Chapter 13

489 53 2
                                    

Seseorang bisa dikatakan sangat berharga ketika dia mengerti masa lalumu, percaya pada masa depanmu, dan menerima kamu apa adanya.

××××××××××××××××××××××××

Gadis itu yakin 100% kalau ia sehat sejahtera. Tubuhnya masih utuh. Tak ada yang berkurang. Telinganya masih bisa mendengar dengan baik. Otaknya masih bisa berpikir jernih seperti kebanyakan orang normal.

Tapi, sejak ucapan Sehun di acara pernikahan yang tadi mereka hadiri. Dunianya seakan berputar ke sana ke mari. Tak jelas, amburadul, tak ada pembatas antara dunia nyata dan mimpi.

Rasa-rasanya, ia masih tak percaya dengan entengnya Sehun mengatakan itu semua.

"Suho, Irene. Perkenalkan, dia Silvie Jung. Dia calon istri gue."

Kalimat itu terus menggema di dalam otaknya.

"Bos, apa maksudnya tadi?" Silvie terus saja meremat jarinya, tak berani menatap lurus wajah dingin pria yang tengah fokus mengendarai mobilnya.

"Maaf, Bos. Saya rasa Bos terlalu berlebihan mengucapkan semua itu. Untuk apa? Saya enggak keberatan kok kalau Bos mengatakan yang sejujurnya kepada mereka." Silvie menghembuskan nafas berat, "Saya ... juga punya harga diri."

Cikiiiittt!

"Aduuh!" Silvie terlonjak kaget. Hampir saja kepala cantiknya menghantam dashboard mobil mahal milik bosnya itu. Untung saja tadi ia tak lupa menggunakan sabuk pengaman.

Jika tidak?

Hah ...

Tak bisa dibayangkan bagaimana benjol yang ia derita. Bisa-bisa nanti benjolnya sebesar bakpau lagi :v

"Hati-hati dong bawa mobil! Hampir aja gue kejedot tadi! Kalau gue mati gimana!? Untung aja enggak kenapa-kenapa!"

Silvie bungkam sejenak. Mengatur nafasnya yang tadi sempat tersendat setelah puas menumpahkan semua kekesalannya.

Lupakan soal statusnya yang hanya sebagai bawahan dan bahasa gaul yang ia gunakan. Sekarang adalah waktunya untuk meledak!

Silvie terus saja mengomel, mengeluarkan semua uneg-uneg yang ia tahan selama beberapa bulan ini kepada Sehun. Sampai dimana suara bass Sehun menghentikan omelannya.

"Maafkan aku." air muka Silvie seketika melunak, "Maaf jika aku membuatmu merasa tak memiliki harga diri. Maafkan aku. Tapi, aku tak pernah main-main dengan ucapanku Silvie." tambah Sehun.

"Ma-maksudnya?"

Sehun mengalihkan pandangannya, menatap lurus kedua hazel mata gadis yang sudah berjasa mengisi hari-harinya yang terkesan datar dan suram sejak kepergian mendiang istrinya.

Tangan besar Sehun terulur, mengelus pipi kanan gadis itu lembut yang tentu saja membuat gadis berparas cantik itu tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

"Dulu, saat aku masih duduk di bangku SMP. Ada seorang gadis dengan gaya rambut berkuncir kuda. Dia selalu di omel oleh guru karena tak pernah memperhatikan papan tulis di depan kelas."

.
.
.

"Yeol, lo kenal tahu enggak cewek yang dimarahin tadi?"

"Cewek yang mana, bro?"

"Itu cewek yang duduk di pojok sana."

"Oh, cewek itu. Dia Silvie Jung, masa temen sekelas lo enggak kenal si bro?"

.
.
.

"Dari kejauhan, aku juga melihat gadis itu tengah berdiri kaku di koridor sekolah. Dia terus berdiri disana hingga aku selesai bermain basket di tengah hujan."

.
.
.

"Hm? Kok dia merhatiin gue terus sih?"

"Dasar cewek aneh."

.
.
.

"Kami pernah saling bertatapan dan kau tahu? Wajahnya langsung memerah seperti buah tomat."

Sehun terkekeh geli saat melihat wajah Silvie yang merah padam. Seperti yang baru saja ia katakan.

Merah seperti tomat.

.
.
.

"Hm, lucu juga."

"Lo ngomong apa, bro?"

"Oh? Enggak ada apa-apa."

.
.
.

"Dan gadis itu adalah gadis yang tengah berada didepanku sekarang."

Silvie tak mampu membendung air matanya yang telah menggenang. Ia masih tak percaya semua hal yang ia dengar. Setiap detail yang Sehun jelaskan. Sama persis seperti yang ia alami dulu.

Silvie Jung, gadis berkuncir kuda yang diam-diam menjadi seorang stalker. Selalu memperhatikan pria itu dari kejauhan.

"Mungkin ini terkesan tiba-tiba. Tapi, aku yakin dengan keputusanku ini." Sehun membungkus kedua tangan Silvie dengan tangannya. Menyalurkan kehangatan yang tak pernah Silvie rasakan sebelumnya.

"Silvie Jung, maukah kau menikah denganku dan menjadi ibu yang baik bagi Im Myungsoo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silvie Jung, maukah kau menikah denganku dan menjadi ibu yang baik bagi Im Myungsoo?"

Dan apa jawaban Silvie? Silvie tak bisa menjawab apapun selain ...

"Ya, Sehun. Aku bersedia."

.
.
.
.
.

END

A.N :

Thanks banget buat reader-reader yang selalu mendukung FF abal-abal ini :')

Jadi, secara resmi FF My first udah tamat ya! See you next time!

My First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang