Part 11

176 10 2
                                    

Hari - hari yang Agni jalani beberapa hari ini, di jalaninya dengan tidak bersemangat, karena sudah beberapa hari ini Agni tak menjumpai Dion, dia selalu berusaha menghindari tempat yang kemungkinan besar Dion berada.

Dan sudah beberapa hari ini juga Agnes mulai sedikit menjaga jarak padanya, mulai dari Agnes yang selalu menghindar bila di ajak pergi ke kantin, dan selalu menghilang entah kemana pada saat jam istirahat ke dua. Bila di tanya alasan mengapa Agnes menghindarinya, Agnes selalu menjawab, dia belum siap untuk cerita, dan nanti bila dia sudah siap, pasti dia bakal cerita. Membuat Agni sedikit kesal mendengar jawaban Agnes, karena menurutnya Agnes tidak pantas untuk menjadi sosok yang misterius.

Tapi tak urung ia mengangguk mengerti dengan jawaban Agnes, walau bagaimana pun juga, dia tak ingin memaksa Agnes lagi, dia takut jika terlalu memaksa Agnes untuk bercerita, Agnes akan semakin menjauhinya. Dan Agni belum siap untuk itu.

Jadi beberapa hari ini, Agni selalu menghabiskan waktu istirahatnya bersama Ray dan Eza, ya Agni dan Eza jadi berteman dekat semenjak kejadian di taman belakang sekolah.

Tepukan pada bahunya, membuatnya tersentak kaget.

"eh Ag, lo kenapa jadi melamun, tuh makanan lo jadi dingin. Kalau lo nggak mau makan, sini buat gue." Ray mengambil makanan Agni, menyuapkan beberapa sendok ke dalam mulutnya, membuat Agni yang melihatnya menggeplak kepala Ray dengan keras.

"uhuk...uhuk..uhuk..." Ray menggapai gelas yang ada di hadapannya, meminumnya hingga habis. "gila lu Ag, kira - kira dong kalau mau mukul." marah Ray.

"siapa suruh main ambil makanan gue." ucap Agni membela diri, padahal dia juga takut bila terjadi sesuatu pada Ray.

"lo lagi, bukannya bantuin malah ketawa." Ray menatap Eza kesal, yang di tatap malah semakin tertawa dengan keras. "lagian siapa suruh lo melamun." ucap Ray menatap Agni kesal.

"eh Ag.Dion dari tadi ngelirik ke arah sini terus tuh." ucap Eza.

"mana." Agni membalikan kepalanya dengan cepat ke arah belakang mencari keberadaan Dion, tapi ia tak menemukan batang hidung Dion. "lo bohongin gue ya?" marah Agni, karena merasa dirinya sudah di permainkan.

"kemaren bilangnya pengen menghindar dari Dion, eh sekarang di cari - cari." ejek Eza, membuat Agni mengerucutkan bibirnya kesal.

"lagian ya Ag, tanpa lo menghindar, Dion juga nggak bakal mau ketemu sama lo." ucap Ray santai, masih menikmati makanannya, tanpa melihat ekspresi Agni yang sudah berubah marah.

"jahat lo berdua, gue balik ke kelas aja."

Agni meninggalkan Ray dan Eza dengan perasaan dongkol, walaupun sebagian hatinya membenarkan ucan Ray, tapi tetap saja dia kesal, karena ucapan Ray semakin membenarkan betapa Dion membenci dirinya.

"lo sih Ray, ngomong nggak di saring dulu, Agninya jadi pergi kan." ucap Eza menyalahkan Ray.

"kok jadi gue yang di salahkan, kan lo duluan yang mulai bohong sama Agni, pakai cara bawa Dion segala lagi." ucap Ray membela diri, dia tidak terima di salahkan oleh Eza.

"gue nggak bohong, Dion memang dari tadi ngelirik ke arah meja kita terus, Agni aja yang terlalu bego, cuman lihat ke arah belakangnya aja, padahal kan Dion ada di arah jarum jam tiga dari kita." ucap Eza.

Ray mengalihkan pandangannya ke arah samping dan tidak mendapati ke beradaan Dion.

"lo mau bohongin gue ya."

"gue nggak bohong, Dionnya tadi memang ada di situ, sekarang  dia udah pergi." Ray menatap lekat wajah Eza, mencari kebohongan di sana.

"jangan pandang gue begitu, nanti kalau lo naksir sama gue jadi ribet urusannya."

My DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang