🎭Poker face.2

1K 162 16
                                    

-19:00 PM






"Jadi, kenapa lo ngirim surat ke gue!?" Akhirnya Yesha memecah keheningan yang ada.

Karena sejak awal mereka memutuskan untuk makan malam bersama, Noel hanya memandangi wajah Yesha datar.

Dia menyesap teh ochanya. "Kamu penasaran?"

Yesha menghela napas, lalu kembali melahap santapannya. Noel ternyata menyebalkan juga.

Beberapa detik kemudian Noel tertawa melihat ekspresi kesal Yesha. "Kamu lucu banget kalo lagi marah ya."

"Lagian, lo juga sih." Gerutu Yesha mempertahankan ekspresi kesalnya.

"Ngapain kamu tanya lagi. Jawaban aku ya, karena aku suka sama kamu. Apa harus aku kasih alesan lagi?"

Deg.

Ternyata Noel tak hanya pandai merangkai kata-kata di surat. Di dunia nyatanya pun seperti ini.

"Jadi, nama lo Noel Jang? Kenapa harus Noel namanya? Itu nama asli kamu? Atau buat-buatan?" Tanya Yesha lagi.

Noel mengangguk tersenyum. "Buat-buatan apa? Kepo banget kayaknya."0

Yesha menghela napas, dia menyumpit ebi furainya dengan kesal.

Noel tertawa lagi. "Iya, iya. Sorry. My step father gave that name to me."

"Step father?"

"Broken home."

"Oh, sorry."

"No prob."

Dia mulai memandangi gaya Noel, dari ujung kepala sampai ujung kakkinya.

Kenapa perasaannya begitu tidak tenang?

Padahal Yesha merasa sangat senang saat pertama kali Noel menawarinya saputangan.

Dan, Noel suka sekali membuat candaan, yang terkadang membuatnya tertawa lepas. Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Tidak sebelum Mark meninggalkannya 3 tahun lalu.

"Yesha, kok bengong aja? What happen with you? What's wrong?" Noel memeriksa pakaian dan penampilannya sendiri. Dia rasa tak ada kekurangan apapun.

Yesha menggeleng tersenyum. Mereka pun kembali makan.

Beberapa saat kemudian, dia jadi teringat kejadian tempo hari saat dia sedang membersihkan toilet. Dimana Noel, dan Mark saling bercakap mengenai dirinya.

"Noel." Yesha menaruh sumpitnya lalu dia mengangkat wajahnya.

Noel ikut menaruh sumpitnya, mulutnya masih dipenuhi kunyahan yakinikunya. "Apa?"

"Lo kenal sama Mark?" Saat itu juga Noel hampir saja tersedak makanannya sendiri.

"Kenapa emangnya?" Noel langsung meminum ochanya lagi.

Bibir Yeri terasa kelu. "Dia, sahabat gue pas smp."

"Ohh. Mark, dia itu saudara tiri gue." Ujar Noel lirih.















✖✖✖✖






Tak terasa, sudah hampir sebulan Yesha tidak berkomunikasi dengan Mark.

Orang yang bersangkutan pun sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Yesha sibuk belajar dengan giat, dan Mark sedang fokus menyelesaikan hsr-nya.

Beberapa hari lagi Mark tampil di grand finalnya. Dan saat itu, tepat di malam setelah ujian kelulusan terakhir.

Jadi Mark sangat sibuk. Selain belajar, dia juga harus tetap latihan dan mengkomposisi lirik rappnya.

Akhir-akhir ini Yesha juga jarang sekali berkumpul dengan kedua temannya, yakni Kenzi dan Arin.

Saat istirahat Yesha memilih untuk belajar, atau pergi ke kantin dan mengobrol dengan Noel di taman dekat perbatasan gedung bahasa dan sains.

Yesha juga lebih sering pulang diantar Noel. Hampir setiap hari malahan, sampai-sampai seluruh murid di sekolah mengira kalau mereka itu sudah jadian.

Dan beratus kali Arin mengingatkan, Yesha harus berhati-hati dengan Noel.

"Sha, masa lo gitu sih." Arin menahan Yesja yang baru saja mengunci lokernya.

"Lo berubah tau gak, Sha." Tambah Kenzi.

Yesha tetap lanjut melangkah pergi, "Apaan sih. Lo mau bilang kalo Noel anak berandal!? Lo aja gatau gimana kesehariannya! Dia tuh anak baik-baik, dia sering kok bantuin gue. Dia juga suka ramah sama siapapun."

Arin langsung mencengkram lengan Yesha. "Lo keras kepala banget sih! Sadar, Noel itu ketua dickids!"

"Iya, sha. Lo tau sendiri kan. Helmy sama Arin pernah diserang mereka tiba-tiba!" Ujar Kenzi juga.

"Dia bilang, yang nyerang lo sama Helmy itu mantan anggotanya! Lagian dia udah jarang ngumpul sama gengnya!" Kata Yesha.

"Lo pada, gausah sok tau. Udah ah, Noel udah nunggu gue!"

Arin mengeratkan cengkramannya. "Tapi Mark yang bilang sendiri Yesha."

"Mark lagi, Mark lagi. LO PIKIR MARK YANG TAU SEGALANYA!? LO PERCAYA SAMA SI BRENGSEK!" Arin dan Kenzi terkejut setengah mati.

Baru kali ini Yesha membentak dan berkata sekasar itu pada mereka. Yesha, bukanlah Ayesha yang mereka kenal lagi.

Yesha melirik mereka tajam, lalu menghempaskan tangan Arin dengan kasar.

Saat dia berjalan menuju luar lobby, matanya bertemu dengan mata Mark saat mereka berpapasan.

Namun Yesha langsung mengalihkan pandangannya. Dan Mark, dia hanya berjalan gontai menuju lokernya.

"Mark. Yesha-" Arin menatap Mark penuh prihatin.

"Mark, apa lo ga coba jelasin kesalah pahaman yang waktu itu!?" Kenzi menatapnya penuh harap.

"Gue udah coba, gue selalu nyoba ngajak dia ngobrol. Tapi percuma, dia udah berubah." Jawab Mark dengan lesu.

Arin dan Kenzi sama-sama menghela napas. Saat Mark akan membuka lokernya, ponselnya berdering.

Incoming call Si brengsek El

"Apa?"

".......?"

"Kalo gapenting, gausah nelpon gue!"

Kenzi dan Arin saling bertukar pandang.

".........?!"

"Apa maksud lo?"

Kenzi dan Arin mulai khawatir saat air muka Mark berubah.

".........?"

"Sialan. Dimana lo bangsat?"

"........!"

Mark mengusap wajahnya kasar saat hubujgan telpon terputus.

"Kenapa Mark?" Tanya Arin.

"Kenapa?" Tanya Kenzi juga.

Mark menghela napas, menatap keduanya penuh kecemasan. "Yesha disekap sama Noel. Dia nyuruh gue yang jemput dia."

"Yaudah Mark! Ayo! Kita jemput Yeri." Arin dan Kenzi menarik kengan Mark.

Namun Mark menahan mereka.

"Gak semudah itu." Ujar Mark.

Keduanya langsung menoleh.

"Kenapa!?"

"Noel punya dickids, dia sama kuatnya sama nct gue.Tapi,"

Arin dan Kenzi sempat terkejut, karena ternyata Mark punya geng juga?

"Masalahnya, gue belum tau dimana posisi Noel sekarang. Dan gue belum siapin persiapan apapun!"


















To be continued.

(1) secret admirer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang