Sang Maina

137 12 2
                                    

"Author's POV"

Arga mendapati tubuh lelaki itu terkulai lemas, dahinya terluka parah. Ia menempelkan jarinya dileher lelaki itu-mencari tanda kehidupan,..

"syukurlah denyut nadinya masih terasa" ucap Arga lirih. Alih-alih membopongnya arga malah terjatuh sambil meringis karena kakinya kembali terasa sakit. Terpaksa lelaki itu diseret keluar dari lereng curam. Setelah menemukan tempat yang lumayan landai, Arga meninggalkannya sebentar untuk mengambil carrier yang tadi ia tinggalkan.

"Lelaki ini mengalami pendarahan begitu hebat, aku harus bagaimana" gumam arga. Ia kemudian melepas ikatan slayer pada lengannya. Diikatnya kepala lelaki itu erat sekali.

"Shhh aww.."

Arga terkejut bukan main, lelaki itu sadar. Matanya mengernyip beberapa kali berusaha mengerti kondisi.

"Terimakasih" ia membenarkan posisi tubuhnya.

"Aku bagas, siapa namamu?" lelaki itu memperkenalkan diri.

"Jangan banyak bicara dulu, ini minum" seraya menyodorkan botol minum yang tadi ia dapat.

"Tas ini milikmu?" Tanya Arga.

"Bukan," jawab bagas singkat. Bahkan ia tak melirik sama sekali ia fokus menenggak minumannya. Setelah dirasa cukup, bagas kembali menyodorkan botol minum itu pada Arga.

"Hey, kau menghabiskannya! Shhh!!" Arga berujar kesal.

"Tapi aku sepertinya mengenal carrier itu, itu milik temanku. Dimana kau menemukannya? Dimana teman-temanku?" Tanya bagas bertubi-tubi.

"Diamlah, kepalamu terbentur hebat. Kau kehilangan banyak darah, jika banyak bergerak kau pasti tidak selamat" ucap Arga sarkastik.

Kemudian mereka berdua hanya terdiam, meratapi nasib mereka masing-masing. Bagas sepertinya ingin bertanya beberapa hal, tetapi lawan bicaranya seperti tak ingin diganggu. Mungkin karena kesal karena air minum tadi telah ia habiskan. Bagas baru sadar orang yang telah menyelamatkannya ternyata juga sedang tak baik baik saja terlihat darah masih mengalir di lengan kanannya, pantas saja ia kesal. Bagas jadi merasa bersalah.

"Maaf untuk minumannya, aku sangat haus" Bagas mencairkan suasana.

"Tidak apa-apa, kita bisa mencarinya lagi" jawab Arga singkat.

"Bagaimana kau bisa tergeletak disana?" sekarang giliran Arga bertanya.

"Aku tidak begitu ingat, saat itu aku berjalan bersama-sama kemudian aku terjatuh. Kau sendiri bagaimana?"

"Hampir sama," ucap Arga singkat sambil membayangkan kengerian waktu malam itu.

Hari makin gelap, sang surya perlahan mulai bersembunyi dibalik bukit. Arga bergidik ngeri. Mereka jelas butuh penerangan. Dari dalam tas carrier arga mendapati sebuah pemantik api. Dengan meraih kayu seadanya, mereka membuat perapian kecil dipinggir lereng. Berusaha menghangatkan badan di perjalanan menuju malam mencekam.

"Hari ini sebaiknya kita beristirahat, esok pagi buta kita akan pergi"

"Kau tau kemana arahnya?"

"Aku sudah melihat pergerakan matahari dari sana dan berakhir di bukit itu, kau lihat? Aku ingat bahwa ranu kumbolo menghadap ke arah matahari terbenam. Kurasa jika kita memutarinya kita akan menemukan seseorang" terang arga panjang lebar.

Bagas hanya mengangguk-angguk saja tanda percaya seraya memfokuskan matanya melihat ujung bukit seberang ditengah cahaya remang-remang. Dapat terlihat jelas bahwa ia belum paham yang dikatakan Arga dan masih berusaha memahami kata-katanya. Berulang kali dia menoleh ke kanan dan kiri mengikuti petunjuk yang diterangkan tadi.

"Sudah, tak usah dipikir. Sebaiknya kita mulai istirahat," ucap Arga singkat. Bagas mengangguk lagi.

"Selamat malam, semoga Sang Maina menjaga kita" ujar keduanya bersamaan lirih sekali.

Berangsur-angsur nyala api meredup, termakan dingin udara. Lalu, Arcapada membeku dalam damainya.















#################################

Gimana part kali ini? Udah makin pusing belom? Hahahaha...😂
.
.
.
.
.
.

Enjoy your coffee,
Happy Reading!👍

#################################

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang