Chapter 6

849 87 0
                                    

Kau adalah orang yang selalu muncul disetiap mimpiku...

××××××××××××××××××××××××

Silvie mendengus pelan, rambutnya yang berwarna hitam pekat tergerai indah diatas bantal, tampak pakaian tidur yang dia kenakan sedikit terangkat. Sudah 10 menit ia mematung sambil menatap langit-langit kamarnya.

Perlahan ia bangkit dari posisi tidurnya, "Cuma mimpi." ujarnya seraya mengucek-ucek kedua matanya.

Silvie menapakkan kedua kakinya, berjalan ke arah pintu. Dengan langkah mantap ia melenggangkan kakinya ke arah dapur, mencari sesuatu yang bisa ditelan olehnya.

Silvie membuka kulkas, "Susu? Oh iya aku lupa kalau belum ngisi kulkas!" gerutunya. Mau tak mau, Silvie mengambil botol susu dan meminumnya dengan rakus.

(a.n : Efek PMS)

Setelah dirasa cukup, Silvie kembali menaruh botol susu itu kedalam kulkas dan menutupnya rapat.

"Ini sudah ke tiga kalinya." katanya pelan. Tak lama ia berbalik, menyandarkan punggungnya pada pintu kulkas.

Silvie menutup kedua kelopak matanya, membayangkan bunga tidur yang baru saja ia alami. Ia mendesah pelan lalu mengusap lengan kanannya.

"Kenapa harus dia?" cicitnya, ia menghela nafas pelan dan kembali membayangkan apa yang masih bisa terekam oleh otaknya.

.
.
.

Langit malam begitu mencekam, tampak cahaya bulan bersinar terang, menemani Silvie yang berjalan menyusuri lorong-lorong disekolah. Dia menggunakan seragam lengkap dengan jaket merah marun yang selalu ia kenakan.

Seketika langkahnya terhenti. Matanya membulat sempurna. Tak lama, Silvie menyempitkan matanya, berusaha menangkap apa yang tengah berdiri tegap sekitar 10 langkah di depannya sekarang.

"Hai? Eh, maaf. Anyeonghaseyo?" sapanya. Silvie kembali bersuara, "Halo? Kamu siapa?" tambahnya.

Tak ada jawaban yang diterima olehnya. Silvie mendengus pelan, kemudian ia mendekat seraya mendongakkan kepalanya. Menatap langsung wajah orang -tampaknya pria yang berdiri tepat dihadapannya.

"Ka-kau!" teriaknya. Pupil matanya membulat sempurna saat menerima tatapan dingin dari pria dihadapannya.

"Oh Sehun." bisiknya.

Silvie hanya membatu, tatapan dingin itu seakan menusuk kerelung hatinya. Tatapan yang sukses membuat pipinya menghangat.

"Se-sehun!?" teriaknya. Mata gadis itu memanas saat menyaksikan pemandangan terakhir yang ia terima.

Sehun terbakar. Berubah menjadi abu.

"HUAAA! SEHUUUUUUN!"

Lutut Silvie seketika lemah, ia terjatuh tepat diatas lantai berlapis porselen putih. Ia terus berteriak, memanggil nama namja itu berkali-kali. Air mata mengalir deras dari kedua pelupuk mata Silvie.

Tak lama semua berubah menjadi gelap.


.
.
.
.
.

TBC

My First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang