Bab 1: Percy

3.4K 232 59
                                    

Bisa menjalani hidup tenang selama dua tahun dan kuliah di Roma Baru bukanlah satu-satunya hal yang paling membahagiakan dalam hidup Percy. Kepulangan Leo adalah salah satu kebahagiaan di Perkemahan Blasteran, dengan naga perunggu yang berhasil dia perbaiki setelah kehancuran di rumah Midas (oh, ceritanya panjang). Leo tidak pulang sendirian, dia membawa seseorang di belakangnya, duduk tenang sambil memeluk pinggangnya. Percy nyaris kejang-kejang ketika Festus mendarat dan Leo melemparkan cengirannya, bukan kehadiran keduanya yang membuat Percy serasa dipukul ribuan godam, justru seseorang yang dibawa Leolah yang membuatnya ingin segera mengubur diri ke dalam tanah atau pergi ke Tartarus.

Calypso tersenyum dengan anggun kepada seluruh pekemah, tangannya mengamit Leo dengan tenang. Ketika dia melihat Percy, ekspresinya sempat merengut, tapi kembali tersenyum.

"Halo, Percy." katanya santai. "Lama tidak ketemu, ya."

Percy meremas tangan Annabeth yang ada di sebelahnya. Keringat dingin mulai membasahinya dan wajahnya terlihat sama seperti ketika Hazel mabuk di atas Argo II (yang tidak terlalu ingin dibahas oleh siapa pun).

"Hai juga, Calypso." kata Percy. "Aku, eh, senang melihatmu."

Banyak dari pekemah yang mulai berbisik-bisik. Mungkin kaget karena Leo pulang membawa seorang gadis immortal yang sangat cantik atau mungkin heran karena Percy bisa mengenalnya (Percy lupa apakah dia pernah bercerita tentang Calypso atau belum). Lagipula, Percy tidak terlalu antusias untuk tahu apa yang mereka bicarakan.

"Demi Hades, Valdez!"

Nico menyeruak dari kerumunan, diikuti oleh Will Solace di belakangnya. Dia kelihatan seperti remaja enam belas tahun biasa dengan kaos oblong berwarna abu dan jins serta sepatu kets, dia tidak terlihat menyeramkan seperti yang dulu-dulu sehingga semua orang mulai merasa nyaman dengan kehadirannya.

Leo menyeringai, dia rentangkan tangannya. "Yo, bung! Kangen Paman Leo?"

"Aku merasakan kematianmu! Mati yang aneh! Lalu kau muncul bersama seseorang dan mengatakan 'yo, bung' seperti itu!" sembur Nico. "Kau membuat kakakku menangis! Aku menuntut penjelasan darimu!"

Kalau dia adalah Nico dua tahun yang lalu, mungkin Percy akan kaget dan tak percaya ketika melihat putra Hades yang satu itu bersedekap sambil marah-marah pada Leo yang baru saja pulang. Tapi kali ini dia sudah berbeda, mungkin karena selama dua tahun dia tinggal di perkemahan dan kebanyakan bergaul dengan Will Solace, jadi kepribadiannya pun sedikit berubah.

"Oh yah, aku berniat bercerita, kok. Nanti, setelah Frank dan Hazel berkunjung kemari, mungkin? Yang lebih penting lagi,"—Leo menatap Percy yang salah tingkah—"Apa tidak ada sesuatu yang mau kau sampaikan pada Calypso?"

Biasanya, Percy tidak akan menjadi salah tingkah ketika semua orang di perkemahan mulai memandangnya, tapi kali ini dia hanya bisa menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti orang yang sedang berkumur-kumur. Percy sendiri tidak tahu kenapa dia merasa seperti ini.

"Tidak ada nih?" goda Leo, cengirannya semakin lebar hingga membuat Percy tidak tahan ingin menonjok wajahnya.

"Yah, anu, Calypso, hai." kata Percy. "Senang bertemu denganmu lagi, eh? Dan selamat datang di Perkemahan Blasteran dan blablabla. Yang terakhir, uh, aku benar-benar minta maaf. Sungguh, aku bodoh sekali tidak memastikan para dewa menepati janji mereka terhadapmu. Aku benar-benar minta maaf, Calypso. Sumpah, aku menyesal sekali."

Calypso memandang Percy tajam seolah dia bisa menelannya kapan saja. Tapi kemudian dia hanya tersenyum, memandang Annabeth penuh arti, dan menyandarkan kepalanya pada bahu Leo.

"Lupakan saja, lagipula aku juga sudah tidak tertarik padamu." ujar Calypso sambil tangannya berpindah menggenggam jari-jari Leo. "Aku memang sempat naksir, tapi kusadari, kau bukan tipeku."

Tenth Demigods: The Daughter of HypnosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang