Aku memasuki pelataran negara monarki, beberapa Prajurit dan Senapati berjajar bagai hiasan di kanan-kiri. Tak luput pula Panglima perangku Sang Mahapati . Akhirnya tlah kumenangkan perang besar ini. Segenap rakyat bersorak-sorai...
"Salam kepada Mahadaya , Raja yang serupa dewata, pemusnah pahlawan durhaka, Sang Mahatangkas, ahli siasat seteru, dilingkungi intan permata negara, nun serupa bagaskara "
Aku masuk istana tanpa basa-basi lagi, dan duduk kembali di singgasana bersama tuan putri yang setia menemani. Selagi ku pergi.. Tak mungkin kan cinta kan khianati?.
Dan seketika "prang" seorang pelayan menjatuhkan gelas emas dari nampannya. "Apa dia tak tahu ini hari besarku? " batinku begitu. Tuan Putri memegang tanganku berupaya menurunkan pitam yang lama tertanam.
"Arga, kamu ngelamun ya? Kok ngeliatin aku kayak gitu?" Reya membuyarkan lamunanku.
"Apa? Aku dimana?" tanyaku heran.
"Lo amnesia? Lo dikelas duduk bareng gue, tempat duduk kedua dari depan, kemiringan 30 derajat." jawab Reya sinis.
"Kita bareng? Ciee bareng... " gurauku.
"Apaan sih Ar" seraya menutupi pipi merahnya.
"Eh bentar Rey, itu dipipimu ada apa ya" seraya menghapus sesuatu di pipinya.
"Kok gabisa ilang ya? Spidol permanen nih, malah tambah banyak" imbuhku.
"Apa sih Ar , Spidol ya?"
"Engga, tadi kan pipimu merah, aku ilangin. Sekarang kok malah tambah merah ya?" Gurauku.
"Yeey..Emm..itu...a..aku .."
"Santai-santai, gausah malu gitu,..wkwk😂😂"
Reya hanya tertunduk bersama pipinya yang semakin merah sejak tadi. Aku kembali melamun, sedang memikirkan 'Pendakian besok seperti apa ya?'.
Kemudian Pak Kiswadi datang.
"Assalamualaikum anak-anak" langsung mengucap salam."Waalaikumsalam guru - guru,,..eh " ucapku lirih.
Untung Pak Kis nggak denger,... selamaat, fyuuh
"Hari ini Bapak hanya akan membagikan nilai ulangan kemarin, bagi yang nilainya masih merah diharapkan mempelajari materinya lagi. Pak Kis hari ini ada keperluan diluar sekolah, nanti tolong salah seorang membagikan hasil ulangan ini, Wassalamualakum Wr. Wb. " terangnya panjang lebar seraya berlalu pergi.
"Yuhuuu, eh Ar, saatnya kita... "
"Kuiiiiiss" sahutku tanpa dosa.
"Nyanyi woi 😒, bukan kuis " ujar Yudhis sarcastic.
"Oh gue tau... lagu yang ini ya? "
"Hohoho... ""It's magic!! You know..." Yudhis menyahut.
"Never believe it's not so,.. It's magic" Fani dan geng rempongnya ikutan nyanyi sambil nge-dance ala-ala dibelakang kelas.
"Haahhh nilaiku merahhh!!" Teriak Yudhis kencang sekali. Tapi ia tetap melanjutkan lagunya sambil bergoyang.
Kelasku emang sedikit gila, bisa dibilang gitu. Apalagi geng rempong yang lagi nyanyi dibelakang, hissh cobaan banget.
"Pulang aja yuk, ini jam terakhir kan? " ujarku pada Yudhis.
"Bentar, masih asik ini.. " Yudhis masih asik karaoke dadakan di kelas.
"Serahlah, gue mau prepare buat besok" tukasku singkat.
Selagi semua masih asyik nge-dance ala-ala. Karena kepribadian gue yang mulai introvert¹ muncul, aku memutuskan untuk pulang. Niatnya mau ngajak Reya pulang bareng, tapi dia udah ngga ada di tempat duduknya. Hanya tinggal tangan-tangan kursi yang menggelayut manja. Menyisakan serpihan rindu mengharu biru. Eh.. Malah puitis gini 😂😂Lupakan...
Seperti biasa, aku pulang jalan kaki, toh rumahku kurang dari satu kilo. Saat itu awan mendung menggelantung. Aku percepat laju kaki. Pulang basah kuyup tentu bukan hal yang keren. Tapi nampaknya hujan tak sanggup lagi membendung air matanya. Rintik kecil mulai menelisik membisik dramatik. Kakiku pasrah melangkah lelah.
Aku berpayung di emperan toko Chinese kuno. Toko barang antik, yang pemiliknya juga sama-sama antik. Nenek tua bungkuk yang tertunduk kikuk. Ia mempersilahkan aku masuk ke tokonya. Aku berniat menolak, tapi kali ini hujan membawa serta beberapa koleganya, angin besar beserta kilat yang berlalu tanpa sendat. Aku memutuskan untuk masuk saja dan melihat barang-barang. 'Apa salahnya?' pikirku.
Aku mulai melihat-lihat barang disitu. Beberapa lukisan kuno terpajang di tiap sisi ruang. Kutemukan pula beberapa buku jadul, bahkan kuno sekali. Kebanyakan buku kuno yang ditulis sendiri dengan tangan.
Ada satu buku yang menarik perhatianku, buku bersampul kulit berhias vignette² di lembar pertama. Ternyata buku itu berisi catatan harian seorang kekek tua. Yang menarik adalah, ada catatan tentang pendakian Mahameru disitu.
Karena hari yang semakin sore, didukung sorot lampu temaram di toko itu, tak mungkin aku akan membacanya disini. Kemudian aku mencari si nenek tadi dan bertanya harga buku kuno itu.
"Ini harganya berapa ya nek?"
"Sebenarnya itu tidak dijual, Dimana kau menemukannya? " ucapnya.
"Aku menemukannya di rak buku kuno, mungkin aku akan memerlukannya untuk pendakianku besok" ucapku lirih.
"Pendakian? Kalau begitu ambil saja, tak usah bayar. Lagipula buku itu sudah lama disini dan tak ada yang berminat membelinya. Sepertinya kau akan sangat membutuhkannya. "
"Oh ya.. hari juga sudah mau gelap, aku pamit pulang dulu nek, terimakasih atas bukunya"
"Iya , kapan-kapan datanglah lagi" ucapnya sambil duduk sembari meminum teh.
"Siap nek..." ujarku singkat kemudian berlalu pergi menembus hujan deras sore itu.
############################
Introvert : Kepribadian suka menyendiri. Merasa canggung saat ramai, merasa damai saat sepi.
Vignette : Gambar yang dibuat untuk mengisi lembar yang kosong. Jaman dulu vignette dibuat dengan cara dilukis sendiri. Saat ini, orang lebih suka membuat vignette dari hasil fotografi karena lebih mudah dan praktis.
############################
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru
AdventureKami terus mendaki hingga muncul kabut putih yang sangat pekat dari atas. Kabut itu seperti mengeluarkan halusinogen dari tiap partikelnya. Aku merasa sedikit pusing dan tiba di jalur yang berbeda, hutannya lebih rindang dan banyak ranting pohon yan...