📌3rd The Clue

797 166 12
                                    

📌3rd The Clue




















"S, surat apa?" Orang itu melepaskan pelukannya, dan menarik badannya kembali.

Yesha hanya terdiam saat orang itu mencari-cari sesuatu dekat deretan loker. Lalu dia mengambil sebuah sticky notes biru terselip di bawah deretan loker.

"Yah, rusak deh." Orang itu memberikan sticky notes pada Yesha.

"Gua taruh pas istirahat pertama. Eh, ternyata lo nggak liat ya." Yesha beroh ria, kemudian menggeleng tersenyum.

Yesha pun membacanya. "Gue gak kemana-mana kok. Mau meet up bareng..?".

Dia mengangguk tersenyum senang. "Mau makan es krim? Atau-jalan kemana gitu?"

"Semuanya juga boleh, gue lagi pengen makan es krim." Kata Yesha.

"Oke, ayo." Mark langsung menarik lengan Yesha.

Ah, mereka terlihat sangat manis dan serasi. Kelihatannya mereka senang sekali.

Tapi, seseorang baru saja keluar dari balik dinding sekat. Dia terlihat sedang menggertakkan giginya, dan mengepalkan tangannya kuat.

Jika orang-orang suka melihat kedua sejoli tadi, orang ini justru membencinya, sangat.

Dia terlihat sangat tidak suka. Kita lihat nanti, Ayesha akan berpaling padaku.











✖✖✖✖




"Macaronsnya nyess banget. Es krimnya juga lembut." Yesha asyik menghabiskan es krimnya.

"Thank's, Mark."

"Buat?"

"Bust semuanya, buat malam ini." Mark mengacak puncak kepala Yesha.

"No problem, whatever you want, I'll do." Mark tersenyum lagi melihat pipi Yesha yang terlihat merona.

"Gombal gembel." Ujar Yesha, lalu dia mengalihkan pandangannya.

Namun Mark menarik dagu Yeri kembali. "Wait. There's something in here."

Yesha membeku di tempat saat ibu jari Mark mengelap sisa es krim di sudut bibir Yesha.

Kemudian dia menjilati jarinya itu. "Umm, this is very nice and sweet, like you."

Yesha berdecih, dia kembali membuang wajahnya.

Walau sebenarnya keadaannya sedang di zona bahaya. Dia masih seperti Mark yang dulu ia kenal, justru lebih dari sebelumnya. Apa dia benar-benar sudah melewati masa pubernya, jadi seperti ini?

Mark menarik lengan Yesha. "Hei, kamu liatin apa sih? Aku kan di sini."

"Kamu, aku? Cih."

Yesha tetap tidak ingin berbalik. "Males banget gua ngeliatin lo."

Hingga akhirnya Mark terus memaksanya untuk berbalik, dan Yesha pun membalikkan badannya.

"Yesha." Mark menatap mata Yesha dalam, penuh perasaan.

"Can we getting back together? Aku janji bakal berubah, aku janji gaakan ninggalin kamu lagi." Yesha menelan ludahnya.

Dia sempat memikirkan hal ini beberapa hari yang lalu.

Dia sempat memikirkan masa lalunya.

Dia sempat memikirkan, bagaimana jika semua terulang kembali?

Dia sempat memikirkan, apa bisa mereka kembali memulainya dari awal?

"Mark." Yesha berpikir sebentar. Dia mengambil napas dalam.

Sementara Mark menatapnya penuh harap.

Drrt. Incoming call Arin.

"Maaf, aku angkat dulu." Mark hanya mengangguk tersenyum.

"Halo, Rin?"

"Sha!"

"Kenapa?"

"Gue butuh lo. Cepet kesini! Lo lagi dimana?"

"Gue lagi sama," Yesha melirik Mark yang sedang memandangi tanah. "Sama Mark."

"Udah, cepet. Gue butuh lo! Helmy, dia lagi diserang sama anak gangster! Please, gue mau lo dateng."

"Yaudah, dimana lo sekarang!?"

"......."

Tut. Yesha langsung memutuskan hubungan telponnya.

"Mark, ayo, anter gua!" Yesha menarik lengan Mark, namun Mark menahannya.

"Kita belum selesai bicara. Kamu belum jawab pertanyaan aku." Mark mendesak Yesha.

"Mark," Yesha melepaskan cengkraman Mark. "Helmy kena serang kelompok gangster. Dia temen aku juga Mark."

Mark menghela napas. "Aku tau. Aku kenal siapa penyerangnya."

Yesha sontak kaget. "Maksud kamu?".

"Aku kenal ketua kelompok gangster itu. Dickids kan?"





























To be continued.

Ada yang tau dickids?

(1) secret admirer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang