Sebelum cahaya menyeruak menggantikan gelap gulita, aku sudah terbangun dan melakukan kewajiban utamaku. Dengan mata yang masih mengantuk ini, kucoba mengamati buku-buku yang berserakan di meja belajar.
"Akhirnya ketemu" seruku sambil mengucek mata.
Buku catatan matematika dengan tulisan "Death Note" yang tertera di sampul menambah kesan suram saat membacanya. Aku mulai mempelajari materi yang nanti akan diajarkan oleh Pak Suradi. Aku terus membaca, meskipun sama sekali tak tahu maksud dari semua rumus yang tertulis disitu. Saking asyik membaca, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.45 .
"Arga..ayo berangkat, ayah udah telat nih" Ayah berteriak.
"Astaga..mati aku" mataku terbelalak melihat jam dinding.
Segera aku lari ke kamar mandi, untuk makan. Oh bukan,.. maksudku untuk mandi. Tetapi sebelumnya aku harus tes suhu, untuk memastikan airnya tak akan membuatku beku.
Aku segera mengenakan seragam almamaterku. Dan berlari keluar kamar.
"Mah.. Arga berangkat dulu" sambil mencium tangan.
"Iya,. Papa sama Arga hati-hati ya di jalan" kata Mama.
"Yaudah ayo cepat, Ayah ada meeting kantor sejam lagi" Ayah membuka pintu.
"Ayo cepat masuk Arga, ayah telat nanti" ujar Ayah sambil masuk mobil
Aku segera lari menghampiri ayah yang sudah men-starter mobilnya. Terlihat mama melambaikan tangan pada kami. Ayah menyetir dengan sangat lihai, mobil kami serasa meliuk-liuk diantara padatnya Ibukota. Hingga gerbang sekolahku terlihat. Tak lama untuk mencapai sekolahku, karena jaraknya tak sampai satu kilometer dari rumah.
"Yah,.. Arga sekolah dulu" sambil mencium tangan Ayah.
"Iya cepat masuk sana, nanti telat loh" .
"Ayah hati-hati dijalan ya" ucapku sambil menutup pintu mobil.
*Author POV*
Pintu gerbang juga sudah mulai ditutup oleh Satpam. Arga berusaha berlari sebelum ia benar-benar tidak bisa masuk.
"Arga" teriak orang dibelakangnya.
Arga tak memerdulikannya, dan tetap fokus pada gerbang sekolah. Untungnya ia berhasil masuk sebelum gerbangnya ditutup. Senyum mengembang di wajahnya, seakan lagu "We Are the Champion" sedang diputar. Arga baru menoleh ke belakang, rupanya Yudhis yang tadi memanggil.
"Ar, lo telat juga? " sambil terengah-engah.
"Enggak sob, gue udah di dalem kelas " gurau Arga.
"Hahh?" Yudhis melongo bingung.
"Ya iyalah... udah tau gue disini sama lo" imbuhnya.
"Yaudah ayo cepet masuk kelas, hari ini jamnya Pak Suradi" kata Yudhis.
"Oh...shit!! Gue lupa" ujar Arga sambil berlari meninggalkan sahabatnya itu.
"Woi!! tungguin anjir!! " teriak Yudhis dari belakang.
Arga mengetuk pintu kelas, pikiran buruk terus membayangi imajinasinya.
'Attitude, attitude, itu yang diperlukan' batin Arga.
Tok, tok, tok
"Masuk!" ucap Pak Suradi dari dalam.
"Maaf Pak, saya terlambat." Arga menundukkan kepala.
"Waduh sorry Pak, saya telat" Yudhis masuk langsung nyerocos.
"Hehhh!! Kamu yg baru masuk, Keluar!!!" bentak Pak Suradi.
"Sudah telat, masuk ngga ketuk pintu, Keluar!!" bentaknya sekali lagi.
Terdengar si Ilham dan Niko tertawa kecil.
"Siapa itu yang berani tertawa? Kalian berdua juga keluar!! " ucapnya keras.
Ilham, Niko,dan Yudhis meninggalkan kelas.
