Mahameru

Caping Gunung

12 jam bukan waktu yang singkat, di kereta kami sibuk memainkan gadget masing-masing. Sudah delapan kali kereta berhenti di tiap stasiun yang kami lewati. Aku jenuh terus-terusan di dalam kereta, tepat di Stasiun Semarang aku memilih keluar sebentar untuk membeli minuman dan mencari udara segar.

Tenggat waktu tunggu kereta di Stasiun Semarang Poncol cukup lama sekitar 15 menit, tidak seperti di stasiun stasiun kecil lainnya yang hanya 3-5 menit tunggu dan langsung berangkat lagi. Sebenarnya aku ingin mengajak Reya untuk keluar sebentar, tapi dia terlihat lelah sekali.

"Mau kemana Ar?" tanyanya.

"Keluar sebentar cari minum, lagian bosen disini terus Rey" ucapku.

"Aku ikut" menyusulku dari belakang.

"Jangan keluar lama-lama, nanti ketinggalan kereta" ucap Kak Pandhu.

Beruntung aku menemukan pedagang asongan, jadi tak perlu terlalu jauh aku mencarinya. Lagu khas Stasiun ini terdengar menggema di telinga, memang setiap kali kedatangan kereta lagu Caping Gunung¹ akan diputar.

"Mau minum Rey?" aku menawarkan.

"Oh iya makasih,.." ucapnya.

Kami duduk-duduk di sekitar peron sambil menunggu kereta membunyikan tandanya.

"Emm,.. kalau boleh tau Tiffany itu siapa?" tanyanya setelah menenggak air mineral.

"Emm, dia kekasihku Rey.." aku menunduk.

"Ciee.. udah punya pacar, gausah galau gitu.. Kangennya ditunda dulu" ia tertawa.

Aku tersenyum kecil "Dia udah meninggal Rey."

"Apa?? Oh.. maksudku.. Maaf, aku ngga tahu-menahu soal itu" ia sepertinya merasa tak enak hati denganku.

"Yah sudah setahun Tiff meninggalkanku, susah sekali menghilangkan bayangannya dari pikiranku, itu sudah berlalu cukup lama" aku terkekeh kecil.

"Ayo kita balik, kereta udah mau berangkat" imbuhku.

*Reya POV*

Sekarang aku semakin mengerti tentang Arga, mengapa ia tak mau menerima seorang wanita pun dihatinya. Arga memang bisa dibilang cowok yang misterius, terkadang ia menampilkan sosoknya yang murah senyum penuh canda dan terkadang juga menampilkan sosok berbeda dengan senyum palsu menyeramkan.

Bahkan Riza teman yang pernah dekat dengannya pun ditolak 2x bahkan hingga dimaki kasar karena nekat menawarkan hatinya. Apa sebegitu cintanya Arga dengan Tiff hingga dia tak bisa melupakannya? Apa aku masih bisa masuk ke hatinya? Semua pertanyaan yang terngiang membuatku pesimis berat.

*Arga POV*

Jam menunjukkan pukul 20.14 semua sudah terlelap kecuali aku. Reya juga sudah tertidur sangat pulas, kurang lebih 5 jam lagi kami akan turun dari kereta. Aku tak bisa tidur sama sekali, ingin sekali aku menyimpan energi untuk besok. Mataku tak mampu terpejam meski hanya sesaat, terlalu banyak hal yang mengitari kepalaku. "Oke Arga, santai, rileks, dan biarkan semua berjalan dengan sendirinya"

Aku kembali melihat sekeliling dan pandanganku berakhir pada Reya. Gadis manis yang sekarang tertidur tepat disampingku. Aku sepertinya menaruh rasa lebih padanya, entah siapa yang menumbuhkan rasa ini di benakku. Tapi tentu saja aku tak dapat mengatakannya, bibirku kelu membisu batu, tak ada kata yang bisa kuucapkan. Hanya merasa terlalu takut untuk memulai kembali rasa yang sudah lama tiada. Semakin lama Sang Netra kehilangan dayanya, tergerus laju kereta dan keheningan nircahaya..

############################

Caping Gunung : Caping Gunung adalah salah satu lagu ciptaan Maestro Legendaris, Gesang. Bel Stasiun ini memang unik, karena menggunakan lagu Caping Gunung untuk menandai kedatangan kereta, tidak seperti Stasiun Kereta lain yang umumnya memakai lagu Westminster Chime.

############################

Salam permintaan maaf dari Author ya,.. 😂😂

Udah buat kalian nunggu terlalu lama,..😅Soalnya banyak tugas dari para dewan guru yang memaksa saya untuk malas mengerjakan dan akhirnya numpuk :v

*bilang aja lu males thor --_--😂😂

Yaa kira-kira gitulah,.. Untuk chapter ini dikit dulu yaa,.. Salam hangat dari Author kalian yang tamvannya tumpeh-tumpeh ini 😂😂