Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, membuat wajah Agni menekuk tak suka.
"heh, orang kalau bunyi bel pulang mukanya pada sumringah, kenapa muka lo asem banget dilihat." ejek Agnes begitu melihat wajah tak bersemangat Agni.
"kan lo tau habis ini gue di suruh ngehadap Pak Bejo." dengus Agni.
"oh iya ya lo kan lupa ngerjain pr, yuk gue temenin lo ke ruang guru. Gue janji bakal tunggu lo sampai hukuman lo selesai." janji Agnes pada Agni, Agni hanya pasrah ketika tangannya ditarik paksa oleh Agnes, yang tampak begitu semangat mengantar Agni.
Pintu ruang guru sudah berada tepat di hadapan Agni, membuat langkah kakinya terhenti.
"sumpah gue takut, kita pulang aja yuk." ajak Agni pada Agnes dengan keringat yang sudah membanjiri tubuhnya.
"yaelah Ag belum juga di hukum, udah basah aja tuh baju." cibir Agnes.
"gue kan takut." suara Agni sedikit melemah.
"makanya kalau takut di hukum itu tugasnya di kerjain, kalau lo malas buat bikin tugasnya, datangnya jangan siang - siang, kayak gue." ucap Agnes.
"gue lagi takut juga, malah diceramahin."
"sana masuk gih, nanti kalau kelamaan, hukuman lo malah di tambahin sama pak Bejo." ucap Agnes dengan mendorong tubuh Agni agar segera masuk ke ruang guru.
"nggak pakai dorong bisa nggak sih, lo itu bagaikan teman rasa musuh tau gak." dengus Agni.
"gimana ceritanya teman rasa musuh."
"pikir aja sendiri, gue masuk dulu. Jangan lupa doakan gue ya."
"iya gue bakal doakan lo, supaya hukumannya di tambah." mendengar ucapan Agnes, Agni langsung menjitak kening Agnes dengan sekuat tenaganya.
"jahat lo Ag." Agnes mengelus keningnya yang terasa sakit.
"biarin, makanya jangan rese. Ingat jangan pulang dulu, lo harus tunggu gue sampai hukuman gue berakhir."
"iya gue nggak bakal tinggalin lo, selagi nunggu lo, gue juga mau mikirin arti kalimat teman rasa musuh yang lo omongin tadi." ucap Agnes dengan sungguh - sungguh.
"janji ya, awas aja kalo lo bohong, gue nggak bakal mau ngomong sama lo lagi." ancam Agni dengan muka yang di galak - galakan, tak lama raut wajah Agni berubah begitu masuk ke dalam ruang guru.
Ia berusaha menarik nafasnya berusaha menenangkan dirinya, walau tak berhasil membuat dirinya tenang. Dengan keberanian yang hanya tersisa sedikit, Agni melangkahkan kakinya perlahan ke arah meja Pak Bejo.
"permisi pak." ucap Agni dengan sesopan mungkin.
"ya ada apa." jawab Pak Bejo tanpa menghadap kearah Agni, karena Pak Bejo sedang sibuk memeriksa hasil tugas anak didiknya. Melihat reaksi Pak Bejo membuat nyali Agni semakin menciut.
"gi...gini Pak, apa itu...anu saya... itu," gagap agni.
"ngomong itu yang jelas, nggak liat saya lagi sibuk, buang - buang waktu saya saja." omel Pak Bejo.
"maaf Pak, hubungan ngomong nggak jelas sama buang - buang waktu apa ya Pak?" tanya Agni bingung, melupakan rasa takut yang sebelunya melanda dirinya.
"pikirkan saja sendiri." Agni merasa apa yang di katakan Pak Bejo saat ini merupakan balasanya, karena ia tadi juga melakukan hal yang sama terhadap Agnes, menyuruh sahabatnya untuk berpikir maksud dari ucapannya.
"baik Pak, akan saya pikirkan."
"kamu ada perlu apa menghadap saya." tanya Pak Bejo yang membuat nyalinya kembali menciut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dion
Teen FictionKarna pilihanku adalah kamu, jadi kamu juga harus memilih ku.