Chapter 4

363 53 4
                                    

Aku kira. Dengan aku mengetahui apa yang telah kau lalui. Aku akan mudah melupakanmu.

××××××××××××××××××××××××

Silvie p.o.v

"Huaaaa!"

Tap!

Langkahku terhenti begitu saja saat mendengar suara tangisan anak kecil, apalagi suasana di taman kantor lumayan sepi karena jam istirahat bagi para pegawai disini telah usai.

"Suara siapa tuh?" ucapku sambil menoleh kekiri dan kekanan, mencari darimana suara itu berasal.

"Huaaa!"

Oh, diujung sana rupanya.

Aku segera mengambil langkah seribu, berlari kecil kearah anak kecil yang tengah meringkuk kesakitan sembari memegang lututnya yang tampak lecet.

"Hm? Adek kenapa nangis?" aku sedikit berlutut, mensejajarkan tubuhku dengan pria kecil yang tengah menangis tersedu-sedu.

"Ka-kaki a-aku chakit ..." lirihnya.

Hm, dasar anak-anak. Palingan juga dia yang nyari gara-gara disini.

"Ya, sudah sini sama kakak." Aku menggendongnya dengan gaya koala style seraya menepuk-nepuk punggungnya pelan. Ternyata, ada gunanya juga ya belajar cara mengasuh anak kecil di internet.

Aku bisa jadi ibu yang baik buat anak aku nanti. Hahaha! Anjir udah mikirin anak, pacar saja enggak ada.

"Puk puk puk! Jangan nangis!" bisikku, "Kamu sendirian? Ayah sama ibu kamu dimana?"

"A-ayah ada di chana." Mataku mengikuti arah jari telunjukkan yang mengarah ke kantor tempat aku bekerja.

Oh, ayahnya bekerja disini juga ya.

"Ooh, begitu." Aku mengangguk, "Kalau boleh tahu, nama adek tampan ini siapa?"

Goda sedikit boleh lah ya? Hehehe ...

"Hm, kata ayah tidak boleh membeli tahu identitas kita chama olang yang tak dikenal."

Anjir, nih anak mau ditolongin enggak sih. Gemas deh! Pengen aku gunyel-gunyel kayak permen karet.

"Bu-bukannya gitu~ kalau itukan untuk orang asing yang jahat! Kakak ini 100% orang baik! Percaya deh sama kakak."

Kedua mata bulatnya menatapku penuh curiga, namun tak lama ia tersenyum, "Hm, aku pechaya deh! Choalnya muka kakak chantik!"

Eh, kecil-kecil sudah pandai gombal nih anak! Hahahah! Belajar dari mana coba?

"Nama aku Im Myungsoo."

Aku mengangguk, namanya lumayan juga, "Baiklah, kalau nama ayahnya?" ucapku seraya melangkahkan kaki ke arah kantor.

"Kalau nama ayah aku, Oh Chehun!"

"Oh Chehun? Maksudnya Oh Sehun!?" Pekikku tak percaya.

Astaga! Yang benar saja! Berarti, dia sudah menikah dong! Ya Tuhan, gini amat nasib aku. Dia sudah menikah sementara aku masih menjomblo seperti ini. Ugh~

"Kenapa kakak?" Aku tersenyum kikuk, kemudian menggeleng pelan. Masa sih aku harus bilang kok-papa-lo-udah-nikah-sih-kan-gue-masih-jomblo-anjir!

"Enggak. Enggak kenapa-napa."

Kayaknya aku harus ke dokter ahli penyakit dalam deh. Masa ya? Jantung aku tiba-tiba sakit banget nih, kayak kecucuk jarum.

.
.
.
.
.

TBC

My First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang