Saat Isna sudah keluar dari perpustakaan, Fauzan kembali duduk di bangku panjang perpus. Kemudian Fauzan berdiri kembali dan menghampiri rak buku PKN, diambilnya satu paket tersebut lalu ia kembali duduk. Dilihatnya paket itu dengan bolak-balik, dia bingung mau mengerjakan tugas Bu Mila atau dihukum lagi untuk membersihkan kandang sapi di belakang sekolah. Fauzan bergidik ngeri, lebih baik mengerjakan tugas daripada harus membersihkan kotoran sapi.
Fauzan mengeluarkan bukunya yang tergulung di saku celananya, dia mengambil bolpennya yang bertengger di telinganya. Meja kecil yang ada di depannya ia tarik supaya menulis tugasnya dengan penuh ketenangan. Fauzan baru saja menulis judul rangkuman, lalu ada seseorang yang tiba-tiba duduk di samping Fauzan dan bergelayut manja.
"Fauzan! Cie rajin, ntar lo kuliahnya mau dimana? Ikut dooong, semangat nulisnya, Zan." sahut seorang gadis yang bergelayut manja tadi di bahu Fauzan.
"Kok najis, ya?" balas Fauzan dengan menarik tangan gadis yang ada di sampingnya, "Lepas napa, Cin. Malesin tau nggak?"
"Ih, gitu banget sama Cindy, sih." gadis yang bernama Cindy itu melepaskan tangannya dari bahu Fauzan. "Ngomong-ngomong lo lagi deket sama Isna?"
Fauzan yang tadi sedang menulis sempat berhenti dan menoleh ke Cindy dengan sarkastik, "Siapa lo? Mau tau urusan orang aja."
Cindy diam sejenak, bukan karena omongan Fauzan, dia sudah kebal dengan omongan pedas Fauzan dan dia tersenyum menyirangi menatap lurus ke depan. Fauzan melihat Cindy tersenyum sendiri, lebih baik dia melanjutkan merangkum paketnya dan dia kembali menulis lagi.
"Asal lo tau, gue lebih dulu kenal Isna daripada lo." sahut Cindy yang masih menatap lurus ke depan.
Fauzan tetap menulis dan berkata. "Terus?"
"Hati-hati aja. Ntar lo sakit hati sama dia." balas Cindy, "Mending sama gue."
Fauzan menghentakkan tangannya ke meja sekali, "Lo tuh-"
KRING KRING KRING
Fauzan melanjutkan. "Bel pulang." Fauzan berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Cindy yang sedang menggerutu tidak jelas.
Fauzan masuk ke kelas seraya mengucapkan salam, dia mengumpulkan buku tulisnya dan mencium tangan Bu Mila.
"Udah selesai?" tanya Bu Mila.
"Udah, liat aja," jawab Fauzan. "Val, balik, sekalian tas gue." Fauzan berteriak dan Noval berdiri dari kursi dan menghampiri Fauzan sambil menenteng sebuah tas, Noval melempar tas tersebut ke pemiliknya.
Fauzan menangkapnya dengan santai, mereka berdua berjalan keluar kelas. Bu Mila langsung meneriaki mereka. "Fauzan, Noval! Do'a dulu!"
Mereka berdua berbalik. "Aminn," kata Fauzan diikuti oleh Noval. "Udah, Bu." jawab mereka.
"Berdo'a dulu biar selamat di jalan," sahut Isna dari kursinya yang lansung diteriaki heboh oleh satu kelas.
"Astagfirullah, saya khilaf," sahut Fauzan, dia berjalan ke tempat duduknya. "Val, bukannya do'a dulu lo. Maen pulang aja." Alhasil, Fauzan mendapat jitakan dari Noval.
Mereka berdua duduk dan KM mulai memimpin do'a. Saat selesai, semua murid langsung berhamburan keluar kelas.
***
Fauzan memasuki rumahnya, dia membuka sepatu dan ditaruhnya di rak sepatu samping pintu. Dia berjalan menuju dapur dan menghampiri ibunya yang sedang memasak. Indri langsung menatap anaknya mengintimidasi.
"Halo, Mah. Fauzan udah lancar Iqro 1 sampe 2 loh," sahut Fauzan dengan senyum riangnya.
Indri menoleh ke anaknya sekilas, "Ya, terus? Bagus, dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heaven Princess
Teen FictionGANTI JUDUL JUDUL AWAL: The Power Of Muslim Girl Fauzan tidak menyangka bahwa ada bidadari di sekolahnya. Dia mendekati Isna, seorang murid baru yang ada di sekolah Fauzan, dulu Isna mantan anak pesantren, tetapi karena akhlak agamanya sudah bagus...