Aku berusaha membuang semuanya dan tak memberikan ruang untuk bunga hati bersemi kembali.
××××××××××××××××××××××××
"Ini laporannya, Pak Kyuhyun." Silvie mengulurkan beberapa lembar kertas yang baru saja ia ketik. Ia meneguk salivanya berkali-kali, menatap cemas laporan yang tengah di cermati oleh kepala bagiannya, Kim Suho.
"Bagaimana Pak?"
"Nah, ini baru laporan yang saya inginkan."
'Oh, akhirnya!' batin Silvie, bersorak kegirangan. Memang betul kata pepatah, hasil tak pernah mengkhianati usaha. Perjuangan kerasnya berada didepan monitor selama 1 jam lebih 30 menit terbayar sudah.
Yes! Itu artinya dia bisa mengambil cuti liburannya minggu ini.
"Jadi, Pak Kyuhyun. Saya boleh enggak ambil cuti minggu ini?" kedua mata Silvie berbinar, meminta belas kasihan kepada bosnya untuk memberikan cuti liburannya yang sempat tertunda kemarin.
Tapi, harapannya untuk bisa liburan seketika sirna saat melihat gelengan kepala dari Pak Kyuhyun. Sialan! Padahal ia baru saja ingin memesan tiket ke Pulau Bali.
"Maaf, Silvie. Harus aku akui, kinerja mu sudah cukup bagus untuk pemula. Tapi, aku belum bisa memberikan izin untukmu. Karena kau disini masih dalam masa percobaan. Lagi pula kau kan baru bekerja 4 bulan, masa sudah minta cuti? Kan enggak etis sama yang lain."
Silvie menelan pil pahit mendengar celotehan panjang dari atasannya. Bisa dibilang, semua yang dikatakan atasannya ini benar. Ah, dia lupa. Hukum dasar dalam setiap pekerjaan, atasan selalu benar.
"Baik, Pak. Saya mengerti." Silvie memilih pasrah, lebih baik dia menuruti celoteh pria berwajah evil ini.
"Oh, iya. Ada satu hal lagi yang mau saya sampaikan."
"Apa itu Pak?"
"Besok bos besar akan datang. Jadi, perintahkan seluruh divisi untuk mempersiapkan penyambutan dengan baik."
Apa ia tak salah dengar? Bos besar?
Jujur, selama ia bekerja disini. Tak sekalipun, ia melihat batang hidung pemimpin perusahaan yang ditempatinya ini. Kata Chen--rekan kerjanya--si Bos sudah hampir 2 tahun menetap di Negeri Paman Sam. Mengurus cabang perusahaan yang berada disana.
"Baiklah, Pak." Silvie mengangguk paham. Tugasnya sekarang adalah menyiapkan penyambutan untuk pimpinannya. Berkoordinasi dengan seluruh divisi dan memastikan semuanya berjalan dengan lancar.
Tapi, ada satu hal yang membuatnya penasaran. Seperti apa ya wajahnya? Apa wajahnya seperti kakek-kakek tua yang ditumbuhi oleh jenggot? Atau tampangnya seperti orang dungu yang berotak jenius?
Tapi, yang paling penting dari semua itu.
"Apa dia tampan?"
.
.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My First ✔
FanfictionDia tak mengerti. Kenapa setiap kali ia memandang namja itu jantungnya selalu berdetak tak jelas, pipinya memerah bak tomat masak, dan bibirnya tiba-tiba kaku. Tak lama ia menyadari sesuatu ... "Seharusnya aku tak pernah menyukaimu, Oh Sehun." COMPL...