Chapter 12

750 67 36
                                    

Maaf banget gue late update :( last update September 2k16 and it's already March 2k17, it's been 6 months :'( maafin gue yaa, duh :(

First,gue minta maaf kalo cerita part ini (mungkin) ga nyambung sama part-part sebelumnya. Tapi mulai dari part ini sampe ending, itu original version dari cerita ini. Untuk part-part sebelumnya bakal gue edit secepatnya, gue samain sama original versionnya :)


Demi Poseidon, manusia Spanyol yang satu inisungguh menyebalkan dan aku benar-benar ingin memakannya hidup-hidup.    


Senang sekali bisa kembali ke tanah kelahiranku, home race kedua bagiku dan Spaniard yang lain. Setelah balapan, aku akan langsung bergerak menuju rumah ayah. Aku tak berharap banyak akan kehadiran ibu karena aku tahu ia tak akan mau meninggalkan Dream Theatre demi waktu santai bersama keluarga kecilnya. Liliana menghubungiku, mengatakan bahwa ayah ingin melihat balapanku sekali lagi, tapi aku terang-terangan menolak. Aku ingin datang ke rumah sekaligus merayakan ulang tahunnya yang sebenarnya masih satu bulan lagi.

Aku berusaha sangat keras hingga aku bisa start di posisi ketiga. Grid pertama di kelas MotoGP. Aku yakin aku bisa dapat podium kali ini bukan karena Marc kurang beruntung. Ia hanya mampu bertengger di posisi lima. Dua puluh lima putaran pun berjalan mulus hingga aku bisa menyelesaikan balapan setelah Dani. Podium diisi penuh oleh ketiga Spaniard yaitu Dani, aku, dan Marc. Senang sekali bisa mendapat podium di rumah sendiri. Setelah sesi konferensi pers, aku langsung tancap gas ke rumah bersama Max, tentu saja. Tak lupa, aku pun membawa trophy kemenanganku. Aku tak sabar memberi kejutan untuk Diego!

TING! TONG!

Lama sekali tak ada yang membuka pintu. Uh, kenapa tidak dari tadi aku menelepon Liliana?

Panggilan tak terjawab :

Liliana Marié                      1 jam lalu ( 15 )

Aku langsung menghubungi gadis itu. Ayolah, cepat jawab.

"Lil, kau di mana? Kenapa kau tak membukakan pintu? Aku dan Max ada di depan. Cepat buka pintunya."

"Maaf, An. Aku harus mengantar Diego ke rumah sakit. Ia mengeluh dadanya sangat sakit."

"Bagaimana kondisinya? Max, bawakan kuenya. Aku yang akan menyetir."

"Dokter masih memeriksanya. Sebaiknya kau cepat kemari, An. Aku takut."

Sesampai di rumah sakit, aku langsung berlari seperti orang kesetanan. Tak peduli bagaimana orang menilai penampilanku saat ini. Aku merasakan beberapa kamera terarah kepadaku, namun aku tak menggubrisnya. Saat ini aku hanya peduli pada ayahku.

"Liliana!"

"Syukurlah kau sudah datang, An. Dokter sama sekali belum menemuiku."

"Jennifer tak ada di sini?"

Ia menggeleng. "Tidak ada yang datang dan tidak ada yang menghubungi telepon rumah."

"Suamimu di rumah sakit. Jika kau tak datang sekarang, maka kupastikan kau akan menyesal."

"Maafkan aku, Andrea sayang. Dream mengadakan pertunjukan amal malam ini dan aku terpilih menjadi pemeran utama. Pertunjukan ini sangat penting bagiku dan yang lain. Aku akan segera ke sana setelah pekerjaanku beres."

"Aku membencimu, Mom. Jika darahmu tak mengalir di dalam tubuhku, aku tak akan sudi memanggilmu dengan sebutan ibu. Selamat sore, Nyonya Jennifer Rupert Olsen."

Summer in Barcelona [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang