📌4th The Clue

745 147 18
                                    











Hey, do you want to know who am i?

Okay, i'll tell you, i'll give you a clue, and you can follow that clue.
Let's start the game!

Clue 1; Go to the rooftop. There's blue sticky notes, take and read the clue.

Good luck, my luckily girl.



























Yesha hampir saja ambruk.

Bagaimana tidak, di sore menjelang malam ini, dia mendapat balasan tak terduga dari si pengirim 'sok' rahasia ini. Padahal dia baru saja ingin pulang selepas tambahan materi bersama Kenzi.

Yah, sebulan lagi ujian kelulusan akan dilaksanakan. Maka dari itu dia rela berlama-lama di sekolah demi mengejar citanya.

"Kenapa, Sha?" Tanya Kenzi yang baru saja selesai mengunci lokernya.

Yesha menunjukkan surat itu pada Kenzi.

Kenzi menaikkan alisnya. "Lo yakin, mau nemuin dia?"

Yesha menghela napas, sebenarnya dia ingin menaati perintah Mark soal keluar malam-malam. Karena kejadian beberapa hari lalu, Mark lebih protektif padanya. Bahkan menyuruh Kenzi jika dia sedang sibuk mengurusi hsr-nya.

"Yaa, mau gimana lagi!? Gue juga penasaran, Ken." Kata Yesha.

Kenzi pun mengangguk mengerti. "Gue temenin lo deh. Kebetulan les gue cuma dapet lembar kuis aja."

Keputusan mereka sudah bulat. Kenzi pun menemani Yesha mencari orang tersebut.

Tak hanya ke rooftop, mereka harus ke gudang terbelakang sekolah, taman depan, parkiran, toilet, lobby, perpustakaan, hingga sampailah mereka di koridor 2 gedung kelas bahasa.

"Gila ya nih orang. Awas sampe gaada! Gue udah ribet gini! Ah, nyesel gue nemenin lo, Sha." Kenzi mengambil napas banyak-banyak, karena sebelumnya dia hampir kehabisan oksigen.

Yesha menghiraukan Kenzi yang terus berkicau. Dia hanya menelusuri koridor yang benar-benar sepi. Tidak ada tanda-tanda sosok manapun disini.

"Aaaaa!!" Yesha dan Kenzi langsung mencari sumber suara.

"Darimana tuh?" Kenzi ikut mencari sumber suara.

Yesha merasa kalau suara itu berasal dari janitor room dekat toilet. "Disana kayaknya."

Yesha langsung kaget setengah mati, begitupun dengan Kenzi yang langsung mual melihat adanya genangan darah yang luas.

Seorang siswi tergolek lemah, dengan bahu dipenuhi luka goresan panjang, dan darah yang terus mengalir dari sana.

"Ken, cepet telpon ambulans!" Kangmin mengangguk dan langsung berpindah tempat untuk menghubungi paramedis.

Sementara Yesha langsung mendekati siswi yang ternyata masih hidup.

Dia mencoba menghentikan darahnya.

Yesha menyuruh siswi itu untuk bertahan, sementara dia hanya mengangguk lemah. Tiba-tiba pintu di depannya terbuka, seseorang keluar darisana.

Memakai hoodie yang sama dengan orang yang waktu itu meminta satpam agar bisa membukakan gerbang. Yesha mengangkat wajahnya.

Matanya kemudian membulat dengan sempurna, "M, mark?"

Mark. Dia masih berdiri membeku di tempat, dengan pisau tajam mengkilat, dengan corak merah kecil di ujungnya. Seperti baru di cuci, namun masih terlihat membekas.

Mark juga terkejut setengah mati, keringat dingin mulai mengalir disana. "S, sha."

Kenzi datang bersama paramedis. "Sha. Ini, paramed-"

Kenzi ikut terkejut ketika mendapati Mark ada di sana.

Yesha tak mengalihkan pandangan, tak lepas seinci pun dari diri Mark.

"Kenzi. Lo tolong bawa dia ya." Ujarnya.

Kenzi sangat khawatir dengan keadaan Yesha sekarang. "Sha, lo yakin?"

"Udah cepet! Gue mau nemuin si misterius ini." Kata Yeri, lalu memelankan nada di kalimat terakhirnya.

Kenzi pun menyuruh paramedis untuk mengangkut siswi itu, dan menemaninya menuju ambulans. Yesha melirik tajam Mark, lalu bangkit hendak pergi meninggalkannya.

"Sha. Denger aku, ini cuma-" Yesha menghempaskan cengkraman Mark.

"Apa? Ini cuma, cuma permainan yang lo bilang diawal? Ini yang namanya klu? Lucu! Haha, gue udah cukup seneng setelah tau identitas lo yang sebenernya. Busuk tau gak sih!? Harusnya lo gausah repot-repot ribet-ribet sok misterius kayak gini! Sialan lo! Gue udah mau maafin kesalahan lo juga, masih aja gini!" Jelas Yesha panjang.

Tak terasa air matanya sudah mengalir deras melewati pipinya.

"Sha, Ayesha!" Mark berusaha mengejar Yesha yang sudah berlari jauh.

Namun hasilnya nihil, Yesha berlari sangat cepat ternyata.

Mark mendengus sebal, dia mengusap wajahnya kasar, "Akh! Sialan!".







Sementara itu Yesha berlari menuju kantin sekolah.

Hanya ada beberapa orang disana, karena hari juga semakin gelap. Tapi Yesha masih belum kuat untuk berjalan ke halte. Jadi dia memilih untuk duduk dulu.

Yesha tidak menyangka, kenapa Mark bisa melakukan hal sebejat itu?

Benar kata Arin, Mark mungkin seorang sosiopat. Atau bahkan psikopat? Dia terlalu hebat menyembunyikan jati dirinya sendiri.

"Nanti cantiknya luntur loh." Tiba-tiba seseorang datang menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna pink.

Yesha terkejut, dia menoleh.

Bukannya, dia-

"Halo, Yesha."

Yesha tambah terkejut, orang itu mengukir senyuman disana. "You can catch me. You got it, my luckily girl!".

Setelah itu, Yesha rasa kakinya sudah tidak menapak lagi.



































To be continued.

(1) secret admirer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang