Hi, readers! Remember to vote before read, and also please leave comment(s)! It will mean a lot to me!
Aku sangat bahagia bisa melihat Andrea tersenyum ke arahku. Aku adalah laki-laki yang beruntung bisa merawat Andrea di saat seperti ini, meskipun aku tahu aku bukanlah seseorang yang ia butuhkan. Aku hanya senang bisa berada di dekatnya. Aku harap Andrea tidak terlanjur membenciku.
Aku ingin kesempatan kedua.
Aku terlalu mencintai gadis ini.
Aku akan menebus semua kesalahanku dan semua waktu yang terbuang sia-sia.
***
Hari ini adalah pemakaman Diego. Aku sudah mencegah Max membawa An ke pemakaman, tapi Max mengatakan bahwa An akan baik-baik saja. Awas saja jika An tak baik-baik saja, akan kupatahkan rahangmu, Max.Aku tak melihat banyak orang di sini, hanya ada Andrea, Max, Alex, aku, Dani, Maverick, Tony, Phil, beberapa orang di paddocknya, serta beberapa orang yang tak kukenal, mungkin tetangganya. Saat peti diturunkan, jeritan Andrea menyebar ke seluruh area pemakaman. Ini salahmu karena mengajaknya kemari, Max.
"Aku turut berduka cita, An," kata Alex. Namun Andrea hanya bisa terisak dalam dekapan asisten pribadinya.
"Aku juga," gumamku.
"Aku mewakili Andrea mengucapkan terima kasih karena kalian mau menyempatkan untuk hadir kemari. Tuhan yang akan membalas kebaikan kalian," ujar Max.
Sedetik kemudian, ponsel An bergetar. Ia merogoh sakunya lalu menjawab telepon itu dengan suara parau. "Kau terlambat, Mom. Kau terlambat. Aku membencimu," isakannya semakin keras. Aku jadi tak tega mendengarnya. Ia memberikan ponselnya pada Max.
"Kemarilah, An," Alex membawa An ke dalam pelukannya, Max menjawab panggilan dari ibu Andrea, sedangkan aku tak melakukan apapun.
"Tenanglah, An. Ssstt. Sudah, jangan menangis."
"Aku benci ibuku! Aku benci dia!" Andrea memukul-mukul dada bidang Alex.
"Ssshh. Hentikan. Sudah, sudah. Jangan menangis. Aku di sini, Max, Marc, dan yang lain, kami ada untukmu."
"A-a-aku akan ke mobil dulu. Cepat susul aku, Lex."
Aku tak bisa. Aku tak bisa melihatnya menangis.
***
Sudah tiga hari aku tak bertemu Andrea. Andrea di Barcelona sedangkan aku di Cervera. Aku sama sekali tak tahu bagaimana kondisinya saat ini. Satu hal yang pasti, ia benar-benar terpukul dengan kematian Diego. Saat aku menunggu di mobil, mataku menangkap seorang wanita yang datang dengan tergopoh-gopoh menemui Andrea. Namun Andrea justru menolaknya mentah sambil berteriak dan langsung mengajak Max pergi. Dari informasi yang kudapat, wanita itu adalah Jennifer—ibu Andrea— yang tidak pernah melengkapi figur ibu bagi gadis itu. Aku salut padanya. Di tengah kondisi keluarga yang sangat kacau, ia masih bisa berprestasi, bahkan hampir bisa mengalahkanku yang selalu ditemani Julia dan Roser lengkap dengan Alex dalam setiap balapan.
Jujur, awalnya aku takut ia menyaingiku sebagai pembalap muda. Di awal kedatangannya, ia sudah memecahkan rekorku sebagai yang tercepat di Mugello. Aku tak mau semua rekor yang telah kupecahkan direbut oleh seorang gadis pendatang baru. Semua hal yang kulakukan selama ini hanyalah untuk menjatuhkan mentalnya sehingga ia akan nafsu setiap balapan dan resiko crash akan lebih tinggi. Namun semua itu perlahan berubah menjadi sesuatu yang tak bisa kujelaskan.
Aku menatap layar ponselku, foto seorang wanita yang kukagumi, wanita yang sanggup membuatku tergila-gila seperti saat ini.
"Kau mau ke mana, Lex?" tanyaku ketika Alex melewatiku di ruang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer in Barcelona [DISCONTINUED]
FanfictionKedatangan Andrea Roxanne, seorang rider baru di kelas MotoGP pada tahun 2016 menyebabkan Marc Márquez, sang juara dunia kelas MotoGP tahun 2013 dan 2014 khawatir karirnya akan terkalahkan. Seperti apa kelanjutan kisah dua rider ini? Akankah kekhawa...