"Apa larik berikutnya setelah Apate?" pertanyaan Reyna memecah keheningan dalam bus.
Annabeth menegakkan tubuhnya, larik berikutnya membuat dirinya tegang. Dia ingin menjawab, tapi lidahnya kelu. Dia terlampau takut untuk memikirkan apa saja yang akan terjadi berikutnya.
"Itu ...," Piper buka suara. "Bunyinya—"
Namun, untuk kesekian kalinya, ledakan kembali terjadi. Kali ini, ledakan merah jambu membutakan mereka. Dan teman-teman mereka muncul di sana, mengaduh karena tempat kemunculan yang terlalu sempit dan tidak terduga.
"G-man!" seru Percy. Telinga singanya hilang, Annabeth bertanya-tanya apakah Will telah berhasil mengalahkan Apate?
"Hei, dimana si Maggie Lauren?" Jason mengernyit heran. "Dia tak ada?"
Kata Nico, "Penjelasan paling sederhana adalah, dia kembali ke tempat dimana dia seharusnya berada sementara kita kembali pada teman-teman kita. Kurasa begitu seharusnya yang terjadi?"
Hazel mengangguk, "Benar, pasti begitu."
"Jadi artinya Will dan Clarisse berhasil?"
"Benar, Percy."
"Hebat!"
"Omong-omong," kata Reyna. "Larik selanjut—"
"Kita sampai, kawan-kawan."
Bus berhenti melaju begitu Sienna menekan bel. Mereka benar-benar berada di Los Angeles. Annabeth menggiring teman-temannya untuk turun, kemudian memimpin menuju tempat yang seharusnya menjadi pintu masuk ke Dunia Bawah bersama Percy. Seharusnya begitu seandainya Sienna Grimbell tidak mendahului dan berjalan paling depan sendirian dalam diam.
Annabeth menyadarinya sejak awal, gadis itu menjadi semakin tertutup dari mereka semua. Sienna Grimbell menjadi semakin diam, entah karena apa. Mungkin, karena mereka semakin dekat dengan Istana Nyx? Atau mungkin karena bunyi larik ramalan berikutnya?
"Hei, aku masih mempertanyakan yang tadi." kata Reyna. "Aku sedikit lupa."
Annabeth diam, dia tidak ingin menjawabnya. Bahkan, dia tidak mengharapkan akan ada yang menjawabnya.
Tapi Nico bicara dengan cepat dan pelan, "Putri Sang Tidur melangkah pada kematian."
Dan hening yang ganjal terjadi. Annabeth tahu semua temannya kini memandang punggung Sienna yang sudah berada jauh di depan. Tak ada yang bicara lagi. Tak ada yang berusaha mengartikan. Tak ada yang—bahkan—berusaha menyampaikan pemikiran positif tentang itu.
Annabeth teringat mimpinya. Ketika kegelapan yang pekat memisahkan dia dan yang lainnya. Ketika suara-suara jeritan dan adu senjata terdengar. Kemudian, raungan Sienna yang memanggil nama seseorang. Mungkinkah? Mungkinkah dia benar-benar mati?
"Kalian terlalu tegang."
Annabeth terperanjat, mereka semua terperanjat. Sienna Grimbell berada beberapa langkah di depan mereka, tersenyum hangat.
Katanya, "Terlalu tegang tidak bagus untuk kalian bila ingin mengunjungi wilayah Hades."
Kemudian dia berbalik lagi, mengambil alih pemandu jalan dari Annabeth dan Percy tanpa mengatakan apapun lagi.
♦
Mereka tiba di Studio Rekaman DOA. Sebuah tempat dimana Annabeth pernah melihat kumpulan jiwa orang mati yang menunggu giliran menuju Dunia Bawah bersama Percy dan Grover. Annabeth masih sangat mengingatnya seolah mereka baru kemarin mengunjungi tempat ini.
Sienna masuk duluan ke lobi DOA, disusul yang lainnya. Annabeth masih bisa melihatnya, Charon—satpam yang menjaga para jiwa—duduk di tempatnya seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenth Demigods: The Daughter of Hypnos
FanfictionSepuluh pahlawan dari kedua sisi meniti jalan menuju kegelapan Malam membelenggu kasih sayang Dusta dihadapi oleh cahaya dari luar Putri sang Tidur melangkah kepada kematian Kebijakan dan cinta menuntun pada persatuan Penguasa bawah tanah membuka ja...