Mimpi Annabeth menjadi nyata. Memang tidak sama persis, tapi benar-benar membuatnya jantungan. Bahkan ketika Sienna Grimbell muncul bersama Thanatos—Sang Dewa Kematian—jantungnya masih berdegup kencang.
Putri Sang Tidur melangkah pada kematian.
Dan kematian itu adalah Thanatos.
"Heei!"
Leo dan Sienna melakukan tos, keduanya tertawa. "Mari kuperkenalkan," kata Sienna, "Thanatos, Dewa Kematian, Pamanku."
Hazel mengernyit, "Tentu saja. Kami sudah pernah bertemu dengannya. Tapi, Paman?"
"Aku masih tidak mengerti." Nico mengerjapkan matanya bingung. "Sumpah."
Annabeth menatap Thanatos. Begitu rupawan, begitu menawan, membuat Annabeth tertawan. Dia mirip sekali dengan Hypnos, nyaris membuatnya mengira Sienna tengah bercanda dengan menyebut ayahnya sebagai Dewa Kematian. Tapi dari auranya yang dingin, muram, begitu gelap, Annabeth tahu dia adalah Kematian.
"Aku tidak mengerti." gumam Annabeth.
Sienna terlihat terganggu, "Kalian tidak mengerti? Aku memang tidak mengajak kalian terjun, itu lama dan berbahaya. Jadi aku menunggu Thana—"
"Paman Thanatos."
"Paman Thanatos," Sienna mengangguk, "untuk muncul dan membawa kita ke bawah lebih cepat."
"Tapi hanya ke bawah." tambah Thanatos. Suaranya dingin, membuat Annabeth merinding.
Annabeth melirik teman-temannya yang lain, mereka semua diam—kecuali Leo—dan terlihat sama bingungnya.
"Err ... lalu?" cicit Grover. "Bagaimana caranya?"
Sienna mengerjap, cewek itu tampaknya heran karena tak satupun dari teman-temannya mengerti. "Bagaimana?" ulang Sienna, "tentu saja terbang."
Annabeth bukan orang yang suka memikirkan betapa menyenangkannya terbang (atau terjun) ke bawah dalam pelukan seorang dewa yang kau ketahui sebagai kematian itu sendiri. Ditambah lagi, mereka akan turun ke neraka.
"Wow," kata Percy, "rasanya seperti akan mati."
Annabeth menyikut perut Percy, membuat cowok itu mengaduh dan menatapnya heran. "Jadi," dia menghela napas, "bagaimana caranya Tuan Thanatos membawa kita semua sekaligus ke bawah sana?"
Sienna membisiki Thanatos sesuatu. Dewa yang terlihat suram itu mengangguk-angguk. Annabeth penasaran, tapi sesungguhnya dia memilih untuk tidak tahu apa yang direncanakan gadis itu semenjak dia merupakan orang yang sulit sekali ditebak jalan pikirannya.
"Mendekatlah, Demigod." kata Thanatos.
Annabeth tidak terlalu menyukai suasana ketika Thanatos merentangkan kedua tangannya. Dia memang besar, sangat besar sampai Annabeth yakin mereka semua bisa hancur sekaligus dalam satu pelukan. Annabeth melangkah ragu-ragu, sesekali melirik Reyna atau Piper atau Hazel yang kebetulan sekali menatapnya sambil mengerjap.
"Bukannya aku meragukanmu," kata Annabeth, "tapi apa kau yakin ini tidak apa-apa?"
Thanatos menghembuskan napas, terdengar jengah. "Intinya kau meragukanku."
Sang Dewa merendahkan tubuhnya, sayapnya bergerak di sekitar tubuhnya seperti tirai yang mulai tertutup. Dia menatap Annabeth dengan matanya yang sendu seolah-olah menembus langsung pada jiwa Annabeth yang mengkerut.
"Selama kalian yakin dan Leo bersama kalian, kalian akan baik-baik saja." katanya.
Leo berteriak, "Aku?!"
"Bukan, aku." Sienna tertawa, "keluargaku memanggilku Leo."
"Astaga!" kata Leo sebelum terpingkal sambil memainkan alisnya, "kuputuskan kita kembar sekarang, Bung!"
"Nah, sekarang kita sudah kehabisan waktu." punggung Annabeth ditepuk dengan pelan oleh Sienna yang tersenyum hangat padanya, "ayo kita pergi sekarang, Ibu Ketua."
Aneh sekali saat gadis itu menepuk punggungnya. Annabeth seperti merasa ada suatu dorongan semangat yang mengaliri pembuluh darahnya.
"Baiklah," dia mengembuskan napas, "ayo pergi!"
♦
Baik Annabeth maupun Percy, keduanya tidak menyangka pergi ke dalam Tartarus bersama seorang dewa tidak membutuhkan waktu berhari-hari (walau sebenarnya hal itu seharusnya sudah pasti, duh).
Sienna dan Thanatos berbincang sebentar, mereka terlihat sangat serius sampai-sampai Annabeth merasa gugup dengan perjalanan mereka.
"Ah, sial!" keluh Leo saat melihat Thanatos pergi, "harusnya aku bertanya padanya kenapa dia dan Hypnos atau dewa-dewa lain tidak membentuk grup boyband!" kemudian dia lantas mengaduh karena mendapat sikutan dari Piper.
"Itu mustahil, tahu." katanya yang dibalas Leo dengan tatapan tapi-mereka-dewa-lho pada Piper.
Annabeth mengalihkan perhatiannya pada sosok Sienna yang berjalan mendekati mereka, ekspresinya serius sekaligus bosan.
"Sudah kuduga ada dewa-dewa di luar keluarga Nyx yang terlibat," kata Sienna begitu dia kembali berkumpul dengan mereka, "kita harus berhati-hati."
"Memang siapa lagi?" tanya Nico. "Maksudku, kau membicarakannya dengan Thanatos, kau pasti tahu siapa."
Sienna mengangguk, "Tentu saja."
Cewek itu mengangkat tangan kirinya dan meletakkan tangan kanannya di bawah dada. Dia terlihat seperti sedang bersumpah dan Annabeth memutar otak untuk mengerti apa maksudnya.
Tiba-tiba saja Grover meloloskan pekikan kecil sambil menggeleng-geleng, "Dewi Eris?"
"Tepat."
Oh, astaga, Demi Athena. Dari sekian nama dewa yang terdaftar pada daftar-dewa-dewa-yang-tak-ingin-kutemui miliknya, terdapat nama Eris di sana.
"Apa? Siapa?"
"Eris, Valdez, Dewi Pertikaian."
Leo mendengus, "Bagus kalau begitu. Orang-orang suka pertikaian!"
"Dan baku hantam." Percy menambahkan.
"Itu artinya," Jason mengambil perhatian mereka dengan satu tarikan napas, "ada kemungkinan dia berniat memecah belah kita."
Sienna mengangguk lagi, "Tepat."
Hal yang paling Annabeth benci tentunya adalah pertikaian. Ditambah dengan kemungkinan merekalah yang akan terpecah, rasanya Annabeth ingin menyuruh teman-temannya pulang dan memarahi Nyx dan Zeus akan keributan yang mereka buat.
Mungkin mengadakan kajian rohani di Olympus sekali-kali bukanlah hal yang buruk.
"Ayo bergegas, Pahlawan!" seru Annabeth. "Kita harus segera mengakhiri kebencian yang kekanakan ini."
Percy tertawa, "Katakan itu di hadapan Zeus, Annie."
Dia membalasnya dengan senyum percaya diri, "Akan kukatakan nanti."
♥
A/N Halo, akhirnya masa-masa ujian sudah lewat. Sayangnya saya tidak lulus sbmptn haha
Semoga kalian masih menyukai Tenth Demigods meskipun dengan keterlambatan updatenya♡
Salam,
Rellionna
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenth Demigods: The Daughter of Hypnos
FanfictionSepuluh pahlawan dari kedua sisi meniti jalan menuju kegelapan Malam membelenggu kasih sayang Dusta dihadapi oleh cahaya dari luar Putri sang Tidur melangkah kepada kematian Kebijakan dan cinta menuntun pada persatuan Penguasa bawah tanah membuka ja...