Bab 21

3.9K 113 1
                                    

Daniel hanya mampu memandang sang isteri yang berada di sebelahnya . Senyumannya yang menawan itulah yang pernah menjadi igauannya sepanjang malam . Dia masih ingat akan janji dia terhadap Azrul dan Dian . Janji untuk jadi pengapit kepada mereka jika mereka ditakdirkan untuk bersama dan benda itu menjadi kenyataan . Dia sekarang berada di majlis resepsi Azrul dan Dian .

"Masin betul mulut abang kan , sayang ?,"kata Daniel sambil tersenyum ke arah Zuhayr . 

"Kenapa abang kata macam tu ?,"tanya Zuhayr dengan wajah yang berkerut memikirkan kata - kata si suami . 

"Ingat tak dulu abang kata abang akan jadi pengapit diorang kalau diorang kahwin bersama ?," soal Daniel kepada isterinya . Senyuman manis mekar di bibir sang isteri . Tangan sasanya diletakan di bahu sang isteri .

"Ingat ! Masa diorang jadi pengapit kita dulu kan ? Rindunya saat itu ,"balas sang isteri dengan senyuman . Memori lama bermain dalam fikiran . Amat nostalgia untuknya .

"Malangnya kita tak dapat jadi pengapit diorang sebab sayang dah gemuk !,"balas Daniel dengan gurauan . Zuhayr mencebik .

"Alah , orang gemuk ni pun salah abang ! ,"kata Zuhayr memalingkan muka tanda merajuk .

"Kenapa salah abang pula ?,"tanya Daniel dengan senyuman yang nakal .

"Abanglah yang buat orang mengandung sampai jadi boyot macam ni ,"kata Zuhayr sambil mengusap perutnya yang sudah macam menonjol keluar itu . Usia kandungannya itu baru mencapai 5 bulan namun besar dia mengalahkan orang mengandung 7 bulan  , maklumlah anak kembar .

"Yelah , salah abang ,"kata Daniel , mengalah . Isterinya yang sedang mengandung perlu dijaga perasaannya kerana isterinya ini mudah terasa dengan kata - kata kasar biarpun hanya gurauan semata - mata . 

"Ibu ! Abah !,"suara kanak - kanak kecil itu membuatkan Daniel dan Zuhayr berpaling . Kelihatan anak - anak mereka sedang berlari ke arah mereka berdua . Daniel duduk mencangkung lalu mendepakan lengannya . Semua anak - anaknya meluru ke arah Daniel .

"Sayang abah ! Mana nenek , sayang ?,"tanya Daniel kepada Danish atau along , anaknya yang sulung . Anaknya yang sulong kini berusia 5 tahun dan amat menyayangi adik - adiknya . Danish juga amat bijak menjaga adik - adiknya walaupun usianya masih setahun jagung . 

"Ada dengan Mak Su ,"balas Danish . Adiknya Dani atau angah pula berusia 4 tahun manakala , Daiyan atau alang berusia 2 tahun . 

Semua nama mereka ada maksud yang baik . Danish Haikal , pengetahuan pokok yang besar dan subur . Dani Hafiy , dekat yang memuliakan . Daiyan Hadif , pelindung yang mempuyai matlamat . 

Merekalah semangat kami untuk terus hidup dan berusaha untuk mencapai kejayaan dan mereka juga harapan kami agar mereka menjadi anak - anak yang berjaya di dunia dan di akhirat . 

"Jom balik ,"tangan si isteri ditarik keluar dari dewan .

"Along , angah dan alang nak tahu something tak ?,"tanya Daniel kepada anak - anaknya . Daiyan telah didukungnya . 

"Apa abah ? Along nak tahu ,"kata Danish yang sedang memimpin Dani . 

"Abah sayang ibu , along , angah , alang dan adik - adik yang dalam perut ibu ni sangat - sangat ," kata Daniel dengan senyuman . Isterinya disebelah dikerling . 

"Sayang , abang sayang sayang tau ,"kata Daniel lalu mencium tangan sang isteri . Zuhayr memandang wajah kacak suaminya . Walaupun sudah enam tahun menatap wajah itu , dia tak pernah jemu malah semakin rindu untuk menatapnya . 

"Sayang pun sayang abang sangat ,"kata Zuhayr . Entah kenapa dirinya sebak tiba - tiba . Akhirnya dia berada dalam pelukan Daniel sambil menangis . 

"Sayang , janganlah menangis sebab mungkin satu hari nanti abang dah tak ada untuk lapkan air mata sayang ,"kata Daniel lembut . Wajah isterinya yang sedang menangis itu ditatap . Jarinya lembut melapkan air mata sang isteri tercinta . Memori semasa hari perkahwinannya muncul di dalam minda . 

Saat di mana Zuhayr menangis apabila mendengar lafaz ijab kabul dan dia datang menyapu air mata sang gadis yang baru saja bergelar isteri itu . satu kenangan yang amat manis . Macam manalah kalau satu hari nanti dia terpaksa meninggalkan anak dan isteri yang dicintai sepenuh hati ini . 

"Kenapa abang cakap macam tu ?,"tanya Zuhayr sambil merenung mata Daniel . Daniel hanya tersenyum memandang isterinya yang menyoalkan kata- katanya .

"Taklah sayang , cuma sayang tahukan yang mati itu pasti  dan andai kata abang yang pergi dulu , sayang kena janji supaya terus kuat walaupun abang tahu jika abang pergi dulu sayang akan menanggung rindu yang berbukit tapi masa itu tolong jangan menangis sebab abang dah tak dapat nak lapkan air mata sayang waktu itu ,"kata Daniel kepada Zuhayr yang sedang menahan tangis . 

"Dah sayang . Jom masuk kereta ,"pintu kereta dibuka .  Danish membantu adik - adiknya masuk ke dalam kereta . Daniel memandu kereta sehingga ke rumah banglo 2 tingkat yang di tinggalkan oleh ayah dan maknya yang sekarang didiaminya . Semua orang masuk kedalam rumah . Tinggal Daniel dan Danish sahaja di luar .

"Danish tak nak masuk lagi ke ?,"tanya Daniel yang hendak mengunci pintu kereta . Danish mengeleng .

"Tunggu abah ,"balasnya dengan senyuman . Tangan ayahnya ditarik agar sama paras dengannya .

Tiba - tiba , Danish berbisik ke telinga ayahnya ."Danish pun sayang abah ,"kata Danish dengan senyuman . Daniel terpegun dengan kata - kata anaknya . 

"Danish ,"panggil Daniel perlahan .

"Ye , abah ,"balas Danish . Tangan abahnya dipegang kejap .

"Danish janji dengan abah yang Danish akan jaga adik dengan ibu kalau abah takde ?,"tanya Daniel kepada anak sulungnya amat dipercayainya .

"Danish janji dengan abah akan jaga ibu dengan adik - adik tapi abah nak pergi mana ? Abah nak tinggalkan Danish ke ? Ada kerja kat luar negara ?,"tanya Danish .

"Taklah , abah cuma cakap kalau ,"kata Daniel lalu mengusap kepala anaknya lembut . 

"Dah , jom masuk ,"kata Daniel lalu memimpin tangan anaknya masuk ke dalam rumah .


Bila Murid Aku Gorgeous (D's #2)Where stories live. Discover now