12. Relief Muka Bumi

4.1K 410 25
                                    

Setelah selesai bersenang-senang—ralat, maksudnya belanja—Gina dan Naufal pun melanjutkan perjalanan mereka sampai ke panti asuhan tempat mereka dibesarkan dulu. Sesampainya di sana, Naufal memarkirkan mobilnya sementara Gina turun terlebih dahulu dengan sekantong plastik berisi makanan di tangannya. Ketika Gina baru saja memasuki halaman panti, ia melihat bi Asih, pembantu yang sudah bekerja di panti asuhan cukup lama, tengah menyapu halaman. Bi Asih sudah cukup tua. Rambutnya yang sudah ubanan sering dikonde dan ia suka memakai daster. Jika ditanya mengapa, maka jawabannya adalah karena adem, nggak panas.

Ketika bi Asih menoleh dan melihat Gina datang, ia langsung menghampiri Gina dengan sapu lidi di tangannya.

"Bi Asih? Bibi masih inget Gina?" tanya Gina sambil sedikit menunduk karena kini ia lebih tinggi dari bi Asih. Gina jadi bangga.

Bi Asih mencoba mengingat-ingat, lalu ketika ia sudah ingat, senyum lebar terpampang di wajahnya. "Oh, Gina! Iya, iya! Bibi inget! Udah gede ya sekarang! Dulu mah masih suka lari-larian, manjatin tembok. Sekarang masih?" Bi Asih memegang kedua lengan Gina, tidak percaya kalau anak yang dulu pernah diasuhnya itu telah tumbuh menjadi gadis cantik seperti ini.

"Udah enggak, dong, Bi. Kan udah gede." Gina tertawa, begitu pula dengan bi Asih. Ketika itu juga, Naufal yang baru selesai memarkirkan mobilnya membuka pintu pagar, lalu masuk ke dalam. Bi Asih yang melihat seorang cowok masuk ke dalam panti lantas bertanya pada Gina, bingung.

"Eh, itu siapa ya? Bibi kayak pernah liat di tivi. Lee Min Ho, ya?" Bi Asih terus melihat ke arah Naufal, seakan-akan Naufal ini makhluk aneh dari luar angkasa yang tidak diketahui identitasnya.

Naufal yang kini berdiri di samping Gina jadi tertawa. "Ini Naufal, Bi. Masa Lee Min Ho, sih. Gantengan aku, lah."

"Pede banget," sindir Gina sambil menaikkan satu alisnya ke arah Naufal.

"Emang ganteng, kan? Makanya lo suka," ucap Naufal dan membuat Gina langsung salah tingkah. Gadis itu lantas menabok lengan Naufal.

"Oh, iya. Naufal. Bibi inget. Kamu pacarnya Gina, kan?" tebak bi Asih dengan senyum lebar dan membuat Gina dan Naufal langsung saling pandang. Beberapa detik kemudian, mereka sama-sama membuang muka, canggung.

"Aih, bukan, Bi. Dia mah temennya aku." Gina tertawa renyah, lalu menyenggol Naufal menggunakan sikutnya, agar cowok itu mendukung pernyataannya sambil tertawa juga.

"Oh, begitu. Bibi kira kalian pacaran. Padahal cocok, loh. Sama-sama cakep!" Bi Asih tertawa, lalu menepuk pundak Gina dan Naufal secara bersamaan. "Ayo, masuk. Mau ketemu sama Bunda, kan?" Bi Asih membalikkan badannya, lalu berjalan menuju ke rumah panti dengan tergopoh-gopoh.

Setelah bi Asih pergi, Gina melirik Naufal yang tengah menunduk ke bawah, lalu berharap agar ucapan bi Asih barusan dapat menjadi kenyataan.

Karena memang itulah yang Gina inginkan.

***

Setelah bertemu dengan Bunda Panti tadi di kantornya, Gina dan Naufal kini diajak untuk berkeliling panti dan melihat perubahan apa saja yang sudah terjadi selama tiga tahun terakhir ini, sejak Naufal diadopsi oleh keluarga yang terpandang dan Gina yang sudah jarang mengunjungi panti. Panti Asuhan Bunda Mulia merupakan panti asuhan yang cukup besar dengan empat lantai dan taman di bagian tengah rumah. Di atas taman tidak terdapat atap, sehingga pada siang hari, cahaya matahari langsung memancar ke seluruh penjuru rumah panti.

Gina dan Naufal kini tengah berjalan menyusuri koridor di kiri taman, hendak menuju ke kelas mewarnai dengan Bunda Panti yang berjalan di depan mereka. Begitu sampai di kelas mewarnai, Bunda Panti langsung membuka pintu kayu kelas itu.

G & G [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang