Part 3 ; Best Friend

24 4 0
                                    

Cindy's Pov
Setelah kejadian hari itu, semua pasang mata selalu menatap ku dengan tajam. Ini adalah hari terakhir MOS ku di Harvart University dan beruntung nya kejadian kemarin tidak terulang. Walaupun aku harus diuji secara mental karena tatapan-tatapan sinis semua wanita di universitas ku. Tapi aku tidak peduli begitupun dengan Franky, kami kembali berteman seperti biasa, bahkan semakin dekat. Kami saling menceritakan pengalaman-pengalaman saat masa sekolah kami, tentang keluarga kami, dsb.

Hari ini aku kesiangan sehingga aku diantar oleh Pak Aji dan Clara diantar oleh papa ku, karena jika aku yang mengendarai mobil aku akan kesulitan mencari parkiran dan semakin bertambah terlambat. Sial nya, mobil yang aku naiki hari ini harus mengalami beberapa perbaikan di bengkel sehingga hari ini aku terpaksa pulang sendiri atau naik kendaraan umum.

Saat aku ingin memesan kendaraan umum di gerbang depan Harvart University, Franky menghampiri ku dengan mobil mazda nya.

"Cin, belom dijemput?" tanya nya sambil membuka sebelah kaca mobil nya.

"Ini mau pesen taksi" jawabku sambil mencari nomor telepon taksi di ponsel ku.

"Lah tumben, ga bawa mobil hari ini? Yaudah sini gue anterin, daripada lama nunggu taksi.. Rumah lo dimana emang?" tawarnya kepada ku.

"Rumah gue jauh loh, daerah Jakarta Timur" jawabku ragu.

Ya jarak Harvart University dengan rumahku bisa terbilang cukup jauh, butuh waktu 1 jam jika lalu lintas lancar, tapi siapa yang tau? Jakarta selalu macet.

"Ohh jauh juga yaa.. Yaudah pulang sendiri deh sana.. Ati-ati yaa" katanya terkekeh geli sambil menutup kaca mobilnya.

Aku memajukan bibirku sedikit, ada rasa kesal "Cowok macam apa dia, cuman karena jauh dia menolak mengantarkan aku pulang?" batinku dalam hati.

Ternyata aku salah Franky dengan cepat membuka kembali kaca mobilnya
"Ciee cemberut.. Ayo masuk.. Ya kali gue ninggalin temen cewek gue pulang sendiri.. Ayo buruan masuk" katanya sambil membukakan pintu mobil dari dalam.

Aku terdiam sebentar, namun jika dipikir-pikir daripada mengeluarkan uang untuk biaya transport, lebih baik aku ikut dengannya, aku tidak akan membuang kesempatan diantar pulang oleh cowok yang aku taksir. Aku pun dengan cepat masuk kedalam mobil nya. Di sepanjang jalan banyak yang kami bicarakan, hal-hal kecil, namun entah kenapa sangat nyaman mengobrol dengannya.

Kami pun mulai kehilangan bahan obrolan, tiba-tiba terlintas sebuah pertanyaan di otak ku "Franky, kenapa lo gamau punya hubungan untuk sekarang?" tanya ku ragu.

Dia sempat terdiam beberapa detik, dimana aku menjadi merasa bersalah telah bertanya.

"Trauma masa lalu mungkin" katanya singkat.

"Ooh.." jawabku supaya mengakhiri pembicaraan kami.

"4 tahun.." katanya membuka suara.

"Dari kelas 3 SMP sampe 3 SMA, bokapnya pindah kerja dan dia lebih milih lanjutin studi nya di luar negeri. Gue ga takut sih ldr, tapi dia nolak. Dia bilang kita break dulu.. Yah, break, bahasa halus putus. Keluarga kita udah saling kenal satu sama lain, kalo kata orang-orang waktu itu, tinggal nyari tanggal yang pas, sampe sekarang kita masih lost contact" katanya sambil memaksa bibirnya untuk tersenyum.

Aku tau senyumnya itu palsu. Siapa yang masih akan tersenyum bila mengalami sakit hati seperti itu. Ya Tuhan seketika aku merasa sangat bersalah karena bertanya.

"Sorry.." kataku memasang ekspresi bersalah.

"Gapapa santai ajaa.. Gue juga udah mulai lupain itu semua, ya kira-kira udah 3 bulan kita putus, jadi udah mulai terbiasa" jawabnya santai.

"Bukannya lo gamau ceritain hal ini ke gue?"

"Kata siapa?" tanyanya bingung.

"Buktinya waktu itu lo bilang 'RAHASIA' " jawabku menirukan gaya bicaranya waktu itu.

"Hahaha.." tawanya pun pecah.

"Waktu itu kan ada Tania, Cin.." jawabnya kali ini. "Gue udah nganggep lo sahabat gue lagi Cin, kenapa juga gue harus rahasiain masa lalu gue dari sahabat gue" tambahnya.

"Apa sahabat?!" batinku. Apa ini yang disebut cinta bertepuk sebelah tangan? Seolah dunia ku runtuh sesaat. Jadi selama ini dia hanya mengganggap ku seorang sahabat? Tapi, bagiku tidak masalah, menjadi sahabat nya saja sudah membuat ku bahagia. Siapa tau dari sahabat bisa timbul rasa cinta..

Tidak terasa sudah 1 jam lamanya kita mengobrol satu sama lain, dan untungnya jalanan Jakarta tidak macet hari ini sehingga dalam waktu 1 jam Aku sudah bisa sampai di rumah.

"Thanks yaa.. Hati-hati di jalan pulang" kataku sambil tersenyum tulus.

Tiba-tiba mama ku keluar dari rumah dan melihat Franky.

"Kamu pulang sama siapa Cin?" tanya mama ku penasaran.

Tanpa disangka Franky langsung keluar dari mobilnya dan menjabat tangan mama ku.

"Nama saya Franky, Tan. Saya temen nya Cindy, tapi kita beda jurusan" jawab nya sambil tersenyum lebar.

"Ooh gitu.. Iya makasih yaa udah nganterin Cindy, soalnya tadi pagi dia kesiangan jadi Tante suruh dianter supir aja. Makasih loh sampe malem gini jadi gaenak, kan kuliahnya juga jauh. Masuk dulu yuk, Tante udah siapin makan malam juga.." jawab mama ku dengan ramah.

Untungnya mama ku bukan tipe mama yang kuno yang akan marah jika anak nya pulang malam bersama laki-laki.

"Gausah repot-repot Tan.. Makasih tawarannya Tan, tapi saya juga di tungguin sama mama di rumah, hehehe.. Kalo gitu saya pamit langsung aja ya Tan.. Selamat malam Tan" jawab Franky sambil mencium tangan mama ku.

Ganteng, berani, baik hati, sopan pula itulah yang bisa menggambarkan laki-laki di depan ku ini.

Tibalah saatnya kami untuk menyantap makan malam kami. Kami selalu seperti ini bersama-sama berkumpul untuk makan malam dan sarapan bersama, namun Papaku tidak bisa bergabung dengan kami sekarang karena Dia masih berada dalam perjalanan business.

Saat kami berada di meja makan untuk menyantap makan malam kami, mama ku pun membuka obrolan "Cin, tadi temen kamu itu sopan ya.. Mama suka deh liatnya".

Aku pun hanya bisa tersipu malu.

"Temen nya kak Cindy? Siapa?" tanya Clara penasaran.

"Nama nya Franky" jawab mama ku kali ini.

"Kakak dianter pulang sama Kak Franky?!" tanya Clara dengan bersemangat.

Maklum, aku sudah menceritakan segalanya jadi dia sudah pasti tau siapa Franky.

"Iya" jawab ku singat sambil memelototi nya agar dia diam.

Makan malam kami pun berjalan cepat.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang