Agni berjalan melewati koridor dengan langkah kaki tergesa - gesa, gadis yang bernama lengkap Agnisya Eka Putri itu, terlihat acuh dengan berbagai macam mata yang memandang aneh kearahnya.
Agni terus melangkah ingin segera sampai ke kelas, menemui sahabatnya untuk menceritakan sesuatu yang saat ini tengah memenuhi otaknya. Langkah Agni semakin cepat ketika melihat pintu kelasnya semakin dekat, Agni masuk ke dalam kelas dan langsung menghampiri Agnes, sahabatnya.
"Huahhh, Agnes gue galau." ucap Agni kepada Agnes yang saat itu tengah sibuk menulis.
"berisik tau. Gue juga lagi galau, jadi jangan gangguin." Agnes menjawab dengan wajah kesalnya.
"tumben lo galau, memang siapa yang buat lo galau?" tanya Agni mulai penasaran, karena setaunya Agnes nggak pernah pacaran. Jangankan pacaran, lagi deket sama cowok aja enggak. Agni sampai melupakan apa yang ingin ia ceritakan pada Agnes.
"Pak Bejo. Udah deh jangan banyak tanya." jawab Agnes merasa terganggu dengan tingkah Agni yang menurutnya, tidak bisa lihat situasi.
"AGNESIA PUTRI, LO ADA HUBUNGAN APA SAMA PAK BEJO." teriak Agni membuat orang - orang di sekitarnya menatap Agni kesal dan memprotes tindakannya tersebut, tetapi tidak di tanggapinya karena ia sendiri masih merasa syok, bagaimana tidak. Agnes sahabat seperjuangannya dari dia smp, yang mempunyai nama hampir mirip dengannya ini, memiliki hubungan dengan Pak Bejo. Guru matematika paling killer di sma Harapan, yang punya kumis melintang tak beraturan itu.
"nggak pakai teriak bisa kali, ya hubungan murid dan guru lah." ucapnya kesal, karena saat ini dia bener-bener sibuk dan terserang virus panik.
"tapi kenapa hubungan murid dan guru bisa buat lo jadi galau." tanyanya mulai bingung dan mulai berpikir penyebab - penyebab lainnya.
"gimana nggak galau, gue lupa ngerjain pr."
"ohhh" Agni menganggukan kepalanya mengerti sambil mengedarkan pandangan ke arah teman sekelasnya, pantesan teman - temannya tadi pada protes waktu Agni berteriak, ternyata lagi sibuk nyalin pr, pikir Agni.
Agnes menghela nafasnya lega, sambil menutup buku tugasnya yang telah selesai ia kerjakan, ia menggerak - gerakkan tangannya yang terasa pegal. "lo udah selesai ngerjain tugasnya, santai banget gue liat."
"belum" Agni menggelengkan kepalanya dengan wajah tak berdosanya.
Agnes melototkan kedua matanya menatap gadis di depannya tak percaya.
"Ag... Kita jam pelajaran pertama itu Pak Bejo loh." ucap Agnes. Seakan tersadar Agni juga melotkan matanya pada Agnes sambil merutuki ke bodohannya.
"arghhh, gue belum ngerjain pr. Pinjem buku lo. Lo udah selasaikan nyalinnya?" ucap Agni dengan panik, gimana nggak panik minggu lalu aja, waktu nggak ngerjain pr, dia dikasih hukuman lari keliling lapangan 15 kali, apalagi untuk kesalahan yang sama.
"iya udah, nih." Agnes menyerahkan bukunya pada Agni, yang langsung di sambut dengan riang oleh gadis itu.
"aahhh nggak sia - sia gue lo jadi sahabat, lo itu sahabat gue yang paling ba -Teetttttt- ik" raut muka Agni langsung berubah cemberut begitu mendengar bunyi bel, belum juga Agni menyalin pr, jangankan nyalin, buka bukunya aja belum. bunyi yang mulai sekarang di bencinya berbunyi nyaring tanpa memikirkan nasibnya.
"ehh, lo nggak jadi salin pr gue?" tanya Agnes saat melihat Agni mengembalikan bukunya.
"nggak, udah bel juga." ucap Agni lemas, dia belum siap untuk dihukum.
"setidaknya lo salin aja dulu, Pak Bejonya juga belum masuk. Lo itu sebagai generasi muda masa kini, harus selalu berpikir positif, jangan jadi orang yang pesimis." Agnes berucap dengan menggebu - gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dion
Teen FictionKarna pilihanku adalah kamu, jadi kamu juga harus memilih ku.