*Arga POV*Sinar-sinar cahaya bergerak melalui konjungtiva, kemudian difokuskan dan jatuh ditangkap retina. Pagi itu aku membuka dua hadiah terindah, mereka adalah kedua mataku. Aku tidak tahu sudah pingsan berapa lama, tenggorokanku terasa sangat kering. Tapi sangat beruntung aku masih bisa selamat dari kejadian itu, jika saja tubuhku tidak tertahan pohon aku pasti sudah terguling semakin dalam. Rasanya tubuhku sakit semua, dahiku berdarah tapi lukanya sudah sedikit menutup. Seraya membenarkan posisi tubuhku, aku duduk bertumpu pada salah satu pohon di pinggiran jurang, dari situ aku sadar engkel kaki kananku terkilir cukup parah. Lengan tanganku juga robek, mungkin tergores batu atau ranting pohon. Kulepas slayer di dahiku, dan kuikat erat-erat di lengan agar pendarahan terhenti.
"Ilham!! Yud,, Ahh.. " rasa nyeri kembali menghampiri, kali ini asalnya dari lengan tanganku.
"Siapapun, ada orang disana?" Aku kembali berteriak minta tolong, tapi sia-sia tak ada jawaban dari siapapun.
Matahari meninggi, bajuku yang semula basah sekarang mulai kering. Tetapi tubuhku masih menggigil sisa dingin semalam. Aku masih tak bisa bergerak, berkali-kali kucoba meraih ranting pohon di dekatku, berharap aku dapat menggapainya dan keluar dari jurang mengerikan ini.
"Rey," Ucapku sendu. Entah kenapa aku malah jadi memikirkannya, bola mata biru, rambut tembaganya. Akhirnya aku memaksakan untuk bergerak. Untuk keluar dari sini aku harus melompat, dan hanya punya satu kesempatan untuk menggapai ujung ranting paling besar diatas sana.
"Pertaruhan hidup dan mati ya?" gumamku pelan.
'Tentu saja aku memilih hidup!'
Mulailah aku mencoba berdiri dan berpijak pada pohon yang posisinya 45 derajat terhadap medan jurang, tumpuanku kupusatkan pada satu kaki kiri yang masih bisa bergerak. Bukan kaki terkuatku memang, tapi akan kucoba. Aku mengayunkan kaki kanan beberapa kali untuk menambah gaya tolak ketika meloncat, tapi itu sungguh sakit sekali. Pun, aku masih ragu untuk melompat, bayangan jurang dibawahku membuatku sedikit pusing dan gemetaran.
"Satu, dua, ti... Hap,.. dapat!" Letukku kegirangan. Tapi-tiba tiba ranting itu sedikit melorot ke bawah. Dengan terus menguatkan genggaman aku mencoba naik sebelum aku benar-benar jatuh. Setelah berusaha cukup keras, akhirnya aku bisa merambat naik beberapa meter ke kanan atas. Tapi luka di lengan kananku semakin terbuka lebar, mungkin karena aku terlalu memaksa. Biarlah, yang terpenting aku bisa keluar dari lubang neraka. Aku masih mencoba merambat meraih ranting-ranting ditepian lereng untuk memudahkanku menyusuri vegetasi yang lebat, berharap menemukan trek tempat aku kehilangan pijakan semalam. Sambil cengar-cengir menahan sakit di kaki kanan, aku terus berteriak meminta tolong.
Matahari mulai meninggi, memanggang tubuhku dari atas kepala. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di lereng curam kemudian pandanganku mulai memudar. Sembari mengais sisa-sisa tenaga, tak jauh didepanku kulihat sebuah tas carrier teronggok setengah tertutupi tumbuhan. 'Aku selamat, tanda kehidupan' pikirku. Setengah sadar aku berusaha menghampiri, berharap menemukan sang pemilik tas tersebut. Aku berteriak dengan sisa suara yang aku punya, tetapi tetap saja nihil tak ada jawaban.
Lalu dengan ragu kusentuh carrier berwarna merah itu, bola mataku menelisik ke dalam berharap menemukan sesuatu yang bisa aku pakai. Untungnya, kutemukan botol air minum yang masih setengah terisi. Sambil mengedarkan pandang kutenggak airnya sedikit demi sedikit, visibilitasku kembali normal. Aku sangat terkejut ketika melihat tubuh seseorang tergeletak dibawah lereng curam ini, kedua kakiku semakin lemas. Aku mencoba turun perlahan dan menggulingkan tubuhnya, ternyata orang itu adalah...
#################################
Cukup segini aja part Arcapada, part selanjutnya akan dipublish secepatnya hihihi.. 😂😂😂Vote & Commentnya guys😘
#################################
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru
AdventureKami terus mendaki hingga muncul kabut putih yang sangat pekat dari atas. Kabut itu seperti mengeluarkan halusinogen dari tiap partikelnya. Aku merasa sedikit pusing dan tiba di jalur yang berbeda, hutannya lebih rindang dan banyak ranting pohon yan...