Mengekori Reyna setiap berada di Roma Baru mungkin telah menjadi hobi baru Nico. Kemana pun gadis tangguh itu melangkah, akan ada Nico di Angelo di belakangnya, layaknya seorang pengawal (namun, bagi Reyna, Nico lebih seperti adik kecil yang sedang merajuk minta dibelikan permen).
Reyna tidak mengusirnya, tidak juga menanggapinya. Reyna hanya terus berjalan, berputar-putar, seolah Nico tidak pernah mengikutinya—tidak mengganggunya. Nico sendiri tidak mengerti kenapa dia suka sekali mengikuti Reyna setelah sebelumnya dia lebih suka mengikuti Percy, memastikan cowok itu baik-baik saja. Tapi, nah, itu sudah berlalu, yang seperti itu sudah menjadi masa lalu.
Biasanya, sih, Nico memang mengekori Reyna (dan gadis itu tak pernah mempermasalahkannya). Tapi sekarang, Nico justru merasa rikuh karena seseorang yang terus-terusan mengawasinya. Mengikuti kemana pun dia pergi. Kadang-kadang—malah—dengan tatapan was-was dan tangan yang sedia menarik pedangnya tiap kali Nico berhenti dan melirik. Nico kesal, Nico tidak suka. Ia sempat berpikir mungkin seperti inilah perasaan Reyna ketika dia ikuti, tapi Nico, kan, tidak separah ini!
Mereka sudah tiba di Roma Baru sejak sejam yang lalu dan Dakota memaksa mereka semua untuk beristirahat terlebih dahulu meskipun ancaman akan hancurnya dunia telah terbentang di depan mata. Toh, musuh mereka juga belum jelas siapa. Mereka hanya menebak-nebak tanpa kepastian. Nico tidak betah kalau harus diam di atas kasur dan tidur, teman-temannya juga begitu. Jadi Nico memilih untuk jalan-jalan, dia tidak mengikuti Reyna yang mengadakan rapat senat, dia hanya menjelajahi Roma Baru seolah dia adalah turis meski sebenarnya dia sudah beribu kali mengunjungi tempat ini.
Sayang sekali, kini dia harus menahan emosinya karena seorang gadis yang seumuran dengannya dan katanya merupakan orang yang dikasihi oleh banyak dewa. Peduli amat, mau Zeus menyayangi gadis itu lebih dari anak-anaknya sendiri atau Ares membela dia habis-habisan, kalau Nico tidak suka ya tidak suka!
Nico memutuskan untuk berhenti dan berbalik, menghadapi langsung gadis pirang itu. Cowok itu bersedekap, memandang nyalang padanya.
"Maumu apa, sih?!" bentak Nico.
Sienna hanya diam, bersiul, pura-pura tidak mendengar. Hal itu malah membuat Nico semakin kesal, Nico bisa saja langsung mengirim gadis itu ke Tartarus atau memenjarakannya di tempat ayahnya. Tapi Nico masih sayang nyawa, siapa yang tahu, kan, kalau dewa-dewi yang merupakan kakek-neneknya akan segera mengutuk Nico akibat perbuatannya? Nico cari aman.
"Punya mulut, kan?" desis Nico. "Bicara!"
Sienna memutar bola mata, agaknya tidak menyukai cara bicara Nico. Tapi siapa, sih, yang lebih dulu bersikap menyebalkan di sini?
"Salah kalau aku mengawasi seseorang yang merupakan putra dari dewa yang pernah menghukum ayahku atas kesalahan yang tak pernah dia perbuat?"
Nico melongo, "Hah?"
"Aku nggak suka sebenarnya karena ada seorang anak Hades dalam misi ini." kata Sienna. "Jadi aku harus mengawasimu, siapa tahu kau mengacau atau berkhianat atau bagaimana, orang-orang Hades itu tidak bisa dipercaya, tahu! Makanya, semua anak Hades itu musuhku."
"Hah?"
"Ayahmu tidak memberitahu ya?" Sienna berdecak. "Oh jelas! Dia mau kelihatan baik di depan anaknya padahal dia pernah mengurung ayahku di Tartarus hanya karena dia mengira ayahku yang mencuri barang-barangnya."
"Lalu, itu alasanmu memusuhiku? Memusuhi anak-anak Hades? Tidak memercayai kami?" kata Nico sengit, ayahnya memang penguasa Dunia Bawah, tapi ayahnya tidak sekejam itu. "Saudaramu yang lain tidak pernah mempermasalahkan hal itu tuh! Mereka bahkan—"
"Soalnya Hades mengancam ayahku kan! Jadi hanya aku yang tahu!"
"Mana buktinya?" Nico menantang, pikirnya Sienna akan malu tak berkutik karena tidak bisa membuktikan apapun. Lagipula Nico tidak yakin gadis itu sungguh-sungguh dengan ucapannya. Bukankah Hypnos memang pernah tinggal di Tartarus? Nico masih menatap Sienna, sudut bibir gadis itu berkedut. "Kau nggak pandai berbohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenth Demigods: The Daughter of Hypnos
Fiksi PenggemarSepuluh pahlawan dari kedua sisi meniti jalan menuju kegelapan Malam membelenggu kasih sayang Dusta dihadapi oleh cahaya dari luar Putri sang Tidur melangkah kepada kematian Kebijakan dan cinta menuntun pada persatuan Penguasa bawah tanah membuka ja...