13. Teka-Teki Perasaan

4.2K 405 15
                                    

"Lo ngapain ke sini?" tanya Ghana dengan tangannya yang memegang pintu rumah.

Rando tidak menjawab apapun. Ia langsung masuk ke dalam rumah Ghana, lalu duduk di sofa ruang tamunya.

"Eh Dugong, jawab gue dulu!" Ghana menutup pintu rumahnya, lalu menyusul Rando yang sudah bersantai di sofa panjang dengan remot TV di tangannya. "Udah berasa kayak rumah sendiri, ya."

"Pepatah mengatakan, tamu adalah raja. Jadi, lo mestinya—"

Belum selesai Rando berbicara, ia sudah mendapat lemparan bantal dari Ghana. "Enak aja lo," gerutu Ghana, lalu berpindah tempat duduk. "Lo mau ngapain ke sini? Ada berita baru emangnya?"

Rando mengangguk sambil sibuk mengganti channel TV. "Kalo dari yang gue denger, sih, katanya mereka pernah ngeliat anak cewek sekolah gue ketemu sama anak dari sekolah lo. Gara-gara itu, mereka kepengen nyari tau."

Ghana mengernyitkan dahinya. "Kepengen nyari taunya gimana?"

"Kayaknya sih mau samperin lo pada. Tau dah kapan. Besok, kali. Kalo gue bilang sih siap-siap aja." Rando terus berbicara tanpa melihat ke arah Ghana. Fokusnya hanya tertuju pada TV yang sedang ditontonnya.

Ghana mengangguk, paham. Seperti yang kita lihat, Rando adalah mata-mata SMA Taruma Negara. Jika kalian bertanya mengapa ia tega mengkhianati sekolahnya, jawabannya adalah karena ia berhutang budi pada Ghana, sohibnya sejak SMP itu. Dulu pada waktu SMP, ia adalah tipe-tipe anak kuper yang sering di-bully. Pernah satu kali ia disudutkan di toilet dan dihajar habis-habisan oleh teman-teman sekelasnya, karena ia memberitahu guru bahwa hari itu ada PR yang belum dikumpulkan. Di saat ia berpikir semuanya sudah berakhir, Ghana tiba-tiba saja datang dan menyelamatkannya. Di bawah perintah Ghana, anak-anak itu langsung tunduk dan pergi meninggalkan Rando sendiri.

Setelah mereka semua pergi, Ghana berjongkok dan membantu Rando untuk berdiri, dan membuatnya menjadi seperti dirinya hari ini. Jika bukan karena Ghana, Rando mungkin akan kehilangan kepercayaan dirinya dan menutup diri untuk selama-lamanya. Sayangnya, di saat SMA, mereka tidak satu sekolah. Ibu Rando memilih untuk menyekolahkan anaknya di SMA lain, sedangkan Ghana tetap bersekolah di sekolah yang sudah dibangun ayahnya itu. Oleh sebab itu, ketika Rando tahu bahwa terjadi perselisihan di antara sekolahnya dan sekolah Ghana, ia menawarkan diri untuk menjadi kaki tangan Ghana, demi membalas kebaikan cowok itu.

Balik ke topik awal. Setelah selesai mendengarkan berita terbaru dari Rando, Ghana berdiri dari tempat duduknya dan hendak naik ke lantai atas untuk mandi. Namun ketika ia baru saja berdiri dan ingin berjalan pergi, perkataan Rando membuat langkahnya terhenti.

"Lo bener-bener serius sama Gina?" ucapan Rando lantas membuat Ghana meneguk air ludahnya sendiri. "Gue tadi liat lo nembak dia."

Ghana membalikkan badannya, menatap Rando yang kini sudah tidak menonton televisi lagi. "Gue nggak nembak," bantah Ghana, "Gue cuma nyatain."

"Sama aja," balas Rando. "Lo beneran serius sama tuh cewek?"

"Emang gue pernah nggak serius sama cewek? Gue selalu serius, tapi keseriusan gue terkadang malah dipermainkan." Ghana mengepalkan tangannya erat-erat, menahan sakit yang menjalar di dadanya.

"Ghan, gue bilang lo mending berhenti. Lo sama Gina nggak bakalan—"

"Nggak bakalan jadi? Gara-gara gue itu anak blangsak sementara dia adalah murid teladan?" Ghana mendengus geli, lalu ia tersenyum miring.

G & G [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang