Ranu Kumbolo

211 14 2
                                    


"Kita stop! Break! Break!" Niko berteriak.

Rupanya kawanku itu sudah mencapai batasnya. Direbahkannya tubuhnya sekali lagi seraya melepaskan tumpuannya pada trekking pole¹  yang ia genggam sepanjang waktu.

"Ayolah Nik, sebentar lagi" Ilham menasehati.

"Kumohon, sudah.. aku berhenti" pintanya sekali lagi.

"Oke, kita break sebentar" Kak Pandhu mengkomandoi.

Kasihan rasanya jika harus melihat Niko melangkahkan kakinya lagi, aku tau di dalam dirinya semangat itu masih berkobar, tapi tubuh tambunnya tidak bilang demikian. Tidak bisa dipungkiri ini memang pendakian yang benar-benar melelahkan. Bisa dilihat dari raut wajah setiap orang yang layu, pun tak kulihat lagi wajah sombong Arnold  saat di awal perjalanan. Gunung ini, menaklukkan kesombongan kami. Benar kata Kak Pandhu, Alam bukanlah untuk ditaklukkan.

"Niko, apa kamu masih kuat?" Kak Pandhu bertanya.

Niko tidak menjawab, ia berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Sedangkan hari sudah mulai gelap. Kita berhenti ditengah jalan.

"Kita sudah dekat dengan Ranu Kumbolo, satu tanjakan lagi dan kita bisa mendirikan tenda disana" imbuhnya lagi.

Kembali tak ada yang menjawab, semuanya saling lirik kemudian berdiri membenarkan posisi tas carrier yang begitu besarnya.

"Ayo Nik, kau pasti bisa" Yudhis membangun semangat. Ilham kembali mengulurkan tangannya, disambut genggaman erat dari Niko.

~

Ranu Kumbolo, 2400 meter diatas permukaan laut. Sebuah danau air tawar di tengah salah satu pasak besar bumi ini. Seluruh pujian kusematkan pada Sang Pencipta warna biru navy yang membentang dengan sirat jingga pada permukaannya yang memanjakan mata, serta api yang mulai dinyalakan pada unggun yang meliuk-liuk dengan asap yang lepas ke angkasa. Sungguh sebuah tempat impian para pendaki, tempat berkumpul jutaan imajinasi tentang mimpi.

Senja yang indah dengan lembab udara yang mulai berbalik menusuk tulang. Satu persatu frame tenda mulai dikaitkan, pasak-pasak kecil ditancapkan pada tiap sudut alasnya. Dibentuknya 2 buah rumah segitiga kecil nan sederhana berhadap-hadapan. Di depannya beberapa kayu kering dikumpulkan dan ditumpuk rapi, kemudian dipercikkannya sebuah nyala api. Cahaya mulai menyeruak,

"Selamat datang, pada sisi lain Ranu Kumbolo" wajah Kak Pandhu tersenyum bangga.

Hampir lima jam sudah kami berjalan melintasi trek terjal yang sudah dibuat oleh Kak Pandhu sendiri. Rasa lelah itu terbayarkan dengan pemandangan indah ini. Kami bisa melihat tenda rombongan pendaki lain dari seberang danau ini, serta lampu tenda dan api unggun yang mereka nyalakan bersamaan dengan matahari yang mencapai batas peredarannya.

"Twilight" Kak Pandhu tiba-tiba berucap.

Pandangannya kosong, jiwanya mengelana entah kemana. Pandhu Triwindhanu, ia terlihat murung. 'Yang yang hidup akan mati, dan yang mati akan tetap hidup'. Kata kak Pandhu lirih sekali.

Alih-alih memberi nasehat, tapi Kak Pandhu lebih nampak memberi ancaman atau ke-ngeri-an (?).

Entah karena alasan apa, Arnold meminta tenda mereka dibangun di tempat yang agak jauh dari kami. Dan mereka menyetel music rock dengan volume sangat keras. Kupikir memang lebih baik begitu, berada dekat dengan mereka hanya membuatku muak. Masa bodoh dengan Arnold dan kawan-kawannya.

Kami mengobrol melingkari unggun yang mulai kehabisan sumber dayanya. Lama kelamaan, nyala api meredup ditelan dingin malam. Aku, ilham dan yudhis menawarkan diri untuk mencari kayu bakar, sedangkan Niko yang kondisinya tak terlalu baik perlu banyak istirahat untuk Summit Attack² esok hari. Kak Pandhu mengizinkan, 'jangan terlalu jauh' katanya. Segera kami mengambil senter dan jaket.

"Kak kami pergi," ucapku singkat.

"Hati-hati" Kak Shinta menasehati.

"Aku ikut" Reya memohon.

"Emang ngga capek? Udah istirahat disini aja, tunggu abang pulang ya dek😂" ucapku tanpa dosa.

"Dihh ogah, yaudah pergi aja sana yang jauh, ngga pulang juga gapapa wleek" Reya menjulurkan lidah

"Emang udah siap jadi janda?😂😂"

"Pergi sekarang, ato gue tabok pake sleeping bag??" Reya mengusir.

"Yah mulai deh, adu mulut gapapa ya.. yang penting jangan sampe KDRT" Yudhis menyela seraya menjentikkan jari. Kak Shinta tertawa, Reya tersipu malu.

"Tuhkan malu sendiri😂" ejekku lagi.

"Argaa!!!" Reya melemparkan sleeping bag itu kearahku.

"Ahahaha, yaudah.. iya-iya. Ayo cabut!" Seruku pada Ilham dan Yudhis.

#####################################

1. Trekking pole¹ : Atau biasa disebut tongkat pendaki adalah perlengkapan standar bagi penggiat outdoor terutama dalam kegiatan hiking. Alasan utama perlunya trekking pole adalah untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan, membantu untuk menambah kecepatan berjalan, membantu pengereman pada saat turunan curam, dan sebagainya. Jika kalian adalah pendaki pemula, sangat disarankan bawa kek ginian yaa gaes..

2. Summit Attack² : Summit attack adalah istilah untuk perjalanan menuju puncak gunung setelah kita bermalam di pos tertentu. Untuk menjalankan summit attack biasanya pendaki mendirikan tenda yang jaraknya sudah dekat dengan puncak, lalu dimulai pada saat subuh untuk menyaksikan sunrise di puncak gunung. 

#####################################
#####################################

Gimana yang part ini? Seru nggak? 😂😂
Vote commentnya yaa.. 😘

Maafkan Author yang membuat kalian lama menunggu 😂 Maklum Author klean yang gtg ini baru saja lepas dari masa putih abu-abu yang sempat bikin haru😭😂

Saking lamanya ga ngepost, sampe lupa dong sama nama tokoh sendiri wkwkwk

*Plakkk!! jahat lu thor, sampe ngelupain mas arga dkk ☹️😖

But,, tenang sob
Setelah ini, Mahameru bakal rilis setiap minggu. 😉

.
.
.
.
.

Happy Reading🤗🤗

######################################

MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang