Kau adalah orang pertama yang membuatku bingung dengan hatiku..
××××××××××××××××××××××××
Awan mendung menutupi tiap sudut kota. Menghiasi langit dengan warna abu-abunya. Tetesan demi tetesan air mulai turun, membasahi jalanan beraspal di ibukota Korea Selatan, Seoul. Membuat tiap orang yang tengah menjalankan aktivitasnya diluar berlarian mencari tempat untuk berteduh.
"Tsk." keluh yeoja yang tengah terbaring diatas ranjangnya yang berukuran king size. Matanya menyempit, menatap kearah jendela yang berada tak jauh dari ranjangnya sekarang.
Hujan. Hanya itulah yang bisa ditangkap oleh indra penglihatan nya.
Ia mendesah pelan, perlahan gadis itu bangkit dari ranjangnya. Kembali menatap sendu rintikan hujan yang mulai membasahi kaca jendelanya. Tak lama bunyi ponsel berdering, membuyarkan lamunan gadis bersurai hitam yang bernama lengkap Silvie Jung.
Dengan gerak cepat, Silvie segera mengambil ponsel yang tergeletak didekat bantalnya.
Tiit.
"Yeoboseyo?" ujar Silvie pelan.
"Silvie? Kau ada dimana!?" teriak seseorang diujang telpon.
Sontak Silvie menjauhkan ponsel dari daun telinganya, menghindari teriakan toa sahabatnya yang kira-kira memiliki tinggi sebesar 10 oktaf.
"Aku masih dirumah." ujar Silvie.
"Mwo!? Dirumah!! Kan sudah aku bilang cuacanya sedang tidak menentu! Kenapa kau tidak pergi awal-awal?" balas Rose berang. Tak kuasa menahan kekesalannya.
Silvie mendecih pelan dan kembali menatap jendelanya.
"Aku tak tahu kalau nanti bakalan hujan." ralatnya.
"Heeehm ... dasar!" seru Rose kesal. Mendengar celotehan yang terlontar dari bibir Rose, Silvie hanya bisa menghela nafasnya. Berharap semoga saja sahabatnya dapat mengerti keadaan yang tengah menimpanya.
"Maaf ya aku tak bisa ikut latihan." cicit Silvie pelan yang sontak membuat celotehan Rose menghilang. Tergantikan dengan suara rintikan hujan yang semakin kuat.
"Hm, Ne." balas Rose. Silvie mengulum senyuman lembut mendengar permintaan maafnya diterima mentah-mentah oleh Rose, "Kalau begitu hasil video nya nanti kukirim kan lewat WA, jangan lupa dipelajari ya!" tambah Rose.
"Ne, baiklah! Terima kasih Rose." ujar Silvie senang.
"Iya sama-sama, aku matikan dulu ya telponnya. Bye!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My First ✔
FanfictionDia tak mengerti. Kenapa setiap kali ia memandang namja itu jantungnya selalu berdetak tak jelas, pipinya memerah bak tomat masak, dan bibirnya tiba-tiba kaku. Tak lama ia menyadari sesuatu ... "Seharusnya aku tak pernah menyukaimu, Oh Sehun." COMPL...