1. Awal Pertemuan

12.1K 809 86
                                    

Pagi ini cerah.

Gumpalan-gumpalan awan putih menghiasi langit biru, serta suara burung berkicauan mengalun merdu. Pohon-pohon rindang menggerakkan dedaunan, membuat suasana hati menjadi tenang. Suara pantulan bola basket menggema di seantero lapangan, sedangkan pemainnya sendiri tengah men-dribble bola itu dengan tubuh yang penuh dengan peluh. Ia terus membawa bola itu hingga ke garis three point, dan setelah itu, ia langsung melempar bolanya ke dalam ring, dan ... masuk!

Tepat setelah bola itu terjatuh ke lantai, suara tepuk tangan terdengar. Naufal, dengan nomor punggung sebelas, menoleh ke arah sumber suara dan mendesah sebal.

"Naufal keren deh mainnya!" puji Gina, gadis yang sedang duduk di bangku yang terdapat di pinggir lapangan.

Naufal tidak menggubris pujian gadis itu, dan hanya menunduk sambil menyugar rambutnya yang basah ke belakang. Ia lalu berjalan menghampiri Gina. Ralat. Maksudnya menghampiri botol minum yang terletak di samping gadis itu. Gina terus saja memandang Naufal sambil tersenyum. Naufal yang baru saja selesai meneguk air mineralnya sampai habis itu menatap Gina heran.

"Napa lo?" tanyanya ketus.

"Nggak pa-pa. Cuma demen aja liatin Naufal kalo abis main basket. Tambah ganteng." Gina nyengir.

Naufal mendengus sebal, lalu ia beranjak pergi dengan tas ransel yang sudah disampirkan di pundak kanannya.

"Naufal! Ih! Tungguin gue!" Gina berdecak, kemudian ia buru-buru mengejar Naufal yang sudah hampir keluar dari lapangan basket.

Setelah jarak mereka lumayan dekat, Gina memelankan langkahnya dan berjalan dengan santai sambil menatap punggung cowok itu. Pelan-pelan, senyuman Gina terbit. Ia sebenarnya juga tidak tahu apa yang membuatnya terus-menerus mengejar Naufal seperti ini. Menurutnya, Naufal itu seperti magnet yang memiliki kekuatan untuk menarik benda-benda tertentu, termasuk Gina. Meskipun cowok itu seringkali mengabaikannya, Gina tidak pernah menyerah untuk membuat Naufal membuka hati. Entahlah, mungkin karena sikap dingin Naufal yang membuat Gina jadi semakin gencar untuk mendekatinya. Berteman sejak kecil tidak membuat mereka jadi akrab. Naufal tetaplah Naufal, si Cowok Dingin yang tidak suka diganggu, apalagi sama makhluk bernama Regina Atmidjojo.

Tapi menurut Gina, tidak peduli cowok itu memandangnya seperti apa, ia akan tetap menyukai seorang Naufal Bamantara, si Genius yang tidak begitu peduli dengan dunia luar. Gina tahu, kalau sebenarnya, masih ada sisi lain dari cowok itu yang belum terungkap. Gina tahu, bahwa dirinya masih memiliki kesempatan. Gina tahu, kalau suatu saat nanti, Naufal pasti akan menerimanya.

Ya walaupun Gina tidak tahu kapan hal itu akan terjadi.

Intinya, sikap optimis Gina-lah yang membuatnya dapat tetap bertahan, walau Naufal selalu menganggapnya kasat mata.

Hah, Gina selalu tidak menyukai kenyataan itu.

Karena terlalu asik dengan pemikirannya sendiri, Gina jadi tidak sadar kalau ada motor yang sedang melaju kencang di saat ia tengah menyebrang jalan. Dan karena hal itu, motor tersebut langsung rem mendadak ketika ia hampir menabrak Gina. Namun terlambat. Dikarenakan rem-nya yang tidak pakem, motor itu jadi menabrak Gina dan membuat gadis itu terjatuh di jalan. Naufal yang tadinya sudah sampai di seberang jalan langsung menoleh ke belakang ketika mendengar jeritan Gina dan decitan ban motor. Ia lalu berjalan menghampiri gadis itu dengan santai.

"Lo kenapa?" tanya Naufal polos.

"Terbang," jawab Gina asal. "Ya menurut lo aja, Naufal! Gue jatoh, woi! Masa harus nanya lagi?!"

"Makanya jalan liat-liat," ucap Naufal datar.

Gina hanya berdecak sebal, sementara pengendara motor tadi langsung melepas helm dan turun dari motornya, tanpa memedulikan motornya yang akan jatuh karena belum distandar. Ia lalu berjongkok untuk melihat keadaan Gina.

G & G [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang