Chapter 25

389 17 2
                                    

IT'S BEEN A YEAR. GILA. GILA. UDAH SATU TAHUN GA UPDATE DAN TUJUH BULAN TANPA WATTPAD. I KNOW IT'S CRAZY.
 
  
  
 
   
"KAU BERENGSEK, MARC!"

Sebuah suara keras tiba-tiba terdengar disertai hantaman keras di pipi kiriku dan aku tersungkur.

Sialan.

Kuusap sudut bibirku dan aku menemukan sedikit cairan berwarna merah. Segera aku bangkit dan merapikan bajuku.

"Dani, kumohon, tenanglah."

"Aku tidak bisa tenang melihat wanita yang aku cintai terbaring lemah!"

Wanita yang kau cintai adalah calon istriku, bodoh.

"Tenanglah, Dani. Kau bisa mengganggu, Andrea," ujar Max.

"Max benar. Jika kau tidak terima dengan kecelakaan ini, kau bisa meluapkan kemarahanmu, tapi tidak di sini."

Dani menarik rambutnya frustasi lalu mendekati Andrea.

"Hei. Aku minta maaf baru saja membuat keributan dengan Marc sialan itu."

Mendengar ia mengolokku, tanganku mengepal. Beruntung Max menepuk pundakku dan menggagalkan rencanaku menghantam pria pendek itu.

"Bukan saat yang tepat untuk bertengkar," bisik Max.

"Tapi, Max.."

"Andrea pasti tidak ingin melihatmu berkelahi dengan Dani. Kumohon, Marc."

"Cepat usir laki-laki ini," kataku menelan setiap kata-kata yang keluar dari mulutku.

"Marc. Lebih baik kau keluar dari sini.."

"Dan membiarkan Dani bersama Andrea?!" kataku berusaha menekan volume suaraku.

Tanpa kata lagi, Max menarikku perlahan keluar dari ruangan itu.

"Marc, biarkan Dani bersamanya. Toh, ini hanya sementara. Oke?"

Ibu mengusap pundakku. "Tenanglah, Sayang. Dani tidak akan menyakiti kekasihmu."

Tiga puluh menit berlalu, namun masih tak ada tanda-tanda Dani meninggalkan Andrea.

Aku pun melangkahkan kakiku ke dalam ruangan dan melihat Dani mencium bibir Andrea.

"Menjauhlah dari gadisku, brengsek. Waktumu sudah habis."

Secara mengejutkan Dani langsung berjalan melewatiku tanpa sepatah kata pun.

"Aku tahu bibirku terasa lebih enak dari bibirnya," kataku sembari membersihkan bibir Andrea.

***

Hari kelima setelah insiden antara Ian dan Andrea, tapi kondisi Andrea belum juga membaik dan jujur, itu membuatku frustasi.

"Bagaimana kondisinya?"

"Mohon maaf, Pak. Kecelakaan yang dialaminya cukup fatal, menyebabkan kerusakan beberapa jaringan di kepalanya yang terhubung langsung dengan otaknya. Jadi, kami belum bisa memastikan kami dapat memulihkan jaringan itu."

"Kau butuh uang?! Berapa?! Butuh mobil?! Aku punya banyak di garasiku! Butuh apa lagi? Aku bisa berikan semua padamu!"

"Ini bukan tentang uang, Pak. Ini tentang seberapa kuat Andrea bertahan."

"Kumohon lakukan apa saja untuk menyelamatkannya."

"Pasti, Pak."

"Hey, Marc," kata Felicia yang tiba-tiba muncul.

"Oh, hei. Ada apa?"

"Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik-baik saja."

Summer in Barcelona [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang