Chapter 2

1.2K 104 6
                                    

Kau adalah orang pertama yang membuat jantungku berdetak kencang..

××××××××××××××××××××××××


Silvie p.o.v

Goresan spidol menghiasi tiap sudut papan tulis. Tak lupa juga kata-kata mutiara yang entah apa maksudnya keluar dari mulut guru yang tengah menjelaskan materi didepan kelas.

Rangkaian tulisan yang tampak begitu indah. Kalian mau tahu kenapa itu disebut indah? Karena keindahannya itulah. Membuat mataku begitu pedih saat menatap rangkaian huruf yang berpadu dengan angka, akar kuadrat serta rumus yang susah untuk dicerna oleh otakku yang cuma sebobrok ini.

'Susah banget sih!' batinku kesal sambil memperhatikan papan tulis.

"Hoaaam ... nyamnyam."

Aku mengalihkan pandanganku pada Rose, "Ssttt! Nguapnya jangan keras-keras!" ujarku pelan sambil menaruh jari telunjuk dibibirku, mengisyaratkan agar segera tutup mulut.

Mendapat petuah dariku, Rose hanya memanyunkan bibirnya dan menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti omelan.

"Jadi, 2x-√3y + 6 adalah—" tangan guru itu tampak berhenti sejenak. Kepalanya menoleh kebelakang. Matanya menatap lurus kearah semua anak didiknya.

Kalau diibaratkan, tatapannya itu seperti CCTV saja.

Satu kelaspun hening.

"Semua tolong perhatikan." kata guru matematika mendapat julukan The Killer, Pak Sooman.

Bahkan saking mengerikannya guru ini. Teman sekelasku, Park Chanyeol yang dikenal sebagai tukang onar disekolah, ratusan kali ikut tawuran antar pelajar dan sudah ribuan kali masuk ruang BK hanya duduk membatu di sudut kelas.

Entah memperhatikan papan tulis atau sibuk dengan alam hayalannya. Bodoh amatlah yang penting dia diam.

"Kapan selesainya?" cicitku lemah.

Tak sengaja, sudut mataku menangkap sosok yang sangat-amat tak asing.

Aku menghela nafas pelan.

Sehun, namja paling populer di seantero sekolah.

Mataku kembali menatapnya. Menatap lekat wajahnya. Hatiku terus bertanya-tanya. Apasih yang membuat dia begitu digilai para yeoja? Karena dia tampan? Hm, mungkin saja. Eh! Tapi enggaklah!

Aku menggeleng heran.

"Hei vie." panggil Rose sambil menggoyang kan lenganku pelan.

Aku menolehkan kepalaku. Hatiku menggeram. Gangguin banget sih! Orang lagi asik-asiknya juga!

"Apa?" sahutku ketus.

"Yaelah digituin aja udah marah. Sabar bu sabar, nanti cepat tua!" balas Rose tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Ya, Tuhan. Bunuh orang dosa enggak ya?

"Lah elo sendiri ngapa gangguin gue!? Enggak ada kerjaan lain apa?" ujarku tak kalah sadis.

Mendengar sindiran halus (read: keras), Rose hanya bisa menyengir sambil memamerkan giginya yang tampak seperti iklan odol di tv.

Senyum aja terus sampai gigi lo kuning.

"Yee ... maaf. Gue cuma lagi bosan aja." cicit Rose.

Mendengar pembelaan tak berguna dari Rose, aku hanya mengerlingkan mataku malas.

"Ya udah. Jangan gangguin gue lagi." balasku.

Aku membalikkan pandanganku.

Tetapi..

Deg! Deg! Deg!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg! Deg! Deg!

Di-dia menatapku!?

Tatapan dinginnya sukses membuat mataku membulat sempurna. Tiba-tiba sekujur tubuhku terasa kaku. Rasanya gue pengen mati aja sekarang.

End Silvie Jung p.o.v

Silvie mati kutu. Tubuhnya seakan kaku saat menerima tatapan dari namja yang sedari tadi ia perhatikan. Dengan cepat, ia mengalih kan pandangannya ke papan tulis. Berusaha menormalkan detak jantungnya yang tak beraturan sekarang.

Silvie menundukkan kepalanya, menutupi rona merah yang sekarang terpancar sempurna dikedua pipinya.

"Silvie? Lo kenapa? Kok pipi lo merah gitu? Lo sakit?" tanya Rose bertubi-tubi. Ia terkejut saat melihat rona merah yang terlihat jelas dipipi teman sebangkunya itu.

"Gu-gue enggak apa-apa." jawab Silvie pelan. Bibirnya seakan kelu. Hanya kata-kata itu yang sanggup keluar dari bibirnya.

Silvie hanya bisa terdiam. Hatinya bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya?

.
.
.

TBC

My First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang