Keesokkan harinya, ketika Gina baru saja masuk ke area lapangan sekolah, beberapa siswi yang berjalan melaluinya tampak berbisik satu sama lain sambil menatap ke arahnya. Gina lantas mengernyit bingung. Meskipun begitu, ia terus berjalan sampai ke kelas, menaruh tasnya di atas kursi, baru menghampiri Leah yang sedang mengerjakan tugas Biologi.
"Le, masa tadi pas gue baru masuk, banyak anak-anak liatin gue," ucap Gina sembari menarik kursi di dekatnya, lalu duduk di sana. "Nggak tau sih ini antara gue yang kege'eran atau emang bener, tapi gue rasa mereka lagi ngomongin gue, deh. Emangnya ada apaan, sih?"
Leah tiba-tiba menaruh pulpennya di atas meja, kemudian menghadap ke arah Gina. "Denger ya, Gin. Mereka itu pada ngomongin lo sama Naufal. Katanya kemaren ada yang liat lo jalan sama Naufal berduaan. Emang bener? Lo ngapain emang?"
Gina jadi tambah bingung. "Naufal kemaren mau ke kuburan mamanya. Tapi gara-gara gue pulang sama dia, jadinya gue juga diajak. Ya nggak diajak juga sih, gue-nya aja yang ikut-ikutan. Emangnya anak-anak ngomongnya gimana?"
"Katanya mereka pada nggak seneng kalo liat lo berduaan gitu sama Naufal," jawab Leah yang sudah kembali fokus pada soal-soal Biologinya.
Gina mendelik. "Astaga. Gue sama Naufal udah deket—ya bukan deket, sih, cuma ya gitu dah—dari kapan tau. Gila, ya? Iri aja." Gina langsung berdiri sambil menggebrak meja, kemudian berjalan keluar kelas.
"Hati-hati lo di jalan! Kalo jatoh langsung selfie, ya!" teriak Leah pada Gina, kemudian ia tertawa sendiri.
***
Tempat pelarian Gina saat ia sedang emosi seperti ini hanya satu, yaitu perpustakaan. Mungkin banyak orang yang alergi dengan tempat ini, tapi tidak dengan Gina. Gadis itu malah menyukai aroma buku-buku lama yang menyeruak, atau suasana tenang yang hanya bisa ia dapatkan di sini. Meskipun ruangan ini terasa lebih dingin dibandingkan ruangan yang lain—dikarenakan tidak banyak orang di sini—tapi Gina suka menyelusuri rak demi rak hanya untuk melihat buku-buku apa yang baru ditaruh. Ketika ia baru saja ingin mengambil salah satu buku yang berada di rak, dua orang siswi memasuki perpustakaan dan mulai mencari-cari buku di rak yang berjarak dua rak dari tempat Gina berdiri. Untung saja rak-rak buku itu tinggi, sehingga tubuh Gina tidak terlihat. Gadis itu hanya bisa melihat punggung kedua siswi itu dari sela-sela buku yang berjajar di rak.
"Eh, lo tau nggak sih, Gina anak kelas XI-4?" tanya salah seorang siswi pada temannya yang sedang sibuk mencari buku.
"Tau. Kenapa? Oh, katanya dia kemaren jalan sama Naufal, ya?" sahut siswi itu.
"Iya! Kalo gue denger-denger sih, katanya dia yang ngebet minta dianter pulang sama Naufal. Cih, kalo gue jadi Naufal, tuh cewek bakal gue turunin di tengah jalan." Siswi yang satunya lagi berdecih sebal, dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.
Buku-buku jari Gina memutih. Ia mencengkram buku yang sedang ia pegang dengan erat.
"Dia anaknya agak freak gitu nggak sih? Kalo gue liat dia anaknya kayak rada-rada aneh gitu. Kemana-mana mainnya cuma sama Leah. Lagian juga, kalo gue bilang, Leah lumayan tenar juga, sih. Kok dia mau, ya, temenan sama tuh cewek?" ucap temannya.
"Nggak tau juga, deh. Mungkin gara-gara dia kaya kali, ya? Oya, gue denger, mamanya yang sekarang itu bukan mama kandungnya ya? Katanya sih, bokapnya nikah lagi," ujar siswi yang tadi sambil berbisik-bisik.
"Hah? Masa iya, sih? Lo tau dari mana?" Siswi itu tampak terkejut, sehingga langsung menoleh kepada temannya sambil mendelik.
"Ih, udah terkenal kali beritanya. Katanya sih, nyokapnya yang godain bokapnya, gara-gara bokapnya tuh kaya. Eh, bokapnya mau. Emang ya, emak sama anak sama aja. Sama-sama murahan." Gadis yang tadi cekikian, tanpa tahu kalau Gina yang mendengarnya sedang menahan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
G & G [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSUDAH TERBIT DAN DAPAT DIBELI DI TOKO BUKU TERDEKAT. Gina tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berubah seratus delapan puluh derajat setelah ia bertemu dengan Farghantara Widjaja, seorang pentolan dari SMA sebelah yang terkenal berandal dan pe...