Sesampainya di rumah, aku kemudian mengganti bajuku yang basah kuyup, lalu menyeruput secangkir teh panas dan mengambil beberapa alat perlengkapan mendaki Ayah. Aku baru ingat tentang catatan di buku tua yang kubawa tadi. Segera saja kubuka karena terlalu penasaran.
Ada beberapa puisi yang tertulis disana, dari lembar pertama hingga... "Ah, langsung ke intinya saja" pikirku. Kucari catatan tentang pendakian Mahameru. Kubaca kalimat paling atas.
"Mahameroe, 3676 mdpl
~03-03-1963~ ""Tahun '63 ? Wow hohoho ini keren " gumamku pelan.
"Mahameroe, tempat tak terdoega jang kami koendjoengi"
Aku agak susah membaca tulisan era '60 -an ini, selain logat bahasa yang aneh¹, beberapa kata dari buku ini telah hilang. Mungkin karena kertas buku yang sudah usang ini mulai menguning, ditambah lagi tinta yang memudar.
"Kami bersendaoe goeraoe dan bersjair"
Semuanya berjalan lancar tak ada kendala. Informasi yang kutemui juga umum saja, seperti hutan lebat, dingin,.. yaah semua orang tentu tau itu. Tak ada tulisan yang berarti di buku itu, hingga aku menemukan beberapa angka aneh yang tertulis disana.
" Djangan ...... 08, 112 laloe 33, 56 dan 33, 33 ..... ...... ~Astrola~ "
Kata yang bisa kubaca hanya itu. Terlalu banyak kata yang pudar membuatku tak bisa memahami maksud angka-angka tadi.
"Mungkin nomer hp cewek kalik yah, haha " pikirku singkat.
"0811233563333 , tuhkan bener " gumamku sambil terkekeh kecil.
'Sekarang kira-kira masih cantik nggak yah? Paling udah jadi nenek-nenek juga' 😂 pikirku konyol.
Tertulis lagi disitu.
"Akoe .... .... ...." (3 kata hilang)
"Makan katjang, daoen, oebi"
Semua kata di lembar selanjutnya sama sekali tak bisa ku baca. Yang menarik adalah, penulis tak lagi menggunakan pulpen lagi, melainkan arang.
Tulisan itu besar-besar sekali, bahkan 1 lembar hanya muat untuk 4 kata saja. "Kereeen" pikirku singkat. Di lembar paling akhir penulis malah kembali menggunakan pulpen. Tertulis disitu ...
"maafkan dakoe, dakoe rindoe kalian. Semoga kalian tenang"
"03-03-1963
~jang meninggalkanmoe disana~""Apa??? " teriakku keras.
Tenggorokanku tercekat umpat. Kulemparkan segera buku itu ke ambang pintu. "Catatan macam apa ini?". Aku beringsut mundur dari meja belajar. "Apa yang terjadi pada mereka?" tanyaku dalam hati. Pikiranku mulai kacau. Dari buku yang tak lengkap ini, aku mulai memahami beberapa hal.Si penulis berangkat pada hari ini tanggal 03 - 03 - '63 . Semuanya berjalan lancar sampai angka-angka aneh itu muncul. Setelah ada angka itu, penulis tak lagi menggunakan kata "kami" melainkan "akoe" itu menandakan bahwa ia sedang sendirian, atau mungkin saat itu temannya sudah mati. Ada juga kata yang tak bisa kupahami, misalnya kata "Astrola".
Yang lebih aneh penulis juga menggunakan arang. 'Kenapa?' , apa mungkin pulpennya hilang?. Tanggal berakhir kejadian pun masih sama, 03 - 03 - '63. Dan tertulis lagi "jang meninggalkanmoe disana" berarti dengan kata lain, si penulis meninggalkan mayat kedua sahabatnya disana.
Keringat dingin mulai membasahi telapak tangan. Ingin rasanya aku lari dari kamar ini menuju ruang keluarga. Tetapi setelah melihat buku yang tergeletak di dekat pintu, aku harus berpikir 2 kali.
Aku merutuki diriku sendiri.. 'Kenapa kau tadi membuangnya di ambang pintu, kenapa tak kau buang saja di dekat jendela? Agar kau bisa lari dari sini, dasar bodoh.'
Tapi aku segera menyingkirkan rasa takutku jauh - jauh. Aku harus kembali membaca buku itu. 'Yang terjadi pada mereka suatu hal yang buruk bukan?' Tentu aku harus memahaminya, setidaknya aku harus tau maksud dari angka - angka itu agar aku bisa menghindar.
############################
Logat aneh : Pada zaman dahulu sebelum adanya EYD (Ejaan yang Disempurnakan), masyarakat Indonesia menggunakan cara penulisan yang lain daripada yang kita gunakan pada saat ini. Ejaan ini disebut ejaan Van Ophuijsen berlaku tahun 1901-1947 kemudian disempurnakan dengan ejaan Soewandi berlaku tahun 1947-1972. Setelah tahun 1972 Indonesia mulai menggunakan EYD dalam penulisannya.
############################
Gimana part kali ini? Agak pusing? 😂😂 Ditunggu votementtnya yaa...😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru
AdventureKami terus mendaki hingga muncul kabut putih yang sangat pekat dari atas. Kabut itu seperti mengeluarkan halusinogen dari tiap partikelnya. Aku merasa sedikit pusing dan tiba di jalur yang berbeda, hutannya lebih rindang dan banyak ranting pohon yan...