Part 15

140 7 1
                                    

Agni terus berjalan mondar mandir di kamarnya, sesekali dia menggigit kuku jarinya, tanda jika dia sedang berpikir keras.

"Ray suka gue, nggak mungkin," Agni menggelengkan kepalanya kuat, menepis jika Ray menyukainya. "sampai tuh anak bisa beranak juga tetap nggak mungkin dia suka gue."

Langkah Agni terhenti dia mengambil sedikit rambutnya, lalu memelintirnya menggunakan jari tangan.

"tapi bisa jadi sih dia suka gue, secara gue kan cantik, pintar, rajin menabung dan tidak sombong." ucap Agni penuh percaya diri.

Ray yang sedari tadi berada di depan kamar Agni, menatap aneh ke arah gadis itu.

"lo selain bego ternyata juga narsis ya, Ag." ucap Ray akhirnya membuka suara, setelah sedari tadi hanya diam melihat tingkah laku Agni yang menurutnya aneh.

Agni tersentak kaget, dengan cepat dia membalikan badannya ke arah pintu kamarnya berada, dan mendapati kepala Ray sedang menyembul dari balik pintu.

"dari kapan lo di situ." ucap Agni memandang horor ke arah Ray

"dari tadi." jawab Ray santai.

"tadinya itu kapan." geram Agni bercampur dengan rasa malu.

"apa perlu gue ulang omongan lo tadi, untuk memastikan udah berapa lama gue di sini." Ray menyunggingkan senyum lebarnya, dia tersenyum menggoda Agni.

"nggak usah." Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat dengan pipi yang memerah. "kenapa lo bisa masuk?"

"ya bisa lah, tante Christi yang suruh masuk."

Agni menatap tajam Ray, mencari kebenaran dari ucapan cowok itu.

"terus kenapa lo masuk ke kamar gue nggak ketuk pintu." sungut Agni.

"gue nggak masuk kamar lo, nih buktinya kaki gue masih di depan pintu." ucap Ray dengan menghentakan kakinya, sebagai bukti bahwa kakinya benar - benar masih berada di luar kamar Agni.

"iya kaki lo memang nggak masuk, tapi kepala lo?" Agni menggeram kesal.

"yaelah Ag gitu aja marah, lagian tadi pintu kamar lo juga udah kebuka." ucap Ray membela diri.

"tapi tetap aja ketuk pintu dulu, kalau gue lagi ganti baju gimana?"

"ya nggak gimana - gimana."

"Ray gue serius tau." ucap Agni kesal. Gadis jadi emosi benaran menghadapi tingkah Ray.

"oh serius toh, gue kira bercanda."

"terserah lo deh."

Agni memilih untuk mengalah, walaupun dia masih tidak terima dengan kedatangan tiba - tiba Ray di depan kamarnya, di tambah lagi pada waktu yang tidak tepat.

Ray membuka lebar pintu kamar Agni, kemudian melangkahkan kakinya mendekati Agni.

"Eh tapi lo benaran suka gue ya?" tanya Agni menatap intens ke arah Ray.

"sampai gue beranak juga, gue nggak mungkin suka sama lo." ucap Ray mengulang perkataan Agni tadi.

"terus kenapa Dion bilang, lo suka gue dan kenapa muka lo waktu itu sampai bonyok."

"gue cuma pengen lihat, gimana reaksi dia, waktu gue bilang suka lo, tapi ternyata reaksi dia di luar ekspetasi gue, jadi bonyok deh."

"yakin cuman itu, Dion nggak mungkin nonjok lo kalau lo cuman bilang suka gue, pasti lo ngomong yang aneh - aneh."

Agni mengenal Dion dengan sangat baik, dan dia tahu Dion nggak akan melakuan itu, kalau Ray cuma ngomong begitu. Gadis itu yakin Ray pasti berbicara yang macam - macam, mengingat sifat jahil cowok itu.

My DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang