Chapter 6

377 51 3
                                    

Berkali-kali kau memberikan secercah harapan. Harapan yang tak pernah aku inginkan.

××××××××××××××××××××××××

Manik hitam gadis itu sedikit menyempit, menatap gusar laporan keuangan yang terhampar bebas dilayar komputer.

Silvie, dia menggeram pelan lalu menutup kedua pelupuk matanya, tak kuasa memandang deretan angka yang bisa saja membuat kepalanya pecah.

Pak Kyuhyun memang gila, baru 10 menit yang lalu ia mengirimkan email berisi file-file sialan itu lalu dengan lancang meminta dirinya mengerjakan semuanya dalam waktu 1 jam harus segera dikirim.

Apalagi kan sekarang sudah jam 10 malam. Waktu dimana ia terbiasa merenggangkan tubuhnya, merapikan meja kerjanya, mematikan komputer lalu pulang ke apartemennya.

'Dasar pria gila!'

'Tua bangka!'

'Tapi, ganteng sih! Alah bodo!'

'Kyuhyun jeleeeekk!'

'Setaan!'

'Huaaa! Aku pengen pulang!'

Sumpah serapah terus saja menggema di alam pikirannya. Ditambah perutnya yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda aneh. Mulai dari kram otot dan suasana hatinya yang berubah-ubah.

"Silvi-"

"Apa lo se-" Silvie terkejut bukan main saat mendengar seseorang memanggilnya dari arah belakang.

Silvie segera mengatup bibirnya dan tersenyum malu-malu pada orang yang baru saja menyapanya.

"Ma-maaf, Pak Sehun. Saya kira siapa."

Wah, hampir saja ia keceplosan.

"Kau sedang apa?"

"Ah, ini saya lagi mengerjakan proposal keuangan bagian direksi Pak Kyuhyun." jawab Silvie dengan nada seformal mungkin.

Walau sebenarnya ia geram ingin memanggil bosnya dengan sebutan nama. You know? Mereka kan seumuran cuma beda nasib doang.

Dia pegawai biasa dan masih berstatus single. Sedangkan, dia sudah menjadi seorang CEO ternama dan sudah menikah, punya anak pula.

Huh, Sial. Dia saja masih belum pernah merasakan yang namanya first kiss. Yang ada cuma kecup jidat doang. Itupun sudah lama banget.

Sehun sejenak mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Rata-rata lampu ruang kerja disetiap ruangan sudah dimatikan, hanya tersisa lampu belajar dan cahaya yang komputer di meja salah satu karyawannya ini.

"Kamu sendiri? Tidak mau pulang?"

'Ini gue juga ngebet pulang!' bentak Silvie, walau hanya dalam batinnya saja.

"Eh, ini masih ada tinggal sedikit lagi udah selesai." Sehun mengangguk mendengar penjelasan Silvie.

Sehun mengalihkan pandangannya kearah kursi kerja yang tak berpenghuni, tak jauh dari tempat dia berdiri, ia segera menarik kursi itu dan menjatuhkan bokongnya diatas sana.

Tentu saja tindakannya ini membuat wanita didepannya kebingungan.

"Pak Sehun? Kok duduk disini? Enggak pulang?"

Sehun menggeleng pelan, ia tersenyum, "Kau tahu? Aku tak akan membiarkan seorang wanita duduk seorang diri di kantorku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun menggeleng pelan, ia tersenyum, "Kau tahu? Aku tak akan membiarkan seorang wanita duduk seorang diri di kantorku. Apalagi ini sudah larut malam."

"Ma-maksudnya? Pak Sehun mau nemanin saya disini?"

"Ya, tentu saja."

Deg!

Dan bisa ditebak. Sepanjang malam, gadis bermarga Jung itu terus berteriak kegirangan dan tersenyum dalam tidurnya.

.
.
.
.
.

TBC

My First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang