Chapter 10

327 45 2
                                    

Yang mau mendengar belum tentu mampu mengerti. Itulah mengapa, beberapa hal lebih baik disimpan untuk diri sendiri.

××××××××××××××××××××××××

"Kau bisa pakai yang ini." ujar pria berwajah es itu sembari menyerahkan sehelai gaun tidur kepada Silvie.

Sebauh gaun tidur pendek berbahan dasar katun yang sangat lembut dan tidak menyerap panas. Ditambah ukurannya yang terlihat pas ditubuhnya.

Tapi, kalau dilihat-lihat pakaian tidur ini terkesan pendek. Belum lagi modelnya yang seperti gaun mandi. Mengekspos bagian dadanya.

Dia harus memakai pakaian seperti ini di rumahnya? Yang benar saja.

"Apa enggak masalah, Bos? I-ini terlalu seksi." Silvie gugup bukan main saat menerima gaun itu.

Sehun menghela nafas berat, ia menutup pelupuk matanya sebentar lalu membukanya perlahan. Memperlihatkan sorot kekosongan yang tak pernah gadis itu lihat sebelumnya.

Sorot mata yang seakan menyiratkan sesuatu yang selama ini pria itu pendam seorang diri.

"Aku mohon pakailah." pinta Sehun yang terdengar seperti ...

Memaksa.

Silvie akhirnya menyerah guna menuruti keinginan bosnya, Silvie segera melangkah pergi ke kamar mandi dan mengganti pakaian yang melekat ditubuhnya dengan gaun tidur itu.

"Anjir! Seksi banget!"

Silvie tak bisa menyembunyi rona merahnya saat melihat bayangnya di pantulan cermin. Seperti yang sudah ia kira, pakaian tidur pemberian Sehun ini benar-benar seksi. Ditambah bahan kainnya yang sedikit tembus pandang. Memperlihatkan bra beranda hitam yang ia kenakan.

"Maksud Sehun apa sih! Kok nyuruh-nyuruh gue pakai pakaian yang beginian!?"

"Nanti dia khilaf gimana coba?"

"Tapi, kalau Sehun sama gue sama-sama khilaf lalu tiba-tiba kita ena-ena ..."

"Terus gue hamil ..."

"Sehun harus tanggung jawab dong nikahin gue."

"Eh, iya kalau dia tanggung jawab. Kalau dia nya main lari aja? Grrrr ..."

"Awas aja. Gue potong tuh tytyd."

"Huaaahhh!!! Astaga! Gue ngomong apa sih!!?"

Silvie berteriak histeris, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tak sanggup membayangkan apa yang sudah ia ucapkan.

Bisa-bisanya dia membayangkan hal yang tidak-tidak kepada bosnya sendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Silvie! Kau baik-baik saja!?"

Tok! Tok! Tok!

"Silvie Jung!"

Suara ketukan pintu yang lumayan keras membuyarkan lamunan gadis itu. Silvie sontak menepuk kedua pipinya--menetralkan rona merah yang tercetak jelas disana--kemudian membalas teriakan bosnya.

"Saya baik-baik saja, Bos!"

Tergesa-gesa, Silvie segera beranjak dari tempat ia berdiri, mengambil pakaian miliknya yang ia letakkan di dekat wastafel lalu berlari kecil ke arah pintu.

Clak!

"Maaf, Bos. Saya kelamaan ya?"

Tubuh tegap pria itu kaku bukan main saat melihat penampilan vulgar yang ditampilkan oleh gadis yang berstatus sebagai pegawainya ini. Belum lagi, sesuatu yang tampak bulat dan kenyal menerawang indah dibalik sana.

Sial.

"Bos?" ucap Silvie sembari melambai-lambaikan tangannya.

Sehun terperanjat, tersadar dari lamunan--yang parahnya--lumayan kotor kalau diingat-ingat. Ia mengambil 1 langkah mundur lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara menutupi kegugupannya sekarang.

Dan juga sesuatu yang mengembung dibalik celananya.

"Ah, maafkan aku. Ini sudah malam. Akan aku tunjukkan kamarmu."

Salah satu alis Silvie terangkat, bingung dengan sikap bosnya yang tiba-tiba berubah drastis. Tapi, ia segera mengenyahkan dugaannya.

Mana mungkin bosnya berpikiran kotor seperti itukan? Buktinya sekarang Sehun lebih memilih meninggalkan dirinya yang sudah berpenampilan super duper seksi seperti ini.

'Hah, sudahlah. Mungkin Sehun memang tak menyukaiku.' batin Silvie mencelos.

"Baik, Bos."

.
.
.
.
.

TBC

My First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang