EPILOG

314 15 7
                                    

Kintan menatap pantulan dirinya di cermin dan mengulum senyum. Akhirnya hari ini datang juga. Hari di mana ia akan mengikat janji suci yang telah diimpikannya bersama sang kekasih, Rayan. Kintan mengenakan kebaya putih bertabur manik yang indah dan elegan dengan bawahan kain batik bermotif parang. Gadis itu tidak kalah cantik dibandingkan dengan para selebriti yang menghiasi layar kaca.

"Elo cantik banget, Tan."

Sekali lagi Kintan menatap cermin, memegang kedua sisi wajahnya yang ber-make up natural. Jantungnya berdebar dan telapak tangannya sejak tadi berkeringat. "Gue pikir hari ini nggak mungkin datang, tapi ternyata nggak ada yang mustahil di dunia ini. Elo ingat bagaimana perjuangan kami, 'kan?" Kintan menoleh ke arah sahabatnya yang kembali langsing.

"Kalian sudah berusaha sangat keras. Gue seneng akhirnya kalian memenangkannya." Nadine menepuk-nepuk punggung tubuh mungil di dekapannya. "Lo berhak mendapatkan kebahagiaan ini."

Kintan mengangguk. "Apa Rayan sudah datang?" tanyanya malu-malu dengan pipi merona. "Gue kangen berat!"

"Ishhhh! Mesum!"

Tok! Tok!

"Jangan-jangan dia datang. Tapi bukannya kalian belum boleh saling ketemu?" Nadine mengerutkan kening sedangkan Kintan hanya mengedikkan bahu. "Masuk."

"Apa saya ganggu kalian?" Kintan dan Nadine saling berpandangan. Bingung. "Saya ada perlu sebentar sama Kintan. Kalau boleh ..."

Nadine menoleh ke arah Kintan. "Panggil gue kalau ada apa-apa," ujar Nadine pada Kintan. Lalu bergegas meninggalkan Kintan dan tamunya dengan penuh tanda tanya.

"Bukankah aku sudah pernah mengatakan untuk tidak muncul di hadapanku lagi?"

Sakti melangkah maju mendekati gadis yang membuat jantungnya berdebar. "Selamat! Ini yang kamu inginkan. Kisah cinta yang happy ending ..." Sakti menatap Kintan, mengagumi kecantikan gadis itu. Janur kuning telah melengkung di depan rumahnya.

Kintan mengangkat wajah. "Tolong biarkan kami hidup tenang."

"Apa sebegitu bencinya kamu sama aku, Tan? Bahkan untuk menerima kehadiranku sebagai teman pun kamu tidak sudi?" Kintan ingin memotong Sakti tapi ia mengurungkannya. "Aku hanya ingin melengkapi kebahagianmu dengan pengakuan jujur dariku. Aku ingin membuat tawamu lebih lepas."

"Apa kamu bisa melakukan hal semacam ini?"

Sakti menghela napas. "Kita tidak melakukan apa pun. Aku tidak menyentuhmu sejengkal pun. Kamu masih ... you know what i mean?" Sakti bertanya serius.

Kintan memandang Sakti dengan tidak percaya. Gadis itu tertawa hambar. "Jadi maksudmu aku membuka baju-bajuku sendiri? Apa itu yang mau kamu bilang? Dan kamu ingin aku percaya?"

Sakti menggeleng. "Petugas room service yang melakukannya."

"Apa??? Lalu mengapa kamu ..."

"Aku tidak pernah melakukan hal senonoh terhadapmu. Percaya sama aku, Tan. Aku tidak sepicik itu. Aku berani bersumpah!"

"Jadi aku masih suci?"

Sakti mengangguk. "Aku minta maaf, Tan. Aku benar-benar bertindak terlalu jauh. Aku hanya ingin mendapatkanmu dengan caraku sendiri karena kamu sama sekali tidak melihat keberadaanku. Aku hanya ..."

Kintan tersenyum. "Cukup!"

"Apa?"

"Nadineeeeeeeeeeeeee!!!"

****

e {&�B��n

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DON'T YOU REMEMBER? ( COMPLETED ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang