Part 8 ; Little Fight

13 1 0
                                    

Clara's Pov

Liburan panjang pun tiba, aku pergi ke Bali bersama teman-teman ku selama seminggu.

Aku merasa aneh dengan Kak Cindy, sejak kepulangannya ke rumah, dia menjadi agak pendiam dan sering menghabiskan waktu sendiri.

Bila aku mengajaknya berinteraksi, dia seperti memasang tembok sehingga membatasi interaksi kami. Entahlah..

Setelah libur selama 2 bulan lamanya. Tiba saatnya aku untuk masuk kuliah.

Hari ini aku mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih, rok span berwarna hitam, dan sepatu flatshoe berwarna hitam.

Persis ketika kakak ku dulu menjalani MOS. Namun kali ini Aku rasa MOS nya akan diperketat, terbukti kami para calon mahasiswa baru diwajibkan untuk menguncir dua rambut kami, sedangkan bagi laki-laki rambutnya diwajibkan klimis.

Aku pun tiba di Harvart University. Sangat senang menjadi anak kuliahan ternyata.

Aku pun memasuki lapangan dimana para calon mahasiswa baru berbaris. Aku berbaris di kelompok 9.

1 kelompok terdiri dari 30 orang, dan menurut pengamatanku tahun ini Harvart University menerima 900 mahasiswa, sehingga tedapat 30 kelompok.

Kami pun segera berbaris dan mengikuti upacara pagi. MOS hari pertama hanya perkenalan lingkungan Harvart University dan perkenalan panitia MOS.

Dan betapa kagetnya aku mengetahui bahwa kak Franky lah yang akan menjadi tutorku. Disana aku juga melihat kakak ku, Dia menjadi tutor kelompok 12.

Mengapa bukan Kak Cindy yang menjadi tutorku, pasti akan lebih menyenangkan.

1 kelompok memiliki 2 tutor. Kak Franky dan Kak Neisya yang akan menjadi tutorku.

"Clar, nanti pulang bareng ya" kata kak Franky sambil mendekati ku yang sedang berbaris.

"Ha? Gausah, aku.." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Dia sudah memotong nya.

"Gaada penolakan!" paksanya sambil tersenyum jahat.

"Kalo perlu Pak Aji gue suruh pulang.. Besok gausah suruh Pak Aji tungguin biar gue aja yang nganter pulang, kalo perlu besok gue jemput.. Okay!" tegasnya kepadaku.

Apa ini? Sebuah perintah? Siapa dia memerintahku.

Saat aku hendak menjawab Kak Shirly yang merupakan kakak terjutek, begitulah yang dikatakan teman-teman kelompok ku menghampiriku dan memarahiku.

"Heh! Malah asik ngobrol lagi ya! Sekarang lo gue kasih hukuman!" makinya padaku.

Ini semua gara-gara Kak Franky, batinku. 'Harusnya Kak Franky lah yang dihukum karena mengajakku mengobrol' batinku lagi dalam hati.

"Gue yang ngajak ngobrol Shir.. Apa gue perlu dihukum juga?" pertanyaan kak Franky berhasil menginterupsi makian Kak Shirly padaku.

"Apa sih.." jawab Kak Shirly sambil memberikan kode-kode kepada Kak Franky.

"Kalo lo emang mau hukum mereka, kan mulainya baru besok, jadi sekarang gausah terlalu keras lah" bela Kak Franky.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang