Agni masih berdiri menatap Eza yang sudah tak terlihat oleh pandangannya, sampai suara bel istirahat berbunyi, ia baru melangkah meninggalkan taman belakang sekolahnya,
Agni berjalan ke arah kelasnya dan menemukan hanya ada beberapa murid di dalam, karena kebanyakan dari mereka sedang berada di kantin. Agni mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, namun ia tak dapat menemukan keberadaan Agnes.
Agni memutuskan untuk mencari Agnes di kantin, namun sesampainya di kantin ia tetep tak menemukan keberadaan gadis itu.
Agni memutar badannya, memutuskan untuk kembali ke kelas, dan membiarkan Agnes untuk menenangkan dirinya dulu.
Nafas Agni tercekat begitu ia membalikan badannya, dia melihat Dion sedang berada tak jauh darinya, sedang duduk berdua bersama Sarah.
Agni berjalan menuju meja Dion berada. Sarah yang melihat keberadaan Agni tersenyum dengan sinis, Sarah menggeser duduknya semakin mendekati Dion.
"Dion, aku boleh ngomong bentar nggak?"
"nggak gue sibuk." tolak Dion dingin, membuat Sarah tersenyum puas melihat respon yang di berikan Dion.
"bentar aja." pinta Agni.
"lo nggak dengar ya, Dion bilang apa." ucap sarah sinis.
Agni tak mengindahkan ucapan Sarah. Ia menatap Dion penuh harap.
"pliss, bentar aja." bujuk Agni.
"ya udah cepat ngomong." putus Dion, Dion mengerutkan keningnya bingung begitu ia melirik Agni dan menemukan mata Agni memarah, hampir saja mulutnya keceplosan untuk bertanya.
Agni melirik ke arah Sarah, Dion yang mengerti tatapan Agni, menatap Sarah memintanya untuk meninggalkan mereka berdua. Sarah menghentakan kakinya dan pergi dengan tatapan kesal.
"Dion, aku mau minta maaf soal kemaren." Agni menundukan kepalanya, tak berani menatap Dion.
"hmm."
"Dion, gue juga mau bilang, lo salah paham soal diary itu."
"oh."
Agni mengangkat wajahnya, dan mendapati Dion yang sedang menunduk memakan makanannya. Agni gelegapan begitu melihat Dion mengangkat wajahnya.
"udah selesaikan ngomongnya, gue mau balik kelas dulu."
"tunggu, jangan dulu. Masih ada yang mau aku tanya." Agni menarik nafasnya. "apa alasan kamu mutusin aku." Agni mengamati perubahan raut wajah Dion, ia menautkan kedua alisnya bingung, begitu mendapati Dion tersenyum sinis.
"karna gue benci lo." Dion mengucapkan penuh penekanan. Dion berdiri dari duduknya. "Udah tau kan alasannya, jadi jangan ganggu hidup gue lagi."
Agni merasakan dadanya kembali sesak, bukan kalimat itu yang ingin ia dengarkan, Agni berharap yang Dion ucapkan adalah kalimat yang di katakan Ray kemaren.
Dion bangkit dari duduknya, meninggalkan Agni yang berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Agni menatap kepergian Dion dengan tatapan kosongnya.
Agni kembali ke kelas dengan matanya yang sedikit membengkak, karena efek dia menangis di taman tadi. Membuat temannya berbondong - bondong menghampiri meja Agni, menanyakan perihal mata Agni.
Agni tak menanggapi pertanyaan teman - temanya, membuat mereka akhirnya menyerah untuk bertanya. Tatapan mata Agni berpindah ke arah tempat duduk Agnes dan menemukan kursi Agnes masih kosong.
Agni menelungkupkan kepalanya di meja, menikmati rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Rasa sakit yang beberapa hari ini menghantuinya, membuatnya ingin menyerah untuk mendapatkan Dion kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dion
Teen FictionKarna pilihanku adalah kamu, jadi kamu juga harus memilih ku.