Chapter 16

479 51 20
                                    

Halo, semuanya! Tumben ya gue updatenya cepet? Huahahaha xD Vote before read please :)

Enyah semua harapanku. Ternyata aku salah. Aku tak bisa mendapatkannya kembali. Aku tak bisa memenangkan hatinya. Aku bahkan tak tahu apa aku sanggup melihatnya tanpa menitikkan air mata saat kami bertemu lagi. Apakah ia masih mau menyapaku? Aku tak tahu. Aku benar-benar kehilangan gadis itu. Aku bodoh. Aku ceroboh. Aku hancur.

"Uh, maaf, aku tak melihatmu."

Aku menabrak seorang pria dengan koper besarnya.

"Kau tampak kacau. Sebaiknya kau pulang, anak muda."

Aku tak menggubris perkataan pria itu dan terus melangkah. Aku tak bisa menghentikan aliran air yang membasahi pipiku. Aku tak bisa memikirkan apapun selain gadis itu.

Andrea's POV

Kata-kata Marc masih terpatri dengan jelas di pikiranku. Marc mencintaiku? Omong kosong macam apa itu. Aku mendaratkan pantatku di sebelah Max. 

"Kenapa lama sekali, Nak?" celetuk Jennifer yang duduk di sisi kanan Max.

"Ada masalah dengan boarding pass, tadi milikku terselip di tas," dustaku.

"Aku tahu Marc menemuimu," bisik Max.

"Marc menemuimu?" tanya Jennifer.

"Kau harus berbisik lebih keras lagi agar seisi pesawat ini mendengarnya!" Aku mencubit lengan kirinya.

"Ya, hanya mengucapkan salam perpisahan. Sudahlah, jangan bahas dia lagi."

"Marc pria yang baik. Aku tahu itu."

DERTT

1 pesan masuk.

An, aku mendapatkan barangmu yang tertinggal. Apa pesawatmu sudah berangkat? Aku sedang dalam perjalanan ke bandara. 

Aku memilih untuk mematikan ponselku. Biar saja jika memang Dani ingin kemari. Toh ketika ia sampai, aku juga pasti sudah mengudara.

"Hei, apa yang Marc katakan?"

"Andrea. Aku mencintaimu."

Apa benar Marc mencintaiku? Mustahil untuk mempercayainya.

"Pengumuman. Pesawat akan lepas landas dalam 10 menit. Pastikan sabuk pengaman Anda sudah terpasang sempurna. Terima kasih."

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi lagi dariku."

Semua seolah tak masuk akal. Bagaimana mungkin ia mencintaiku setelah semua yang ia lakukan padaku? 

Lagipula aku juga tidak bisa melukai Dani yang telah begitu baik padaku. Meskipun ia belum menyatakan perasaannya, tapi aku tahu hatinya untukku.

Tetapi  hatiku milik Marc, Tuhan pun tahu itu. Jauh sebelum ini semua, aku sudah mengaguminya dan perlahan perasaan itu berubah menjadi cinta. Aku memang mencintainya dan aku sudah mengakuinya dalam hatiku.

Tapi apa benar ia juga mencintaiku? Bagaimana jika ia ternyata hanya mempermainkanku?

"Andrea, boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Jennifer yang entah sejak kapan telah bertukar posisi dengan Max.

"Ada apa?"

"Max menceritakan semuanya padaku. Apa benar ia tadi menghalangimu untuk pergi?"

Aku mengangguk.

"Aku tahu aku tidak pernah menjadi seorang ibu untukmu, tapi tolong izinkan aku mengatakan ini."

"Silahkan."

Summer in Barcelona [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang