Unbelievable

696 84 41
                                    

***Sekolah***

*Arga POV*

"Hei,.. kok lo dari tadi ngelamun terus sih? Ga asik " Kicau Yudhis di sebelahku.

"Biasanya orang ngelamun itu karena dua hal, satu karena lagi bego, dua lagi jatuh cinta tuh" ejek Ilham.

"Pasti yang pertama" celetuk Niko tak berdosa.

"Brisik!" Arga sarkas.

"Diem aja sih lo hari ini, cerita ngapa!" Ilham kesal.

"Pada kepo yah? Hihihi,. Oke gue cerita.. kemarin gue ketemu cewek cantik banget.. meskipun belum sempet kenalan sii " jawabku.

"Ciee, eh temen-temen... Masak nih ya,.. Ada orang yang dari dulu teguh akan kejombloannya, tapi sekarang jatuh cinta" Fani ternyata menguping dari belakang.

"Anjirr nih anak, siapa juga yang jatuh cinta" Arga membela diri.

"Seberapa cantik sih, sampe lo kagum sama tuh cewek?" tanya Riza.

"Ciee si Riza cemburu,.." ejek Niko.

"Eh siapa juga yang cemburu,.. Amit-amit deh" tukasnya.

"Bukannya lo dulu suka sama Arga yah, sampe ditolak 2x juga, hehehe" si yudhis ikut menyerang Riza.

"Cih,.. Yuk girls pindah meja aja, disini hawanya panas, hehe" ajak Riza pada geng rempongnya itu.

"Aaaa,.. pindah aja sono lu, dasar bunderan HI" Yudhis tertawa ringan.

"Daripada kayak lo, dasar kunci inggris" balasnya.

"Kutu kupret lo" Imbuh yudhis.

"Diem lo buntelan plastik" balas Riza tak mau kalah.

"Udah-udah capek gue Riz,.. lo aja yang menang, haha" ucap Yudhis menyerah.

"Yeeey gue menang" sambil tersenyum tipis.

"Kembali ke Lap.. Top, eh btw orangnya kaya gimana si? Kok lo sampe kagum gitu" Tanya Ilham

Teeet,. Bel masuk berbunyi

"Ini bukan masalah cantik bro, cewek cantik mah banyak kalik, gataulah gabisa gua jelasin. Intinya kaya gue pernah ketemu dia sebelum ini, ada sesuatu yang beda gitu. Wajahnya itu kayak... emmm " arga belum merampungkan kalimatnya.

"Kayak siapa? " potong Ilham penasaran.

"Apaa?!!" ujarku keheranan.

"Kok malah balik nanya, bego" si yudhis geram.

"Pak guru cuyy, turun-turun woy" Seraya menarik yudhis yang sedari tadi duduk di atas meja.

"Selamat pagi murid murid" sapa Pak Guru mengawali pelajaran.

"Pagi pak,." Jawab para murid.

"Hari ini kita kedatangan murid baru,.. Dia akan belajar bersama kita mulai hari ini. Ayo perkenalkan dirimu." imbuh pak guru sambil mempersilahkan Si Gadis baru itu masuk.

Dalam Ilmu Tajwid, Ada namanya Madh Aridh lissukun. Saat huruf mad bertemu dengan huruf hijaiyah (hidup) berharokat maka ia akan berhenti.. Seperti itulah pandangan seisi kelas saat melihatnya..

*Author POV*

Sang Gadis memperkenalkan diri panjang lebar. Arga dan Yudhis tak memperhatikan sama sekali, mereka malah meributkan soal bangku yang diduduki Yudhis.

"Eh liat, apa tuh" bisik Arga sambil melempar tas yudhis ke bangku sebelah.

"Ada kursi yang kosong? " tanya Pak Guru

"Disini kosong pak "teriak Arga dari meja kedua terdepan.

"Nah kamu bisa duduk dengan Arga" Pak guru mempersilahkan.

"Wah gila kamu Ar, masa sama temen sendiri tega amat" rengek Yudhis sambil berpindah tempat duduk yang tadinya di sebelah Arga.

"Sorry-sorry bro, hehehe" guraunya.

Arga menatap lekat-lekat pada gadis itu. Tak salah lagi ia adalah gadis yang kemarin ia temui.

"Eh kamu cewek yang kemarin kan? " tanya Arga.

"Emm,.. iya.. kamu ternyata sekolah disini juga? " jawabnya.

"Oh iya, kemarin kita belum sempet kenalan. Gue Arga Marvalino, lo bisa panggil gue Arga" sambil mengulurkan tangan.

"Oh iya, aku Reyna Karra Christalia panggil aja Reya" tukasnya.

"Kristal mutiara murni? Bagus juga namamu" celoteh Arga.

"Eh-eh,.. Ini aku salah kelas ngga ya? Ini jurusan IPA kan? " tanyanya.

"Iya bener, emang ada apa? " jawab Arga.

"Aku pikir ini jurusan Bahasa, abisnya lo langsung bisa artiin nama gue" ujarnya keheranan.

"Oh itu,.. Tapi bener kan? Hehe.."
Sambil tersenyum tipis.

"Iya juga sih,.. Kok bisa gitu? " tanyanya lagi.

"Gitu gimana?" sambil meneruskan catatannya.

"Ah, lupakan aja" ujarnya.

"Udah-udah nyatet tuh, nanti dimarahin Pak Halim loh" imbuh Arga.

"Iya-iya, ini aku juga nyatet kok" jawabnya.


"Kalian berdua sedang apa? Arga, Reya?" tanya pak Halim.

"Emm engga kok pak" kelit Arga.

"Fokus ke pelajaran, kalau mau pacaran keluar sana" tegas Pak Halim.

"Emang boleh pak? " Arga memastikan.

"Iya boleh, asal keluar dari sekolah ini, hehe" Imbuh Pak Halim sambil tertawa ringan.

"Yaah kirain pak," gurau Arga. Seisi kelas langsung tertawa.

Pak Halim memang seorang guru yang kalem, suka bercanda, dan terbuka kepada muridnya berbeda dengan Pak Suradi yang terkesan kejam, tegas, dan dicap sebagai guru killer peringkat pertama di sekolah ini.

MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang