. Alah, modal tampang." ujar Rizal dengan nada meledeknya, dia sengaja memancing emosi Fauzan agar Fauzan dihukum lagi.
Fauzan yang sudah tersulut emosi langsung berdiri tapi ditahan oleh gurunya dan Noval. Fauzan hanya menggertakan giginya kesal, dia tidak mungkin akan bertengkar di depan gurunya. Akhirnya, dia kembali duduk.
Noval berdiri dan langsung mendekati Rizal, "Pergi ke kelas daripada lo MATI di sini." ucap Noval dengan penuh penekanan, dia tak peduli kalau para gurunya sedang menegur dia.
Rahang Rizal mengeras, ingin sekali dia memukul wajah Noval tapi situasi tidak memungkinkan dan dia kembali pergi sambil meledek Fauzan lagi.
"Mati anjing itu anak," maki Fauzan lagi dengan nada pela. Guru lainnya hanya mendiamkan Fauzan, jika mereka sampai memarahi Fauzan saat tersulut emosi, pasti Fauzan akan mengamuk dan satu sekolah bisa saja hancur, ego-nya sangat besar.
Bu Mila dan Bu Ida lebih baik memarahi Fauzan saat mood dia tidak seperti ini, kalau Fauzan dimarahi saat moodnya sedang baik, pasti Fauzan selalu tersenyum dan mengiyakan perintah guru-gurunya sambil menyengir. Tapi jika moodnya sedang buruk? Tidak tahu lagi bagaimana nasib orang yang di sekililingnya.
Mereka semua berdiri, Fauzan mendesah karena melihat celananya robek sangat panjang. Bu Ida sangat senang karena beliau bisa menggunting celana Fauzan dengan tangannya sendiri, Bu Mila juga merasakan hal yang sama.
Bu Mila menyuruh mereka untuk pergi ke kelas bersama dirinya, mereka berdua hanya menurut dan berjalan menuju ke kelas. Setelah sampai, Bu Mila mengetok pintu dan melihat Pak Toni sedang mengajar di kelas XII-IPS 2.
"Permisi, ada yang bawa mukena?" tanya Bu Mila.
Ada dua orang murid yang mengacungkan tangannya. Ternyata Isna dan Tiara. Bu Mila langsung menghampiri mereka berdua dan meminjam bahawan mukena atau rok.
***
Lumayan fast update kan?:v
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heaven Princess
أدب المراهقينGANTI JUDUL JUDUL AWAL: The Power Of Muslim Girl Fauzan tidak menyangka bahwa ada bidadari di sekolahnya. Dia mendekati Isna, seorang murid baru yang ada di sekolah Fauzan, dulu Isna mantan anak pesantren, tetapi karena akhlak agamanya sudah bagus...