"Kamu Arga! , kenapa telat?! " tanya Pak Suradi kencang
Arga sedikit gugup untuk menjawab, karena ia harus memilih kata yang sesuai agar bisa lolos dari moment maut ini. Arga tadinya berpikir untuk menjawab bahwa ia bangun kesiangan. Tapi ia segera ingat kalau ini masih pagi, jadi jawaban itu tentu salah. Ia bisa saja langsung disuruh keluar oleh guru killer ini.
"Maaf Pak, saya tadi pagi belajar dulu jadi telat" ujarnya .
"Yaudah silahkan duduk" ungkap Pak Suradi singkat.
Arga langsung duduk dimeja paling belakang. Kali ini ia lolos, tapi ia masih memikirkan nasib ketiga sohibnya yang entah sedang apa diluar sana.
Satu jam pelajaran terlalui dengan sangat cepat. Pak Suradi menerangkan pelajaran Matematika dengan sangat epic. Kenapa begitu? Karena tiga orang diberi kartu merah dan seorang lagi dapat kartu kuning.
"Arga, kamu kerjakan soal no. 1-3!" Ucap Pak Suradi tegas.
"Baik pak" tukas Arga.
"Wah kamu ternyata kamu beneran belajar ya tadi pagi, bagus bagus tingkatkan" Secercah senyum berbekas di wajah Pak Suradi.
Arga hanya membalas senyum. Lalu kembali duduk di bangku paling belakang. Belum sempat Arga duduk..
"Arga Marvalino!! " teriak Pak Suradi.
"Mati aku, apa jawabanku ada yang salah? "
"Iya pak" jawab Arga.
"Oh enggak papa, ngetes aja" gurau Pak Suradi.
"Oh, iya pak" kata Arga.
Seisi kelas tertawa.
"Aku salah menilai, Pak Suradi ternyata masih mempunyai sisi humor dibalik sisi kejamnya sebagai guru killer peringkat satu di sekolah ini".
"Pak" ucap Arga sambil mengacungkan tangan.
"Iya, ada apa? " jawabnya.
"Ah enggak kok Pak, cuma mau ngetes aja" gurau Arga.
"Lohh mamu nantang saya? Keluaar!! " bentak Pak Suradi.
"Haa???" Arga bergumam lirih seakan tak percaya.
Semuanya mulai melihat Arga sambil menahan tawa. Tak terkecuali Reya, dia menggelengkan kepala seraya menahan tawa anggunnya. Arga mulai berdiri dan berjalan ke depan kelas.
Ia membuka pintu kelas, dan mendapati para karibnya sedang terduduk sambil ketawa-ketawa.
"Woi kalian!! "teriak Arga.
"Oh, enggak Pak, kami hanya.. " sahut mereka bersamaan.
Arga tertawa mendengar itu.
"Oh elo Ar, kirain siapa" tukas Ilham yang baru menyadari.
"Tadinya gue mau bilang I'm lucky today" kata Arga.
"Elo dikartu merah juga? " tanya Ilham.
"Unfortunately " Arga menyahut.
"Lo dikeluarin gara-gara apa?" tanya Niko.
"Ah,.. Lupakan... Kepo tau ngga hihi" tukas Arga.
"Eh,.. Kalian tadi kenapa ketawa? Bego banget sih" tanya Arga seraya meledek pada Ilham dan Niko.
"Ya habisnya si Yudhis kocak, udah telat, ngga ketuk pintu, masuk ugal - ugalan banget, udah gitu masih bilang Soory pak.. dia kira tukang becak apa hahahahah" Ilham tertawa lagi.
"Yeeey, .. Gue kan maksudnya mau nyusulin Arga" Yudhis pasang muka memelas.
"Udah ga usah nangis, cup-cup. Ayo ke kantin aja, kalo terus disini nanti keliatan siswa bermasalah hahaha" Arga bergurau.
"Bener juga sih, gua laper" tukas Ilham tanda setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru
AdventureKami terus mendaki hingga muncul kabut putih yang sangat pekat dari atas. Kabut itu seperti mengeluarkan halusinogen dari tiap partikelnya. Aku merasa sedikit pusing dan tiba di jalur yang berbeda, hutannya lebih rindang dan banyak ranting pohon yan...