3. Baja dan Besi

6.4K 656 65
                                    

Setelah bel istirahat berbunyi, semua siswa sudah balik ke tempat duduknya masing-masing dengan tertib. Pasalnya, habis ini adalah jam pelajaran bu Denna, guru fisika yang terkenal killer itu. Namun ketika Rando—Gerando Zellio lengkapnya, bukan Laurentius Rando si Vlogger yang ngetren di YouTube—ketua kelas mereka memasuki kelas dan memberitahukan bahwa bu Denna sedang bertemu dengan orang tua murid, satu kelas langsung sujud syukur sambil bersorak heboh, sebelum akhirnya Rando melanjutkan kata-katanya.

"Tapiiii ... kita dikasih tugas." Satu kalimat yang dikeluarkan Rando sambil tersenyum itu ternyata memberikan efek yang luar biasa bagi penghuni kelas XI-4 ini. Mereka langsung mengeluarkan berbagai macam sumpah serapah dan mengeluh tidak terima. Meskipun begitu, ujung-ujungnya mereka juga mengeluarkan buku PS dan mengerjakan tugas yang disuruh oleh bu Denna, walaupun didapat dengan cara melihat pekerjaan punya teman yang lebih pintar—atau seenggaknya ngerti dikit aja, deh, nggak pa-pa, yang penting ngerjain—dan akhirnya selesai.

Gina yang sedang mengerjakan tugas itu menggerutu sebal, sementara Leah yang duduk di sampingnya hanya tinggal memindahkan jawaban dari buku Gina ke bukunya, alias copas. Benar-benar kurang ajar. Pikiran Gina masih terbagi dua. Ucapan Leah di kantin tadi merusak konsentrasinya. Sebenarnya, Ghana itu punya tujuan apa, sih?

Ketika ia sedang sibuk menuliskan jawaban di bukunya, ponselnya yang terdapat di laci tiba-tiba bergetar dan memunculkan nama seseorang di sana.

Farghantara Widjaja

You have a new message!

Gina yang kebetulan sedang menunduk jadi dapat membaca tulisan di ponselnya itu lantas mendelik, lalu buru-buru menekan tombol close sebelum ia memasukkan ponselnya ke saku rok.

"Le, gue ke toilet dulu, ya? Kebelet, nih!" Sebelum Leah sempat menjawab, Gina sudah terlebih dahulu kabur dari kelas dan berlari menuju toilet. Sesampainya di toilet, Gina membuka pesan dari Ghana itu, lalu membacanya dengan napas yang terengah-engah.

Farghantara Widjaja : Kamu lagi mikirin saya ya?

Mampus, ketahuan!

Jantung Gina nyaris keluar ketika ia membaca pesan itu. Matanya langsung membulat sempurna. Gina bertanya-tanya dalam hati, bagaimana cara Ghana mengetahui pikirannya barusan? Gina jadi merinding takut. Jangan-jangan, Ghana itu cenayang lagi? Atau mungkin dia bisa telepati? Aduh, pokoknya apapun itu, intinya sekarang Gina takut dengan seorang Ghana, apalagi setelah ia mengetahui kemampuan supernaturalnya yang satu ini—bisa membaca pikiran orang.

Dengan jantung yang masih berdegup kencang, Gina membalas pesan itu.

Regina Atmidjojo : Enggak, kok, saya lagi kerjain tugas.

Beberapa saat kemudian, Ghana membalas.

Farghantara Widjaja : Yakin?

Waduh, mati gue. Gina mulai memikirkan cara untuk membalas pesan menjebak dari Ghana itu.

Regina Atmidjojo : Iya.

Terdapat selang waktu yang cukup lama sebelum akhirnya Ghana membalas.

Farghantara Widjaja : Ternyata pelajaran itu lebih menarik daripada saya ya?

Gina hampir tertawa. Sepertinya, Ghana tidak seperti yang Leah kira. Menurut Gina, Ghana itu seperti Naufal. Ia juga memiliki sisi lain yang belum terlihat. Dan Gina berharap, dia adalah orang pertama yang akan melihat sisi lain tersebut.

***

Sementara itu, di tempat lain, Ghana sedang tersenyum sambil menunduk ke bawah, memainkan ponselnya yang terdapat di laci meja. Berbagai macam balasan dari Gina membuatnya tanpa sadar terhanyut dalam percakapan itu. Ia bahkan tidak mendengarkan ocehan pak Ismail di depan, dan hanya menunggu balasan dari Gina.

G & G [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang